Cerita Skandal Dengan Jablay Bohai Yang sangat Sange Cerita Sex Terbaru
Cerita Dewasa, Cerita Seks, Cerita Hot – Kehidupan di dunia memang berjalan seperti nasehat Sang Budha di atas. Setidaknya itulah romantika kehidupan yang dialami kedua tokoh dalam cerita kita kali ini. Tokoh yang pertama adalah Leo, seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis, romantis, sentimentil, bahkan lucu.
Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Leo telah banyak menemui kejadian yang menegaskan fenomena itu. Suatu ketika, ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya. Sesungguhnya, ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ, sebab baginya kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa, tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya.
Kalau pun kemudian, si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga, lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ‘jasa’ nya, dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya, itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya. Komitmen Leo untuk menjunjung tinggi ‘harkat ke-supir taksi-an’ saya, tak lebih. Pada kesempatan lain, ia menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi.
Ia segera membawanya ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat, dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu. Semua terasa seperti tindakan ‘bawah sadar’ yang telah terbentuk sedemikian rupa selama bertahun-tahun, sejak ayahnya yang telah almarhum menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Leo.
Hari itu Leo kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa. Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim, karena setiap petang tiba, ia menjemput Bella (25 tahun), tokoh sentral berikutnya, yang adalah seorang wanita panggilan ‘kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman real estate, untuk kemudian membawanya ke suatu tempat, di mana saja, yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu. Bella sudah menyewa taksi Leo selama enam bulan.
Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Leo menjemputnya di rumah tersebut, membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wanita itu, lantas mengantarnya kembali pulang setelah ‘bisnis’-nya usai pada jam-jam tertentu pula.
Bella membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Leo menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ‘ke-supir taksi-an’ nya. Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Bella. Ini bagian dari tugas, demikian ia mencari alasan pembenarannya. Leo selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya. Baginya, ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi
dirinya sendiri. Prinsip sederhana memang tapi logis. Sudah empat bulan lamanya Leo melakukan ‘tugas rutin’ itu. Ia sudah berusaha menghilangkan beban psikologis apa pun termasuk perasaan cinta. Terus terang sebagai seorang pria, Leo memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Bella memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Dengan rambut sebahu, wajah oval proporsional, hidung bangir, kulit putih dan postur tubuh ramping semampai, Bella tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya, termasuk dirinya. Sebagai lelaki bujangan dan normal, Leo tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Bella yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya. Tapi ia berusaha menekan perasaan itu sekuat-kuatnya.
Terlebih, ketika muncul rasa cemburu, saat Bella terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi ayahnya. Leo seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi. Maka ia mematuhi ‘rambu-rambu’ itu secara konsisten. Terlebih secara fisik dan finansial ia kalah jauh dibanding Bella, mana mungkin wanita gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Bella mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya, bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan?
Leo cukup tahu diri mengenai hal ini. Percakapan mereka pun, baik ketika pergi maupun pulang, biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa, bahkan nyaris bersifat rutin. Leo berusaha menjaga jarak dengan Bella agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi. Namun belakangan ini sudah ada sedikit ‘peningkatan kualitas pembicaraan’. Tidak hanya sekedar, ‘Mau ke mana?’ atau ‘Jam berapa mau dijemput?’, dan sebagainya.
Bella mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir langganannya itu hingga menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini. Tentu Leo pun ada rasa gembira pada perkembangan menarik ini. Mulanya sang sopir agak rikuh tapi perlahan ia mulai dapat menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik.
Seiring berjalannya waktu, hubungan emosional mereka pun berlangsung hangat. Bella mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir. Ia ternyata produk keluarga broken home. Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul. Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota. Kuliahnya pun tidak selesai. Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri.
“Saya harus terus hidup dan berjuang”, kata Bella menetapkan hati.
Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya, ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki dunia model. Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion, lifestyle hingga majalah pria dewasa. Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal. Namun, tanpa disadarinya, perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista.
Kehidupan malam dan hingar bingar pesta, sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana. Sejak itu Bella pun dikenal sebagai model plus-plus, ia menjadi primadona di kalangan atas. Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya.
Belakangan, ia kemudian menjadi ‘simpanan’ seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini, dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya. Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Bella. Meskipun begitu, profesinya tak juga ditinggalkan, selain menjadi model ia menjadi wanita panggilan kelas atas.
“Saya menyukai pekerjaan ini,” katanya suatu ketika, suaranya terdengar serak dan terkesan dipaksakan.
Leo melirik melalui kaca spion, wanita cantik itu duduk santai di belakang, menyelonjorkan kaki dan menyalakan rokok.
Leo tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan ke depan. Bella tak menjelaskan lebih jauh pernyataan yang telah dikeluarkan. Hanya kepalanya terangguk-angguk pelan menikmati lagu melankolis ‘When A Man Loves A Woman’-nya Michael Bolton yang mengalun dari radio di tape mobil Leo.
“Omong-omong…Abang sudah punya pacar atau udah berkeluarga?” tanyanya tiba-tiba.
Kontan Leo gelagapan dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi.
“Saya sih udah cerai Mbak” ia menjawab tersipu, “ya waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah, masih sendiri”
Sebuah jawaban yang jujur terlontar dari mulut si sopir itu. Bella terkekeh. Ia menghirup rokoknya dalam-dalam. Rimbun asapnya mengepul-ngepul, memenuhi kabin taksi. Leo menelan ludah.
“Kalau Mbak Bella sendiri bagaimana?” ia balik bertanya.
“Abang tahu sendiri, kan? Banyak. Banyak sekali,” sahut Bella, suaranya terdengar hambar, kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah lelucon atau apologi? entahlah
“Banyak memang. Tapi hampa,” Leo menanggapi dengan getir.
Untuk beberapa saat Bella terdiam. Ia mematikan rokoknya, lalu merenung…lama. Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar. Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi. Sebagian lampu jalan telah dipadamkan. Leo tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya, maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya.
“Eh…maaf ya Mba,apa saya….”
“Nggak apa-apa Bang. Itu emang benar, mereka hampa, cuma punya tubuh dan nafsu, bukan jiwa dan cinta,” Bella bertutur dengan lirih.
Leo menghela nafas panjang, ia merasa dadanya sesak, simpati pada nasib wanita secantik Bella harus bernasib demikian.
“Hidup menawarkan banyak pilihan, Mbak.”
“Tapi saya tak punya pilihan!” sangkal Bella dengan nada suaranya meninggi.
“Kearifan menyikapi dengan landasan moral, itu kunci untuk memilih. Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat. Tapi setidaknya, kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah,” Leo berkata lembut berusaha menghiburnya.
Terdengar nafas berat Bella di belakang. Suasana terkesan kering dan kaku.Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Leo tiba di gerbang depan rumah yang dituju.
Bella hanya mengucapkan ‘Selamat malam. Sampai jumpa besok sore’.
Leo pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa bersalah yang bertumpuk, sepertinya ia telah menyinggung wanita itu dengan omongannya. Ketika selesai tugas malam itu, ia menemukan sebuah lipstick di lantai belakang taksinya.
Keesokan harinya
Hari itu adalah hari terakhir kontrak sewa Leo dengan Bella. Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa, ia menjemput Bella pada waktu dan tempat yang sama.
“Maaf, apa ini punya Mbak? Kemarin saya nemuin di belakang” kata Leo sambil menunjukkan lipstick yang dipungutnya kemarin
“Ohh…iya benar, makasih ya Bang, sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin” Bella tersenyum berterima kasih seraya mengambil lipstick itu.
Kekakuan komunikasi akibat ‘insiden’ semalam berangsur-angsur lenyap. Leo pun berusaha untuk lebih hati-hati berkata-kata agar menjaga perasaan Bella.
“Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini?” ia membuka percakapan,
“Apa Abang punya ide yang baik?” wanita cantik itu balas bertanya.
“Yah… misalnya rutinitas yang baru. Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin–tidak sekedar limpahan materi yang semu belaka, hidup bahagia, punya anak dan menikmati kehidupan,” Leo mengucapkan kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban, ia ingin mendengar pendapat Bella mengenai hal ini.
Sejenak Bella terdiam. Leo kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya, parasnya yang memukau seperti bercahaya, dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit. Ia melepas pandang ke luar melalui kaca jendela taksi yang buram, sepertinya memikirkan sesuatu.
“Itu angan-angan yang terlalu ideal, Bang,” jawabnya pada akhirnya.
Baca Juga Cerita Sex Panas : Cerita Seks Nikmatnya Ibu Temanku Sendiri
“Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif, Mbak. Saya rasa pendapat saya cukup realistis. Gak mengada-ada. Setiap orang, baik lelaki maupun wanita, pasti pernah berpikir mengenai hal itu: Kebahagiaan hidup berkeluarga. Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang bersangkutan, sepanjang ia sadar dan yakin hal itu bakal memberikan ketenteraman bagi jiwanya, hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya,” Leo mencoba berargumen.
“Kita punya takaran penilaian yang berbeda Bang. Tak akan bisa bertemu. Jangan terlalu banyak bermimpi. Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan. Apa yang bakal terjadi kemudian, kita gak bisa menebak. Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan,” ujar Bella lirih dengan bibir bergetar.
Leo menarik nafas, putus asa.
“Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya?”
“Memang gak sama Bang. Bahkan sangat jauh berbeda. Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini. Tapi, bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga.
Saya bukan orang yang munafik lah, terus terang dalam hati saya tetap mendambakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati. Namun, kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini, bagi saya bukanlah suatu pilihan yang keliru. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya.”
“Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini?”
“Saya gak bisa menjawabnya Bang. Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa. Begitu pula sebaliknya. Kita punya ‘nilai rasa’ yang berbeda dalam menakar kebahagiaan,” Bella bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi.
Leo terdiam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sadar, wanita itu cukup konsisten memegang prinsipnya. Mendadak, kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu. Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Bella. Besok, Bella akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi sang direktur selama sebulan. Ia tidak tahu apakah Bella akan menyewa ‘jasa’ nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak. Baginya itu tidak penting.
Kebersamaan dengan wanita penghibur kelas atas itu selama ini, tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya. Wanita itu bukan hanya sekedar langganan, namun telah menjadi teman baginya. Melalui kaca spion mobil, ia melirik Bella. Ia begitu cantik, sangat cantik, mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor? Leo membatin sekaligus nelangsa. Tak lama kemudian, mereka telah sampai ke tujuan.
Bercinta dengan Jablay Memek Mulus
Leo segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menanti panggilan dari Bella untuk mengantarnya pulang, tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong. Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wanita itu. Setibanya di rumah Bella, Leo turun dan mengeluarkan pBellang sebelum membuka pintu belakang dan memBellangi wanita itu hingga ke gerbang.
“Bang, masuk dulu aja, minum dulu sambil tunggu hujan reda!” tawar Bella setelah membuka gembok.
“Tapi Mbak…”
“Sudahlah Bang, masuk saja, hujannya terlalu deras, mana ada yang numpang saat-saat gini?” Bella malah menarik lengan Leo memasuki pekarangan rumahnya.
Leo tidak bisa menolak lagi ajakan wanita itu, malah hati kecilnya merasa girang. Mereka berlari kecil ke pintu. Bella membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk. Leo langsung merasakan kehangatan begitu memasuki rumah itu.
Bella memang pandai menata interior ruangan sehingga kelihatan menarik dan nyaman. Dekorasi ruangan tamunya bertema oriental, beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut. Leo terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu, entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini.
“Duduk Bang!” Bella mempersilakannya duduk di sofa “mau minum apa nih? Teh? Kopi? Juice?” tawarnya sambil ke mini bar dekat situ.
“Kopi panas aja Mbak, makasih ya!” jawab Leo sambil menjatuhkan diri di sofa.
Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu. Leo pun membuka-buka sebuah majalah sambil menunggu Bella membuatkan minum. Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil, Bella memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa sehingga besok tinggal diangkut ke mobil.
“Silakan Bang, diminum dulu kopinya” tiba-tiba Bella sudah berada di depannya dan meletakkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku.
Badannya agak membungkuk, sehingga sopir taksi itu bisa melihat sekelebatan tonjolan dua bukit dadanya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar. Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit.
“Makasih ya Mbak!”
Bella kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya. Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja, juga saling bertukar lelucon dan mereka tertawa lepas.
“Ini hari terakhir kita bertemu Bang! Besok saya pergi…makasih ya bantuannya selama ini” kata Bella berkata sambil menghela nafas.
Hingga suatu saat, Leo memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wanita itu, ia ingin memberinya penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama. Bella agak tertegun, tapi tidak menolak.
“Mbak…jaga diri di sana ya” kata Leo singkat.
Bella tersenyum, “Ya…makasih, Abang juga, semoga dapat jodoh yang baik” balasnya.
Tiba-tiba Bella melepaskan tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamarnya.
“Tunggu bentar ya Bang!” katanya sambil tersenyum penuh arti, ia lalu mengambil remote TV di meja ruang tamu dan menyalakan TV di depan mereka, “nonton aja dulu ya sambil nunggu!” lalu ia masuk ke kamarnya.
Di ruang tamu, Leo mendengar sBellap-sBellap suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu. Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam. Tak lama kemudian, Bella keluar dari kamarnya, kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru. Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut, belahan pahanya memperlihatkan pahanya yang indah.
“Ayo sini Bang!” ajak Bella sambil menggandeng tangan Leo.
“Tapi Mbak…mau apa?” Leo gugup dengan ajakan wanita tersebut.
Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wanita mengajaknya masuk ke kamarnya seperti ini.
“Eeennggg….kamarnya bagus ya Mbak!” pujinya sambil menutup kegugupan, “kita mau apa Mbak?”
Bella hanya menjawab terima kasih, dia terus menuntun Leo hingga memasuki kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, ia melihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub. Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paru pria itu.
“Bang…makasih ya atas bantuannya selama ini” kata Bella lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Leo ke belakang sehingga tubuh pria itu terhimpit ke tembok, tangannya lalu meraba sekujur tubuh sopir itu, “abang orang baik, tulus, jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini, apalagi di dunia saya”
“Eeee…apaan nih Mbak?” Leo mencoba menghindar antara mau dan tidak.
“Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang…sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu” habis berkata Bella lalu mencium Leo dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas selangkangan pria itu.
Iman Leo pun dengan cepat runtuh. Ia pun membalasa mencium dan memagut bibir indah Bella sambil tangannya meremas lembut pantatnya. Bella mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Leo. Belaian tangan lembut wanita itu pada dadanya sungguh membangkitkan gairah si sopir taksi, kelelakiannya terasa makin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak. Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut bukit dada Bella.
Wanita itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan “french kiss” nya. Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai. Bella melanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu. Leo pun mulai melepaskan tali pinggang yang membalut kimono Bella. PBelladaranya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya, terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi.
Bella meraba dan meremas lembut batang kemaluan Leo yang masih dibalut celana dalamnya. Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk celana dalam itu, menjemput batang kelelakian si sopir taksi. Dengan sekali tarik, terbukalah kimono Bella, wanita itu lalu meloloskan tangannya sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai. Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi, kulitnya putih mulus dan begitu terawat.
Kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi, tidak terlalu lebat, tapi juga tidak terlalu tipis. Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut. Telanjang sudah wanita cantik itu di depan Leo yang selama ini mengisi fantasinya. Bukit dadanya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya. Perlahan, Leo mulai menyusuri bukit dadanya yang sebelah kiri dengan lidahnya.
Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya. Bella pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya, sementara tangan kiri pria itu meremas lembut dan memainkan bukit dada dan putingnya yang kanan. Bella mendesah nikmat. Tangannya merenggut celana dalam Leo dan menurunkannya dengan cepat hingga terlepas ke lantai. Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu.
“Yuk…kita sambil berendam aja!” Bella “menuntun” penis Leo menuju bathtub.
Leo hanya bisa pasrah tidak bisa berkata-kata menikmati pelayanan Bella. Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Bella dengan perlahan mengocok dan mengurut penisnya di antara busa-busa sabun dan air hangat. Wanita duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok penisku. Leo memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Bella beraksi naik turun.
“Eeemmmhhh…enak Mbak…!” erang Leo.
Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Bella. Lalu ia menarik bahu wanita itu dan membalikkan badannya ke arah badannya. Dipeluknya Bella dari belakang. Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat wanita itu. Tangannya memainkan pBelladaranya dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya.
Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam, memainkan paha, lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Bella. Bella mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidah Leo menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Bella dan sekitar tengkuknya. Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wanita itu.
“Oohhhhhh….Bang, enak Bang…terushhh…saya milikmu malam ini!” desah Bella
Leo sedang menciumi leher Bella, tangannya meremas lembut pBelladara montok itu. Bella yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini, tak mau kalah. Ia mengocok pelan penis Leo. Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang, ia memutar wajah wanita itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu, saling pagut, saling gigit, lidah keduanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur
Akhirnya setelah seperempat jam, mereka pun menyudahi pemanasan yang penuh gairah itu karena kulit mereka mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath. Bella menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya keduanya melakukan “french kiss” lagi dengan posisi saling mendekap.
Setelah puas melakukan “french kiss”, Bella berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka. Di bawah derai siraman air shower, keduanya kembali berpelukan dan melakukan “french kiss” lagi. Saling meraba, saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing.
Rupanya Bella sudah birahi tinggi. Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun penis Leo ke arah gerbang kewanitaannya.
“Saya udah kepengen banget Bang, ayo setubuhi saya…buat saya menggelepar keenakan!” pintanya.
Leo membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting pBelladara kanannya. Ia menggeser-geserkan ujung kepala kemaluannya pada klitorisnya. Perlahan, ia mendorong masuk penisnya ke dalam liang kemaluan Bella. Pelan.. lembut.. perlahan.. sambil terus mengulum bibir merahnya. Bella mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka.
Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Leo, dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wanita itu. Bella memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh. Ia memeluk pria itu semakin kencang.
Leo mengBellankan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Bella membantu dengan putaran pinggulnya, membuat batang kemaluan Leo seperti disedot dan diputar oleh liang kemaluannya. Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang mereka alami.
Leo merasakan lubang kemaluan Bella semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama. Setelah agak lama melakukan posisi ini, Bella menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang kemaluannya. Kemudian ia membalikkan badannya dan agak membungkuk, menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi.
Rupanya dia ingin merasakan posisi “rear entry” atau yang lebih populer dengan istilah “doggy style”. Kemaluannya yang berwarna merah jambu sudah membuka, menantang, dan terlihat licin basah. Perlahan Leo memasukkan batang kemaluannya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang kemaluan Bella.
“Aaaahh….yahhh!” desis Bella dengan tubuh mengejang.
Leo mulai mengBellankan pantatnya maju-mundur, menusuk-nusuk lubang kemaluan Bella. Bella merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang kemaluannya. Leo merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan kemaluannya. Tangannya meremas-remas pantat Bella bergantian dengan remasan-remasan pada pBelladaranya. Sesekali, ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wanita itu.
Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie, tiba-tiba Bella meminta berhenti lalu membalik badannya dari posisi “rear entry” ke posisi berhadapan.
“Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang, mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita!” katanya dengan nafas tersenggal-senggal.
Habis berkata Bella langsung mencium Leo dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu, merapatkan tubuhnya dan meraih penisnya yang masih menegang. Leo mengangkat kaki kiri wanita itu dan mengarahkan penisnya ke liang kemaluannya.
Dengan sekali dorong penis itu pun kembali memasuki liang kewanitaan Bella yang sudah sangat berlendir itu. Setelah penisnya masuk, Leo pun menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Keduanya semakin lepas kontrol, erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa.
“Aaaarrgghh….entot memekku, Bang…, yah…gituuuuuhh…yang keras, yang keras….oohhhh, kontol Abang enak bangettthhh!” ceracau Bella tidak karuan
Leo pun jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat wanita itu keenakan. Maka ia semakin kuat menyodoki batang kemaluannya di dalam vagina Bella. Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya. Bella merasakan klimaksnya sudah sangat dekat.
“Saya keluaarr Bang..! Aaagghh..!” serunya sambil memeluk Leo erat-erat.
Bella merasakan liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluan Leo. Pria itu juga merasakan tubuh Bella yang menjadi lemas setelah mengalami wanita orgasme. Namun ia masih saja memompa kemaluannya sambil menyangga tubuhnya.
Mulutnya menghisap-hisap puting pBelladaranya, kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya. Bella seperti orang yang sedang tak sadarkan diri. Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Leo. Setelah beberapa saat, mendadak dia mengejang lagi, melenguh dan mengerang,
“Aaagghh..! Ooohh Bang…saya keluaarr lagii..!”
Bella engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm. Bella menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang diraihnya.
“Mbak..tahan yah.. saya juga mau keluar sedikit lagi..” kata Leo sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang kemaluan Bella.
Bella hanya bisa pasrah. Akhirnya, Leo pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar. Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin, tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat, maka ia mengatur pernapasan, berkonsentrasi penuh. Tangannya yang kokoh mendekap erat tubuh Bella.
“Aaahhh…saya keluar Mbaaakkk!” erangnya melepas orgasme
Leo merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya. Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku. Kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Bella. Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup, bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks. Bella menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa.
“Fantastis…beneran nih Abang cuma pernah main sama mantan istri Abang dulu?” Bella setengah tak percaya.
“Iya sumpah Mbak, emang kenapa?” tanya pria itu keheranan.
“Jajan juga gak pernah?” tanya Bella lagi sambil meraih penis Leo yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya
Leo menggeleng, menatap wajah Bella yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower.
“Saya percaya, orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong” Bella tertawa renyah.
Leo hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wanita itu. Ketika mencuci batang kelelakiannya di bawah shower. Bella memeluk Leo dari belakang dan membantu mencuci batang itu. Setelah selesai mandi bareng, mereka saling mengeringkan diri dengan handuk. Ketika Leo hendak mengenakan pakaiannya kembali, Bella melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ.
“Abang capek? Malam ini nginep aja di sini…hujannya juga belum berhenti!” tawar Bella
“Eerrr…Mbak!” Leo menepuk pundak Bella yang membelakanginya
“Iya…eeemmm!”
Saat Bella menoleh, Leo mencuri sebuah ciuman dan dibopongnya Bella ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink. Diletakkannya tubuh telanjang Bella perlahan di tempat tidurnya. Ia ciumi sekujur tubuhnya. Setelah puas, ia berbaring di sebelahnya, tangannya mendekap tubuh wanita itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil tangannya mengelus-elus punggungnya. Tak lama kemudian Bella tertidur dengan senyum di bibirnya. Leo mengecup lembut bibirnya, lalu ikut tidur di sampingnya, beredekapan, telanjang di bawah selimut.
Keesokan pagi
Leo terbangun saat ia merasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya. Bella telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkan pria itu. Bella mengecup bibir tebal itu perlahan dan mereka pun terlibat dalam sebuah “french kiss”. Tangan Leo mengelusi punggung putih mulus Bella sementara Bella mengelus-elus rambutnya.
“Mbak…bukannya hari ini harus ke bandara? Nanti telat” kata Leo.
“Masih ada waktu…” jawab Bella “pesawatnya berangkat sore jam lima, kenapa gak kita habiskan bersama saja?”
“Apa gak akan ada orang lain lagi ke sini? Kalau kita ketauan kan gak enak” Leo agak was-was kalau ketahuan ia sedang meniduri wanita simpanan orang kaya, bisa-bisa digebuki seperti di film-film.
“Nggak…dia terlalu sibuk jam-jam segini, nanti baru nyusul di bandara” Bella tersenyum lalu mengecup kembali bibir Leo. “pokoknya Bang…sekarang ini waktu cuma buat kita berdua, santai dan nikmati aja!”
Bella mulai menciumi sekujur tubuh sopir taksi itu, menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahnya. Tangannya menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba batang kelelakian Leo, memainkannya, mengelus dan mengurutnya sehingga penis itu pun bangun dari tidurnya. Bella tersenyum. Perlahan, disusurinya perut, pusar dan pinggangku dengan lidahnya.
“Eeemmhh…Mbak!” desah Leo yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding. Ia mengusap-usap kepala Bella dengan penuh kelembutan. Disisirnya rambut wanita itu dengan jari-jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telinganya.
Perlahan jilatan lidah Bella semakin turun ke arah selangkangan Leo. Dengan jemari tangan kirinya yang halus, ia menggenggam penis Leo, mendongakkannya, dan dia mulai menjilati daerah pangkalnya. Disusurinya penis itu dengan lidahnya hingga ke ujungnya yang bersunat. Ia memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang penis pria itu. Ia memang profesional dalam membuat Leo merasa seperti melayang.
Dari ujung penis itu, Bella kembali menyusurinya hingga ke bawah, menjilat-jilat buah pelirnya, sesekali mengecup dan agak menghisapnya. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak membuat Leo menggeliat-geliat.
“Enakkhh…Mbak…geli…uuhh” desah Leo sambil meremasi rambut Bella.
Bella memandang pria itu dengan pandangan mata yang menggemaskan
“Sungguh bidadari sejati.. betapa cantiknya kamu Bella!” kata Leo dalam hatinya
Tiba-tiba Bella berhenti melakukan oral seksnya. Dia mendekati wajah Leo. Menciumnya dengan mesra dan lembut bibir tebal pria itu. Kemudian ia membalikkan badannya dan membelakangiku, seperti posisi “69”. Ia memegangi penis Leo dan mulai menghisap, mengulum dan menjilatinya.
Kembali rasa geli dan nikmat mendera pria itu. Ia mencium wangi harum yang khas d