Cerita Sex Menjadi Pengantin Muridku Di Entot Cerita Sex Terbaru
Cerita Sex panas – Cerita sex ini adalah cerita terbaru,,,, aku menghela nafas sejenak sambil berpikir menimbang-nimbang permintaan Rendy. Sebenarnya aku tidak begitu rugi apabila aku menginap di rumah bu Diana. Aku bisa menghemat uang kosku selama setengah bulan kalau aku menginap di rumah bu Diana. Lagipula aku akan lebih bisa mengawasi Rendy untuk belajar menghadapi ujian semesternya yang kian mendekat, dengan begitu, aku bisa mendapat kesempatan untuk mengamankan pekerjaanku. Sebenarnya yang perlu kulakukan hanyalah memastikan kalau Rendy tidak “mengerjaiku” lebih parah dari kemarin. “Baiklah, kakak setuju. Tapi kamu juga harus berjanji, kamu harus belajar yang rajin selama kakak tinggal di rumahmu.” Anggukku sambil memberinya penawaran. “Berees, kak! Asal kakak mau menurutiku selama itu, aku pasti belajar!” jawabnya dengan bersemangat. “Iya, iya..” balasku dengan perasaan agak lega Kami lalu segera beranjak ke kamar Rendy dan aku pun mulai mengajarinya. Tapi hari ini ada yang berbeda dari Rendy. Ia tampak lebih serius dan bersemangat dalam menyimak penjelasanku. Kurasa dia sudah cukup senang saat mendengar aku akan menginap di rumahnya 2 hari lagi. Tak lama kemudian, kudengar suara bu Diana di lantai bawah. “Nah, Mami sudah pulang! Kakak tunggu sebentar ya! Aku mau bicara dulu dengan Mami!”
Rendy segera beranjak dari kursinya dan keluar dari kamarnya
tanpa menghiraukanku. Sayup-sayup kudengar suara percakapan Rendy dengan bu
Diana, namun aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan.
Sambil menunggu Rendy, aku mempersiapkan soal-soal latihan yang akan kuberikan
untuknya nanti. Sekitar 5 menit kemudian, Rendy kembali ke kamarnya bersama bu
Diana. “Halo, Erina. Rendy meminta saya
untuk mengizinkanmu tinggal di rumah ini selama saya tidak di rumah.” “Eh? I.. iya, bu Diana! Rendy memberitahu
saya kalau ia ingin mendapat les tambahan dari saya selama bu Diana tidak
dirumah.. Katanya.. untuk persiapan ujian semester..” ujarku dengan agak gugup. “Wah, kebetulan sekali kalau begitu! Soalnya
tante Rendy juga akan ikut ke Jerman. Makanya tadi saya sempat mengajak Rendy
untuk ikut. Tapi karena ada ulangannya yang penting, Saya jadi ragu-ragu.” “Jadi?” tanyaku “Kalau kamu mau, Saya memperbolehkan kamu
tinggal disini selama saya tidak dirumah. Tapi saya juga meminta kamu untuk
mengurus Rendy selama itu. Sebagai gantinya, saya akan berikan tambahan bonus
untukmu di akhir bulan ini. Bagaimana?” Jawab bu Diana memberikan tawaran. “Baik, bu Diana. Saya setuju!” anggukku
sambil tersenyum. Sekarang aku mendapat tambahan keuntungan dengan menerima
tawaran Rendy.
Dengan bonus yang disediakan bu Diana dan penghematan uang kosku selama setengah bulan, aku bisa menambah uang tabunganku sekaligus membiayai sebagian keperluanku bulan depan. “Baguslah! Kalau begitu, Erina, tolong kamu siapkan barang-barangmu yang akan kamu bawa untuk tinggal disini. Lusa nanti saya akan menjemputmu sebelum kamu mengajar Rendy.” Ujar bu Diana. “Iya, bu Diana!” aku mengiyakan permintaan bu Diana. Setelah menyelesaikan tugasku hari itu, aku segera bergegas pulang untuk mulai mengemas barang-barangku. Untunglah aku tidak memiliki banyak barang selain pakaian dan perlengkapan-perlengkapan kecil milikku. Aku juga memberitahu pemilik rumah kosku bahwa aku akan pindah selama setengah bulan. Syukurlah mereka mau mengerti dan bersedia menyimpankan kamar bagiku apabila aku kembali. 2 hari kemudian, bu Diana dan Rendy pun datang menjemputku sebelum aku mengajar Rendy.
Aku lalu diantar ke rumah mereka. Aku diizinkan untuk tidur di kamar tamu di lantai bawah. Malam harinya, aku diberitahu bu Diana tugas-tugasku di rumah itu selama bu Diana di luar negeri. Aku diminta untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah. Aku sudah terbiasa memasak dan mencuci sendiri sejak kecil, maka tugas ini tidak lagi sesulit yang kubayangkan. Lagipula untuk keperluan sehari-hari, bu Diana sudah menyuruh anak buahnya untuk mengantar bahan makanan dan supir studio untuk mengantar-jemput kami. Apabila ada hal lainnya yang diperlukan, aku hanya perlu menelepon studio untuk meminta bantuan mereka. Esok harinya, bu Diana sudah berangkat saat aku pulang dari kuliah. Sehingga hanya ada aku dan Rendy sendiri di rumah. Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Seusai mandi, aku benar-benar terkejut saat melihat semua pakaian milikku menghilang. Hanya ada satu pelaku yang dapat melakukan hal ini! Aku lalu menutupi tubuhku dengan selembar handuk yang untungnya, tidak sempat diambil oleh “pencuri” itu.
Baca Juga Cerita Sex Hot : Cerita Sex Lubang Kontrakan
Aku segera naik ke lantai atas untuk mengambil kembali pakaian milikku. “Rendy! Reendyy!! Buka pintunya!” Seruku sambil menggedor kamar Rendy. Pintu kamar itu sedikit dibuka dan wajah Rendy muncul dari sela-sela pintu kamar itu. “Ya, ada apa kak?!” tanyanya padaku. Namun matanya segera melirik tubuhku yang hanya berbalutkan sebuah handuk dan ia tersenyum cengengesan melihat keadaanku. “Wah, waah.. Kakak sudah tidak sabaran ya?” tanyanya sambil tertawa kecil. “Huuh! Dasar usiil!! Ayo, kembalikan baju kakak!!” gerutuku. “Lhooo.. memangnya baju kakak kuambil? Apa ada buktinya?” “Kalau bukan kamu siapa lagii? Sudah, ayo cepat kembalikan baju kakak!” “Kak, kalau menuduh orang tanpa bukti itu tidak baik lho! Hukumannya, aku tidak mau memberitahu dimana kusembunyikan baju kakak, Hehehe..” Rendy tersenyum mengejekku dan menutup dan mengunci pintu kamarnya dihadapanku. “Aah! Hei, Rendy! Tunggu duluu..” protesku, tapi Rendy sudah keburu menutup pintu kamarnya sambil mengejekku dibalik pintu. Aku pun terpaksa menggigil kedinginan, suhu di rumah itu dingin sekali karena dipasangi AC, ditambah lagi aku baru saja mandi dan sekarang tubuhku hanya ditutupi oleh selembar handuk saja.
Selama beberapa menit aku terus menggedor pintu kamar Rendy dan berusaha membujuknya, namun ia sama sekali tidak menggubrisku. “HATSYII..!!!” Karena tidak biasa, aku pun bersin akibat pilek karena suhu dingin itu. “Kak! Kakak pilek, ya?” tiba-tiba terdengar suara Rendy dari balik pintu. “I.. iya.. Rendy, tolong kembalikan pakaian kakak.. disini dingin sekali.. kakak tidak tahan..” “Oke deh, tapi kakak harus mau memakai pakaian yang kuberikan ya!” “Iya.. iya.. cepat doong. Kakak kedinginan disini..” pintaku pada Rendy Rendy kembali keluar dari kamarnya. Ia melihat sekujur tubuhku yang menggigil kedinginan. Anehnya, raut wajahnya tampak berubah, ia tidak lagi tampak senang ataupun puas mengerjaiku. Kini ia tampak agak gelisah. “Haa.. HATSYII!!!” kembali aku bersin dihadapannya. Kulihat raut wajahnya semakin cemas saja melihat keadaanku. “Ayo Kak, ikut denganku!” pinta Rendy padaku yang segera kuturuti saja. Rendy menuntunku ke ruang disebelah kamarnya. Pintu ruang itu dikunci, namun Rendy segera membuka pintu itu dengan sebuah kunci di tangannya. Begitu aku masuk, aku takjub melihat puluhan helai gaun pengantin putih dalam berbagai ukuran dan model yang tergantung rapi di kamar itu. Berbagai aksesoris pengantin wanita juga tertata rapi bersama gaun-gaun itu.
Rupanya kamar itu adalah kamar desain bu Diana sekaligus tempatnya menyimpan hasil rancangannya yang belum dikirim ke studio. “Kak, aku minta kakak memakai baju itu.” ujar Rendy seraya menunjuk ke arah sehelai gaun pengantin putih yang dipasang di sebuah mannequin. “Apaa?! Kenapa kakak harus memakai baju seperti itu? Memangnya kakak mau menikah, apa?!” jawabku setengah tak percaya, setengah kebingungan. “Ya, sudah! Kalau kakak tidak mau, kakak boleh memakai handuk itu saja kok!” balas Rendy. “Iyaa! Dasar!! Kamu mintanya yang aneh-aneh saja!!” ujarku agak kesal. Terpaksa kuturuti permintaan Rendy, daripada pilekku semakin parah. “Oh iya Kak!” “Apa lagii?” “Pakaiannya yang lengkap ya, Kak! Soalnya baju itu sudah 1 set dengan aksesorisnya!” pinta Rendy. “Jangan lupa juga untuk merias diri dengan kosmetik Mami ya Kak! Sudah kusiapkan lhoo..” imbuhnya. Cerita Ngentot Memek – Episode 5 Aku menghela nafas dan menutup pintu kamar itu. Memang kulihat gaun itu dilengkapi dengan mahkota, sarung tangan, bahkan stocking dan sepatu yang semuanya berwarna putih susu. Luar biasa! Sejenak aku kagum dengan kepandaian bu Diana dalam merancang gaun itu, komposisi yang disusunnya benar-benar serasi. Aku lalu menuruti perintah Rendy untuk memakai semua pakaian itu dengan lengkap. Berat bagiku memang, karena aku belum pernah memakai gaun pengantin sebelumnya. Setelahnya, aku pun merias diriku dengan kosmetik milik bu Diana. Kulihat semua kosmetik itu buatan luar negeri. Aku sendiri agak canggung untuk memakai kosmetik-kosmetik itu, mengingat harganya yang selangit bagi mahasiswi sepertiku.
Baca Juga cerita sex hot : SELINGKUH DENGAN TEMAN ISTRI AKIBAT VOUCHER GRATIS
Tapi setidaknya, aku mendapat sebuah kesempatan untuk mencoba kosmetik-kosmetik itu, maka aku berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Setelah beberapa lama, aku akhirnya selesai mempengantinkan diriku. Kubuka pintu kamar itu dan seperti yang sudah kuduga, Rendy sedari tadi sudah menungguku di depan pintu. Ia tampak amat terpana melihatku yang berbusana pengantin itu. Busana pengantinku berupa sebuah gaun pengantin putih yang indah sekali. Atasan gaun memiliki sepasang puff bahu yang terikat dengan sepasang sarung tangan satin dengan panjang selengan di kedua tanganku yang kini menutupi jari-jariku yang lentik. Di bagian perut dan dada gaunku bertaburan kristal-kristal imitasi yang samar-samar membentuk sebuah pola hati. Bagian pinggang gaun itu memiliki hiasan kembang-kembang sutra yang melingkari bagian pinggang gaun itu seperti sebuah ikat pinggang yang seolah menghubungkan atasan gaunku dengan rok gaun polos yang dihiasi manik-manik membentuk hiasan bunga-bunga yang bertebaran disekeliling rok gaunku. Pinggulku dipasangi pita putih besar. Aku juga memakaikan rok petticoat di pinggangku agar rok gaunku tampak mengembang. Rendy sendiri tampak kagum melihat cantiknya wajahku yang sudah kurias sendiri; kelopak mataku kurias dengan eye-shadow berwarna pink dan alsiku yang kurapikan dengan eye-pencil.
Sementara lipstick yang berwarna pink lembut kupilih untuk
melapisi bibirku yang tampak serasi dengan riasan bedak make-upku. Riasan mahkota bunga putih tampak serasi
dengan rambut hitam-sebahuku yang kubiarkan tergerai bebas. Aku telah memasang
stocking sutra berwarna putih yang lembut di kakiku yang dilengkapi dengan
sepasang sepatu hak tinggi berwarna putih yang tampak serasi seperti gaun
pengantinku. Tubuhku juga kuberi parfum melati milik bu Diana sehingga sekujur
tubuhku memancarkan aroma melati yang amat wangi. “Nah, bagaimana?” ujarku pada Rendy yang
masih melongo melihat penampilanku.
“Hei! Kok malah bengong sih?!” seruku, yang segera menyadarkan Rendy
dari lamunannya. “E.. eh.. ccantik
sekali Kak!” jawab Rendy tergagap-gagap, aku tertawa kecil melihat tingkahnya
yang kebingungan. “Kak, ini.. buat
kakak..” Rendy mengulurkan setangkai mawar merah kepadaku. Mawar merah yang
indah itu tampak segar berkilauan.
“Waah, terima kasih ya!!” otomatis aku mencium bunga itu untuk menghirup
aromanya. Sejenak aroma yang menyengat memasuki hidungku aku pun langsung
merasa pandanganku tiba-tiba kabur dan tubuhku terasa lemas. Cerita Ngentot Memek | Aku pun ambruk tidak
sadarkan diri.
Sayup-sayup kulihat senyuman Rendy, aku berusaha untuk tetap
sadarkan diri, namun mataku terasa berat sekali dan akhirnya aku menutup
kelopak mataku. Entah apa yang terjadi pada tubuhku, namun saat aku sadar, aku
melihat diriku sudah terbaring mengangkang di sebuah ranjang canopy dalam
keadaan berbusana pengantin lengkap.
Kedua tanganku terikat di belakang punggungku sementara kakiku terikat
erat di sisi kanan-kiri tiang ranjang itu sehingga posisi tubuhku mengangkang
lebar. Aku merasa amat geli di daerah kewanitaanku, seperti ada sebuah daging
lunak hangat yang menyapu-nyapu daerah kewanitaanku, terkadang daging itu
menusuk-nusuk seolah hendak membuka bibir kewanitaanku melewati celah vaginaku.
Aku juga merasa daerah disekitar vaginaku amat becek akibat gerakan daging itu. “Aahh.. oohhh..” Aku pun mendesah pelan
menikmati sensasi di kewanitaanku itu. Rasanya vaginaku seolah diceboki, namun
gerakan daging itu yang seolah berputar-putar mempermainkan vaginaku
menimbulkan sensasi nikmat disekujur tubuhku. Aku merasa tubuhku diairi listrik
tegangan rendah saat daging itu membelah bibir kewanitaanku dan menyentuh
lubang pipisku. “Eh! Kakak sudah bangun
rupanya!!” tiba-tiba kudengar suara Rendy dibalik gaunku. Aku berusaha
mendongak dan kulihat wajah Rendy sedang berada tepat di depan selangkanganku
yang terbuka lebar. Sadarlah aku kalau “daging” tadi tak lain adalah lidah
Rendy yang sedang menjilati vaginaku. Aku berusaha berontak, namun untuk
menutup kedua pahaku yang sedang terbuka lebar saja amat sulit. Tubuhku terasa
amat lemas tanpa tenaga. Saat aku melihat sekitarku, aku baru sadar kalau aku
kini berada di dalam kamar bu Diana.
“Badan kakak masih belum bisa digerakkan, soalnya pengaruh obat tidur
Mami masih tersisa.” Jelas Rendy sambil berjalan ke sampingku. Sekejap aku merasa amat panik dan berusaha
mengerahkan seluruh tenagaku untuk kabur, tapi sia-sia saja. Tubuhku tidak mau
bergerak sedikitpun.
Astaga! Bagaimana aku
bisa sebodoh itu mencium aroma bunga yang ditaburi obat bius?! Niatku untuk
menjaga jarak dari Rendy kini sia-sia saja. Sekarang malah kesucianku
terpampang jelas di hadapannya, aku dalam keadaan terjepit dan tidak bisa kabur
lagi. “Kakak tenang saja, dijamin enak
kok! Hehehe..” tawa Rendy terkekeh-kekeh.
“Jangan, Rendy.. Jangan.. kakak mohon!!” pintaku berderai air mata saat
melihat Rendy berbalik berjalan menuju arah selangkanganku. Namun sia-sia saja, Rendy sama sekali tidak
mau mendengar permohonanku. Aku pun semakin panik dan cemas. Air mataku kembali
meleleh membasahi mataku, namun apa dayaku? Tubuhku kini amat sulit digerakkan
karena ikatan itu ditambah rasa lemas disekujur tubuhku karena pengaruh obat
bius yang tersisa. Kini aku hanya bisa pasrah membiarkan Rendy menyantap
kewanitaanku. Jantungku berdegup semakin kencang dan wajahku merah merona saat
Rendy semakin mendekati selangkanganku. Rendy lalu memegang kedua pahaku yang
mulus. Ia mulai mengendusi paha kananku sementara paha kiriku dibelai-belai
dengan tangannya. “Essh..” aku mendesis
sesaat setelah bibir Rendy mencium bibir kemaluanku. Hembusan nafas Rendy di
pahaku membuat tubuhku sedikit mengigil kegelian.
Saat bibir kemaluanku bertemu dengan bibir Rendy, Rendy
mulai menjulurkan lidahnya. Seperti lidah ular yang menari-nari, bibir
kemaluanku dijilati olehnya. Kembali bibir kewanitaanku dibelah oleh lidah
Rendy, yang kembali menarikan lidahnya menceboki liang vaginaku perlahan-lahan.
Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan gejolak birahi yang kini mulai
melanda diriku, namun tetap saja suara desahan-desahanku yang tertahan sesekali
terdengar keluar dari bibirku karena rasa nikmat yang menjuluri tubuhku apalagi
belaian lembut Rendy di pahaku semakin terasa geli akibat stocking sutra yang
kupakai. “Haaa?! Aakh..!!” Sontak aku
menjerit terkejut saat merasakan sensasi rasa geli dan nikmat yang tiba-tiba
melanda tubuhku. Rupanya Rendy menjilati klitorisku. Sesekali ia menyentil
klitorisku dengan lembut sehingga sekujur tubuhku seperti dialiri listrik dan
bulu kudukku berdiri. Rendy menyadari bahwa aku mulai dikuasai oleh gejolak
birahiku. Ia terus melancarkan serangannya ke klitorisku. Berulang kali
permohonanku yang disertai dengan desahan kusampaikan ke Rendy, namun ia malah
tampak kian bersemangat mengerjaiku. Kesadaranku pun semakin menghilang
tergantikan dengan rasa nikmat dan hasrat seksual yang semakin merasuki tubuhku. “Bagaimana kak? Enak tidak?” tanya Rendy
padaku. “Rendyy.. stoop.. auhhh..
jangaan..” “Ah masaa? Bukannya kakak
mendesah keenakan tuh? Yakin nih, nggak mau lagi?” ejeknya sambil menjauhkan
wajahnya dari kemaluanku. Namun secara refleks, aku malah mengangkat pinggangku
kehadapan wajah Rendy, seolah menawarkannya untuk kembali mencicipi liang
vaginaku. “Tuh, kan?! Malu-malu mau, nih
cewek!” kembali Rendy menghinaku. Dipeganginya kedua bongkahan pantatku dengan
telapak tangannya dan dtegadahkannya tangannya, sehingga kini pinggangku ikut
terangkat tepat dihadapan wajah Rendy.
“Aww.. aww.. aaahh..” kembali aku merintih saat Rendy mengecup dan
mengisap-isap daging klitorisku. Sesekali aku merasa sentuhan giginya pada
klitorisku dan hisapannya membuatku kini hanya berusaha untuk mengejar
kenikmatan seksualku semata. SLURP..
SLURP.. Sesekali terdengar suara Rendy yang menyeruput cairan cintaku yang
sudah banyak keluar dari vaginaku, seolah hendak melepas dahaganya dengan
cairan cintaku. “AAHH.. AAHHH.. AAA..”
Desahanku semakin keras. Aku merasa ada sebuah tekanan luar biasa di vaginaku
yang sebentar lagi hendak meledak dari dalam tubuhku. Otot-otot tubuhku secara
otomatis mulai menegang sendirinya.
“HYAA.. AAAKH!!!” jeritku bersamaan dengan meledaknya tekanan dalam
tubuhku.
Tanpa bisa kutahan, pinggangku menggelepar liar, bahkan Rendy terlontar mundur akibat dorongan tubuhku. Aku bisa merasakan vaginaku memuncratkan cairan cintaku dalam jumlah yang banyak. Seluruh simpul sarafku terasa tegang dan kaku saat sensasi geli dan nikmat yang luar biasa itu menjalari tubuhku, dan akhirnya muncul perasaan lega yang nyaman setelahnya. Aku pun terkapar kelelahan, nafasku tersengal-sengal. Tenaga di tubuhku seolah lenyap seketika. Aku sadar, baru saja aku mengalami orgasme yang luar biasa! “Wah, waah.. Rupanya galak juga nih, kalau orgasme!” ejek Rendy yang kini terduduk di hadapan selagkanganku. Ia mendekati vaginaku dan kembali ia menyeruput cairan cintaku yang masih tersaji di vaginaku setelah ledakan orgasmeku barusan. Aku pun hanya mendesah kecil tanpa memberontak. Kepalaku serasa kosong dan aku membiarkan Rendy menikmati cairan cintaku sesuka hatinya. Setelah puas meminum cairan cintaku, Rendy berdiri di hadapanku dan melepas pakaiannya sehingga ia telanjang bulat dihadapanku. Bisa kulihat penisnya yang panjangnya sekitar 14 cm sudah menegang keras melihat keadaanku yang mengangkang lebar, memamerkan kewanitaanku di depannya. Rendy berjalan melewati tubuhku hingga akhirnya ia tiba didepan kepalaku. Rendy lalu berlutut di hadapan wajahku sambil mengocok penisnya. “Kak, tadi rasa memek kakak enak sekali loh! Nah sekarang giliran kakak ya, ngerasain punya Rendy?” seloroh Rendy. Aku yang menyadari kalau Rendy akan mengoral penisnya dengan mulutku, mulai menjerit meminta pertolongan. “TOL.. uumph!!” jeritanku terhenti karena Rendy langsung menyumpalkan penisnya didalam mulutku.
Baca Juga Cerita Mesum Hot : NIKMATNYA ML DI VAGINA BIBI DAN PEMBANTU
Walaupun ukuran penisnya tidak begitu besar, namun batang
penisnya sudah cukup memenuhi rongga mulutku yang mungil. “Hhmmphh.. hmph..” suaraku teredam oleh penis
Rendy. Cerita Ngentot Memek | Aku
berusaha memuntahkan penis itu, namun Rendy memajukan pantatnya sehingga
penisnya tetap masuk didalam mulutku hingga menyentuh kerongkonganku. Rendy
menjambak poni rambutku dan mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Rasa sakit
di ubun-ubunku karena poni rambutku dijambak sudah cukup untuk membuatku tidak
berontak lebih jauh, aku mengikuti gerakan tangan Rendy yang sedang memaksaku
mengulum dan mempermainkan penisnya dalam mulutku. “Aahh.. Enaak..” desah Rendy saat penisnya
keluar masuk dari mulutku. “Hmmp.. mpp..
phh..” aku berusaha mengambil nafas untuk menyesuaikan gerakan penis Rendy
dalam mulutku. Kocokan mulutku masih belum berhenti, namun aku merasa agak mual
karena rasa dalam mulutku saat ini. Sementara leherku juga pegal karena dipaksa
naik-turun oleh Rendy. Beberapa saat
kemudian, Rendy berhenti manjambak poniku, aku pun segera merebahkan kepalaku
yang pegal-pegal keatas bantal yang lembut untuk melepas penat. Namun rupanya
penderitaanku belum juga berakhir. Rendy belum mau melepaskan kenikmatannya
dioral olehku. Belum sempat penisnya
keluar dari mulutku, sekarang ia malah menekan selangkangannya ke wajahku dan
menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya kembali masuk kedalam rongga
mulutku. Aku bisa merasakan buah zakarnya yang tergantung menampar-nampar
daguku berulang kali bersamaan dengan gerakan pantatnya yang maju mundur
dihadapan wajahku yang kini tertekan oleh bantal, aku pun berulang kali
tersedak karena penis Rendy dalam mulutku bergerak dengan amat cepat. Cerita Ngentot Memek – Episode 6 “Oke, kak! Sekarang giliran kakak yang main!
Ayo kulum dan mainin pakai lidah kakak!” perintah Rendy sambil menghentikan
gerakannya. Aku sendiri sudah mati kutu, kepalaku terjepit diantara selangkangan
Rendy dan bantalku, sehingga aku tidak bisa bergerak bebas. “Ayo, Kak! Atau mau kugerakkan sendiri
dimulut kakak seperti barusan?” ancamnya padaku. Aku pun tidak punya pilihan
lain selain menuruti perintah Rendy, setidaknya aku akan lebih leluasa bernafas
apabila aku yang bergerak sendiri. Aku pun menggerakkan lidahku membelai-belai
batang penisnya yang masuk hingga rongga mulutku.
Sesekali lidahku juga bersentuhan dengan kepala penisnya.
Sebenarnya aku agak jijik juga karena tercium bau agak pesing dari ujung penis
Rendy, namun apa dayaku? Lebih baik kuturuti perintah anak ini supaya siksaanku
cepat selesai. Aku pun berusaha untuk tidak begitu mempedulikan bau itu. Penis
Rendy kuanggap saja seperti permen yang luar biasa tidak enak. Aku pun terus mengemut
penis Rendy itu. Prediksi Bola “Ayo,
kak! Terus! Jago juga nih, nyepongnya! Enak bangeet!” “Mmphh..” erangku. “Isapin juga kak! Seperti ngisap permen!”
kembali Rendy memberi perintah padaku, yang langsung saja kuturuti. Kuhisap penisnya dengan pelan dan lembut
dengan harapan anak ini bisa segera menghentikan aksinya dan aku bisa terbebas
dari siksaan ini. Herannya, selama beberapa menit kuoral, Rendy masih saja
tidak puas. Aku pun mulai kelelahan mempermainkan penisnya dalam mulutku,
walaupun aku mulai terbiasa dengan situasiku sekarang. Entah setan apa yang merasukiku, namun saat
aku mengingat bahwa aku sedang mengoral penis anak kecil yang tak lain adalah
muridku, aku merasa hasrat seksualku kembali meninggi dalam tubuhku.
Aku ingin sekali mencapai orgasme sekali lagi dan aku ingin
mencoba sesuatu yang lebih hebat lagi bersama Rendy. Pikiran itupun membuatku
memainkan penis Rendy sebaik mungkin dalam mulutku agar Rendy mencapai
kepuasannya. “Ookh..” Aku mendengar
suara erangan panjang keluar dari mulut Rendy dan saat itulah, aku merasa
mulutku disembur oleh cairan kental berbau amis. Aku menyadari bahwa Rendy baru
saja berejakulasi dalam mulutku, dan kini mulutku dipenuhi spermanya. Rendy
kembali menekankan selangkangannya ke wajahku.
“Telan kak! Jangan sampai bersisa!”
Aku pun menuruti perintah Rendy, kutelan semua sperma dalam mulutku,
sekaligus kuhisap-hisap penis Rendy agar spermanya tidak bersisa. Rendy hanya
mengerang keenakan saat penisnya kubersihkan dengan mulutku. “Woow.. enaak.. lebih enak dari onanii”
seloroh Rendy. Namun aku tidak peduli, aku terus menghisap-hisap penisnya itu
hingga aku yakin tidak ada lagi sperma yang tersisa. Setelah selesai, Rendy
mengeluarkan penisnya dari dalam mulutku.
“Waah.. Kakak jago banget lho! Enak sekali kak!” “Rendy, kamu jahaat..” protesku. “Lho kenapa? Bukannya kakak sekarang sudah
jadi pengantinku?” balasnya. “You may
kiss your briide!!” sorak Rendy tiba-tiba.
Tanpa basa-basi, Rendy segera mencium bibirku. Bibirku diemut-emut
dengan lembut dan sesekali bibirku juga dijilati oleh lidahnya. Aku hanya
membiarkannya mempermainkan bibirku sesuka hatinya. Pelan-pelan lidah Rendy
membelah bibirku dan lidahnya menyusup kedalam rongga mulutku.
Aku pun merespon dengan menghisap lidah Rendy dengan lembut. Sesekali juga kujulurkan lidahku, sehingga giliran Rendy yang menghisap air ludahku yang menyelimuti lidahku. Gairah seksualku sekarang benar-benar menguasai tubuhku, semakin kuingat bahwa Rendy yang saat ini sedang bercinta denganku, semakin aku tenggelam dalam hasratku. Selama beberapa menit kami terlibat dalam French kiss itu, sebelum akhirnya Rendy menghentikan ciumannya di bibirku. Aku pun tampak kecewa saat Rendy menjauhkan wajahnya. “Kenapa kak? Enak kan rasanya? Masih mau lagi?” tanyanya. Pertanyaan Rendy itu seketika memancing gairah seksualku yang meningkat. Aku merasa ini adalah sebuah kesempatan bagiku, namun sebelum aku sempat menjawab, tiba-tiba Rendy mengambil sehelai celana dalam putih berenda yang tadi kupakai dan menjejalkannya ke mulutku hingga celana dalamku memenuhi seluruh rongga mulutku. Belum puas, Rendy juga melakban mulutku sehingga celana dalamku itu tersumpal sempurna di dalam mulutku. “Mmfff.” Protesku pada Rendy. Namun suaraku terhalang oleh celana dalam yang menyumbat mulutku. “Jangan dijawab dulu, Kak. Nanti ya, Rendy mau istirahat dulu!” “Oh, Kakak juga boleh istirahat kok! Nah, daripada bosan, bagaimana kalau kakak nonton saja dulu?” lanjut Rendy. Aku bisa mendengar suara televisi yang dinyalakan dan suara pemutar DVD yang dibuka oleh Rendy. Setelah selesai, Rendy lalu mendatangiku yang masih terbaring mengangkang di ranjang. “Jangan berontak ya, Kak! Kalau macam-macam, video kakak kusebarkan!” ancamnya. Rendy lalu melepaskan ikatan kakiku di kedua tiang ranjang itu. Aku disandarkan ke kepala ranjang dan Rendy menyandarkan sebuah bantal di punggungku dan juga sebuah bantal kecil di pantatku untuk kududuki agar aku merasa nyaman. Tali yang tadi dipakai untuk mengikat kakiku kini digunakan untuk mengikat sikut tanganku yang masih terikat di punggungku pada kedua tiang bagian atas ranjang canopy itu agar aku tidak kabur. “Oke deh! Rasanya sudah cukup!! Nah, kakak santai saja ya? Nikmati saja filmnya!” Rendy lalu memutar DVD itu. “Mmff!!” Aku berteriak terkejut saat melihat adegan percintaan seorang wanita berambut pirang di layar televisi itu, rupanya Rendy menyetelkan DVD porno untuk kutonton.. “Kakak pelajari gayanya dulu, ya! Supaya nanti siap main dengan Rendy! OK?!” Rendy tersenyum dan beranjak pergi, meninggalkanku sendiri terikat di ranjang sambil berusaha menahan gejolak birahiku yang semakin mendera karena suguhan adegan panas dihadapanku. Demikianlah cerita hot. Cerita Sex Menjadi Pengantin Muridku Di Entot