Keluarga Pak Trisno 5
Dengan canggung Nanda memasuki kamarnya, kamar yang aku dan istriku kini tengah duduk diatas ranjangnya.
“Ada apa lagi ma?” tanyanya, sambil menundukan wajah imutnya.
“Aduh… kamu jangan murung begitu dong sayang… mama betul koq udah gak marah lagi, tanya aja tuh sama papa…”
“Iya Nanda, mama udah gak marah lagi koq…” ujarku, untuk lebih meyakinkan ucapan istriku kepada Nanda, yang saat itu telah mengenakan daster tipis yang sempat diraihnya tadi ketika istriku menyuruhnya untuk keluar. Dari balik dasternya itu terbayang jelas kalau dia sudah tidak mengenakan pakaian dalamnya yang memang masih berserakan diatas ranjang ini.
“Iya Nanda, mama memang sudah gak marah… Oh iya Nanda, tadi kamu bilang kamu masih kentang ya? Kamu mau dientotin lagi sama papa? sampai kamu puas… Mau ya sayang.. mama juga mau liat nih aksi kamu, papa bilang kamu hebat, mama jadi penasaran nih.. sehebat apa sih anak mama ini…” Ah, dasar istriku ini, omongannya itu lho.
“Be.. benar nih ma?” tanya Nanda, dengan sedikit ragu. Dari wajahnya terkesan kalau putriku ini sepertinya heran dengan perubahan sikap istriku yang berubah drastis seperti ini.
Bagaimana tidak, beberapa menit lalu istriku masih begitu marahnya hingga menyuruhnya keluar kamar, sedangkan saat ini justru terlihat begitu binal dan mesum.
“Ya bener lah… ayo pa, langsung buka dong celanamu itu, Nanda kan mau dientot tuh… iyakan Nanda?” segera kulepas celanku, sehingga batang penisku yang sebelumnya telah layu karna baru saja mencapai klimaks beberapa menit lalu kini kembali berdiri tegak, kata-kata vulgar istriku itulah yang kembali membangkitkan birahiku.
“Ih, mama… Nanda gak biasa ngomong seperti itu lho ma…” ujarku kepada istriku, yang menurutku sepertinya Nanda tak terlalu familier dengan kalimat-kalimat vulgar yang hanya dapat didengar diterminal atau kawasan kumuh.
“Ngomong seperti apa? Maksudnya ngomong ngentot gitu? Ya, gak apa-apa dong pa… Nanda harus membiasakannya.. kan malah hot didengarnya… papa juga suka kan kalau mama ngomong seperti itu…”
“Iya, papa memang suka.. tapi Nanda belum terbiasa ma.. nanti malah Nandanya BT lagi…” ujarku, kawatir Nanda justru malah merasa risih dengan kalimat vulgar istriku.
“Enggak koq pa… Nanda malah suka koq..” potong Nanda
“Tuh kan pa… Nanda juga suka koq.. Ayo sayang, kasih liat mama bagaimana kamu ngentot sama papamu…”
“Oke deh ma…” ucap Nanda, seraya melepas daster yang membungkus tubuhnya hingga kembali dirinya bugil.
Ah, hanya beberapa detik saja anak itu yang sebelumnya tampak ragu dan gugup didepan istriku, kini justru begitu rileks.
“Ayo, papa sekarang telentang..” dengan sekali dorongan oleh Nanda, tubuh telanjangku kini berbaring telentang diatas ranjang dengan batang penis mengacung tegak.
Dengan sigap gadis itu berjongkok mengangkangiku, seraya menggenggam batang penisku dan diarahkan ujungnya pada liang anusnya. Bless… hanya sekali dorong dengan mudahnya batang bazokaku menembus liang anusnya, yang dengan lincah tubuh anak gadisku itu mulai bergerak turun naik dengan kekuatan dan kecepatan tinggi.
“Wooowwww… Nanda, kamu ternyata suka anal juga ya..?” Kejut istriku, saat dilihatnya Nanda yang telah begitu handal mendemontrasikan aksi anal seks dengan cara woman in top seperti itu.
“Iya ma… Nanda memang lebih suka dientot lubang anusnya ketimbang memeknya… iyakan Nanda?” celetukku, sambil menikmati genjotan Nanda yang mengocok penisku dengan otot-otot anusnya.
“Betul ma… Nanda lebih suka kalau sidede masuk kedalam lubang anus Nanda, ketimbang didalam sipuss…”
“Ah, dasar anak mama ini ternyata binal banget ya… pantesan nih papanya betah banget ngentotin kamu..”
“Oh iya ma… Orgasme yang didapat Nanda sebagian besar dialaminya saat anal seks lho ma..” terangku, sekedar memberikan informasi kepada istriku.
“Masa’ sih… mama aja belum pernah tuh orgasme saat anal seks, walau mama juga suka anal, tapi tetap saja mama baru bisa orgasme kalau memek mama dientot…”
“Itulah hebatnya Nanda ma…” pujiku, yang membuat Nanda semakin bersemangat memompakan bokongnya naik turun, yang diikuti dengan erangan dan desahan keluar dari mulutnya.
“Aauuuggghhhhhh… huuhhgghh… huuhhgghh… huuhhgghh… sedaahhaaapp… hugh.. hugh.. hugh…” gumamnya, sambil kedua tangannya meremasi buah dadanya sendiri yang masih ranum dengan puting merah jambu.
Melihat aksi yang dilakukan putriku, sepertinya istriku mulai larut dan terbawa kedalam alunan birahi yang tengah kami mainkan, itu dapat kulihat dari ekspresinya yang begitu mengharap.
“Aduh pa.. Mama gak nahan nih…” Ujar istriku, seraya melepaskan celana dalamnya.
Kini istriku berbaring disampingku, dengan pandangan tertuju pada Nanda yang masih memompakan bokongnya sambil berjongkok, tangan kanannya mulai mengusap-ngusap vaginanya sendiri, dan hanya beberapa saat setelah itu, jari tengah dan telunjuknya mengobel-ngobel liang vaginanya.
Ah, betapa nikmatnya berhubungan badan dengan putriku sambil disaksikan oleh istriku, yang juga adalah ibu kandungnya, terlebih lagi reaksi istriku yang tengah horny seperti itu.
Istriku sedikit bergeser dan merebahkan kepalanya diatas bantal yang sama yang kini tengah kugunakan, sehingga praktis kami saling berdampingan dalam satu bantal.
“Aduh enaknya ngentotin lubang pantat anak sendiri…” bisiknya ditelingaku.
“Zzzz… aaaahhhh… ya enak dong ma.. Mama kan juga udah dapet yang enak-enak sama Doni, iyakan? Aauuugghhhh…” ujarku, yang diselingi desahan nikmat karena aksi yang diberikan Nanda.
“Iya pa… Doni itu bikin mama ketagihan deh pa, kontolnya juga gak kalah sama papa.. terus mainnya itu lho pa.. mmmm… Ah, susah deh ngejelasinnya… pokoknya top abis deh si Doni itu pa..” terangnya, Sial.. Seharusnya aku cemburu mendengar ceritanya itu, tapi mengapa aku justru merasakan yang sebaliknya, aku semakin ingin mendengar bagaimana istriku dan Doni melakukan petualangan seksnya.
“Ceritakan dong ma.. bagaimana mama dan Doni selama ini ngesek..” pancingku, sambil tetap menikmati empotan dan kedutan otot-otot anus Nanda pada batang penisku.
“Iya deh, mama ceritakan… tapi papa jangan cemburu ya… mmm.. yang mana ya? abis banyak sih.. Mmm.. yang di Villa Bandung aja deh, soalnya itu yang paling berkesan untuk mama.. satu hari satu malem gitu looww…”
“Mmm… ini pasti yang pakai alasan mau kepernikahan anaknya mbak Wiwik itu, iyakan..?” tuduhku
“Ya, begitu deh… Maaf deh pa.. Oh iya pa, waktu kami masih masih dimobil aja pa, Si Doni itu udah enggak sabaran banget, eh, masa’ mama disuruh telanjang sambil nyetir, gila enggak tuh?”
“Terus mama mau?” “Ya, mau juga sih pa… tapi Si Doni juga telanjang lho pa…”
“Terus…”
“Ya, untuk beberapa saat mama dan Doni telanjang selama melintasi tol Cipularang…”
“terus..”
“Terus… Ah, dasar si Doni enggak sabaran… masa’ dia ngentotin lubang pantat mama dari belakang sih, gila enggak tuh pa?… tapi mama suka sih… jadi kira-kira lima menit Doni menancapkan kontolnya dilubang anus mama sambil mama menyetir… Aaaahhhh… so sweet.. Doni memang romantis..” Sial, kaya’ gitu koq romantis, tapi aku justru semakin terangsang oleh ceritanya itu.”
“Jadi, Doni juga menganal mama?”
“Ya, iya lah pa… dia menyodomi mama, sampai banyak banget lagi pejunya yang keluar didalam lubang anus mama..”
“Terus…”
“Ya, terus… pejunya mama cicipin pa… Eh, dia terpukau lho pa, saat mama makanin pejunya…”
“Terus..”
“Ah, papa terus terus melulu nih… Papa gak tau kali ya, kalau mama tuh lagi horny berat, papa sih enak sekarang lagi dientotin sama Nanda tuh…” sejurus kemudian istriku bangkit, seraya berdiri diatasku sehingga aku dapat melihat vaginanya yang mengintip dari sela-sela pahanya.
Entah apa yang akan dia lakukan selanjutnya, woww.. sambil berdiri dia mengangkangi wajahku, semakin jelas kulihat vaginanya dari sini, dan bertambah jelas saat dia menyingsingkan dasternya sampai kepinggang, hingga bokongnya yang bulat bak gitar spanyol seperti menantangku.
Dan, ah.. ini yang aku suka, rupanya dia berjongkok tepat diatas wajahku, sehingga liang vaginanya yang menganga kini berada tepat didepan mulutku.
“Ayo pa… jilatin memek mama dong pa…” pinta istriku, yang posisinya kini berhadap-hadapan dengan Nanda yang masih berpacu memompakan bokongnya naik turun.
Lidahku mulai menjulur, menjilati liang vagina yang mulai basah oleh cairan birahi. yess.. ibu dan anaknya kini tengah kunikmati secara bersamaan.
“uuuggghhhhhh… iya pa… enak pa.. aaaaauuuggghhh.. mmmhhhh…” erangnya, sambil tangannya kini meremasi buah dada Nanda yang masih belum seberapa besar namun memiliki bentuk dan tekstur yang indah.
Kini kedua tangan Nanda berpegangan pada pundak istriku, sehingga keseimbangan tubuhnya semakin stabil dan dapat lebih leluasa dalam menggenjot batang penisku dengan lebih intensif.
“Cium mama sayang…” Dan, Ah… apa maksud perkataan istriku itu. Sial… ternyata Nanda meladeni permintaan nyleneh istriku, aksi lesbianisme kini tengah diperagakan oleh ibu dan anak itu, yang dengan hotnya mulut mereka saling berpagutan, walaupun tak dapat melihat dengan jelas karna posisiku yang membelakangi, ditambah wajahku yang kini tengah berada dalam bungkaman vagina dan bokong istriku, namun aku dapat menilai betapa antusiasnya mereka, itu dapat kudengar dari lenguh dan suara kecipakan mulut yang riuh, dan bahkan putriku rela untuk menghentikan sejenak gerakan bokongnya demi untuk “permainan baru pemberian mama”.
Diamnya bokong Nanda selama aksi french kiss dengan mamanya membuatku merasa terabaikan, sehingga kuremas bokongnya dengan kedua tanganku, lalu dari bawah kupompakan bokongku naik turun dengan sekuat tenaga.
Plok.. plok… plok… brroott.. brroott.. brroottt… Suara benturan bokong dengan paha, serta rongga pada liang anus yang tertekan oleh hentakan penisku menambah riuh ruangan itu, hingga secara bersamaan terdengar lenguhan Nanda yang mengisyaratkan bahwa anak itu tengah berada pada puncak kenikmatannya.
“Aaaaaggghhhhhhhh… Nanda sampai paaaaaa… aaaaaaaggghhhhh…” lenguhnya, sambil memeluk erat istriku yang berada tepat didepannya.
Setelah beberapa saat kemudian gadis itu terkulai lemas dengan masih didalam rangkulan istriku, mamun aku tetap aktif menggenjot liang anusnya dari bawah.
“Stop dulu pa… Nanda sudah K. O. tuh… sekarang giliran papa yang entotin mama…” ujar istriku, yg meminta untuk menghentikan goyangan pinggulku. Istriku mengalihkan selangkangannya dari wajahku, seraya menungging diatas ranjang dengan mempertontonkan bokongnya yang menantang.
“Ayo pa… melihat Nanda main anal, mama jadi kepingin juga deh pa… Ayo pa entotin patat mama.. sodomi mama pa…” pintanya, segera kubangkit dari posisi berbaringku.
Blesss… hantaman pertama pada liang anusnya untuk malam itu disambut dengan desahan tertahan. Dengan mencengkram kuat bokongnya kukayuh pinggulku dengan sekuat tenaga mempenetrasikan batang penisku pada ibu putriku yang kini tengah berbaring lemas sambil menyaksikan bagaimana ibu kandungnya tengah bersodomi ria didepan matanya.
“Iya… terus pa… entotin yang kuat lobang pantat mama… hajar terus pa… yessss… hiiaaahhhhh…” pekiknya dengan histeris, membuat anakku tampak terpukau dengan aksi liar istriku itu.
Sambil liang anusnya menerima hantaman batang penisku, kini tangan kirinya mulai menggosok-gosok vaginanya, sedang kepalanya kini bertumpu pada ranjang.
“Uuuuuggghhhhhh… mama papa mau keluar nih…” ujarku, karna kurasakan puncak kenikmatan sepertinya hampir menjalari kesekujur tubuhku. Namun betapa kecewanya aku, ditengah orgasme yang hampir saja kuraih tiba-tiba istriku menarik pantatnya.
Pluuupppp… praktis batang penisku kini kehilangan tempat bernaung untuk mencurahkan nikmat dan menaburkan air mani yang sepertinya telah diujung tanduk ini.
“Tahan pa.. Jangan dikeluarin dulu… papa keluarin dimemek Nanda saja ya pa…” cegah istriku, seraya menarik batang penisku untuk mendekati Nanda yang kini tengah berbaring telentang.
“Ayo Nanda, buka memek kamu… biarkan papamu menaburkan air maninya didalam memek kamu ya sayang…” ujarnya, diikuti dengan membimbing penisku kearah liang vagina putriku. Kini ujung batang penisku telah berada tepat dimuka liang vaginanya, yang berkat intervensi istriku kini kedua paha anakku mengangkang lebar bersiap menerima hantaman rudalku.
“Ayo pa… langsung genjot dong… masa’ bengong aja sih…” Sial, justru diamnya aku karena menunggu instruksi darinya.
Fuhhh… nikmatnya… Untuk kedua kalinya pada malam ini aku kembali menaburkan benihku dirahim putriku, jujur untuk yang kedua ini serasa lebih nikmat.
Tingkah “edan” istriku itu justru membuat orgasme yang kurasakan semakin sensasional, bagiku kata-kata itu terdengar bagai irama indah yang membuatku terlena, aneh memang.
“Horeeeeee… semoga cepat hamil ya Nanda sayang… mudah-mudahan nanti punya anak cowok, biar bisa ngentotin kamu dan juga mama…” ujar istriku, diikuti dengan mengecup bibir Nanda yang masih berbaring. Ah, semakin ekstrim saja kata-kata istriku ini, yang membuatku tak tahan hingga kusumbat mulut “jorok” nya itu dengan kecupan yang dibalasnya dengan agresif.
Untuk beberapa saat kami saling berpagutan dengan batang penisku masih tertanam dalam liang vagina putriku.
Puas kami saling berkecupan dan berpilin lidah, kini perhatian istriku beralih pada penisku yang masih tertanam didalam liang vagina Nanda.
“Udah dong pa… dicabut dulu kontolnya.” hmmmm… aku tau apa yang diinginkannya, seraya kucabut batang penisku dari dalam liang vagina, penis yang masih tegang walau sudah tidak maksimal, dengan permukaannya yang berkilat oleh cairan birahi Nanda dan spermaku, bahkan terlihat cairan kental lengket dan sedikit berbusa melekat pada beberapa bagiannya.
Tanpa aku harus menyodorkan padanya, dengan sigap istriku langsung meraih penisku dengan tangan kanannya, dijilatinya beberapa saat lalu dikulumnya.
Tak sampai satu menit dihentikan kulumannya, kulihat cairan kental yang melekat pada batang penisku kini telah sirna, yang sepertinya telah berpindah mengisi perut istriku.
“Mmmmm… masih kurang nih pa, nanggung banget deh..” ujarnya, seraya melirik kearah vagina putriku yang pada sela-sela bibir vaginanya terlihat lelehan sperma sedikit menetes keluar.
Jangan-jangan… Ah, Apa iya dia akan melakukan itu, setelah dengan tanpa canggung tadi dia berciuman dengan anakku, sebuah aksi yang hanya pernah dilakukan oleh para penganut lesbian. Dan ternyata apa yang kuperkirakan sama sekali tak meleset, ditundukan kepalanya pada selangkangan putriku, tangannya mulai menyibak belahan vagina Nanda, yang saat itu sepertinya masih bertanya-tanya dalam hatinya dengan apa yang akan dilakukan oleh mamanya.
Srrrruuuffffttt… Diseruputnya cairan kental yang melekat pada vagina putriku. Ah, benar-benar edan apa yang dilakukan istriku ini, yang kini mulai menelusupkan lidahnya kedalam rongga-rongganya, sepertinya semakin kedalam cairan kental air maniku semakin banyak yang terdeposit didalamnya, itu dapat kudengar dari kecipakan lidah serta seruputan mulutnya.
“Mmmm… nyemmmm.. nyemmm… nikmaaaaattt… srrryyuuff.. aahhhh..” gumamnya, mengingatkanku akan seekor kucing yang tengah menikmati sepotong ikan segar.
Putriku yang tengah berbaring sampai mengangkat kepalanya demi untuk menyaksikan dengan lebih jelas aksi yang sepertinya baru kali ini dia lihat, dan itu dilakukan oleh mamanya, ibu kandungnya.
“Kamu mau coba sayang…” tawar istriku, kepada Nanda yang hanya terdiam tanpa menjawab, namun bocah itu justru menatap wajahku, entah bermaksud meminta pertimbanganku atau dia masih belum mengerti dengan apa yang dimaksud istriku, namun aku hanya menjawab tatapan itu dengan merentangkan kedua telapak tanganku kebawah yang berarti “terserah,” disamping juga aku belum tau persis apa yang dimaksud istriku.
“Kamu harus cobain dong.. pasti kamu suka..” ujar istriku, diikuti dengan memasukan jari tengahnya kedalam liang vagina Nanda, dikocoknya beberapa saat kekudian ditarik keluar, sehingga air maniku yang sebelumnya tersimpan didalamnya kini meleleh keluar karena tarikan jari tangannya yang mengerok keluar spermaku, yang segera dihirup lagi olehnya, namun kali ini tidak langsung ditelannya, kecuali hanya dikulum dalam mulut, seraya mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak sekitar 20cm diatas wajah Nanda.
Tangan istriku memeberi isyarat agar Nanda membuka mulutnya, namun merasa putriku kurang merespon atau mungkin juga masih bingung untuk berbuat apa, sehingga dengan tangannya sejdiri istriku membuka bibir Nanda hingga kini menganga, lalu.. plehhh… cairah kental dari mulut istriku yang bercampur dengan air liurnya ditumpahkan kedalak mulut yang menganga itu.
“Ayo diminum sayang…” ujarnya kepada Nanda yang masih menahan “special gift” dari istriku itu didalam rongga mulutnya. Glek… akhirnya ditelan juga oleh putriku, dan Ah… dari ekspesinya sepertinya Nanda menyukainya
“Enak kan sayang… enakan kan? Mama bilang juga apa… Mau lagi sayang?”
“Mau ma.. lagi dong ma…” Ah, benar dugaanku, anak itu justru ketagihan.
“Ih, dasar anak mama… ketagihan kan?” goda istriku, seraya kembali mencolok-colok vagina Nanda dengan jari tengahnya, seperti sebelumnya cairan kental yang berhasil keluar dihirupnya untuk kemudian dibetikannya pada Nanda.
Setelah dirasakan tak ada lagi sperma yang tersisa sari dalam liang vaginanya, istriku menghentikan aksinya, lalu mengecup bibir putri kami itu dengan rakus.
Dan akhirnya diranjang anakku ini, kami bertiga berbaring merebahkah tubuh sambil berbincang-bincang.
********
“Emang dimana aja mama begituan sama si Doni?” tanya Nanda, yang kini merebahkan kepalanya dipahaku.
“Ngentot maksud kamu?” ujar istriku, yang membuat Nanda sedikit salah tingkah karna tak biasa dengan kalimat itu.
“Mmmm… iya itu ma..”
“Iya itu… iya itu… ngomong yang jelas dong..”
“Iya deh ngentot..” dengan agak sungkan diucapkannya juga oleh putriku, sebuah kata yang hanya pernah didengarnya dari mulut anak-anak jalanan dan preman terminal.
“Nah, gitu dong… Gak usah pakai sok dihalusin deh.. segala sipuss, sidede’ apaan tuh.. sok imut amat sih.. Bilang aja kontol.. memek.. Kan lebih asik, didengarnya juga lebih hot… iya enggak pa?”
“Aku sih terserah aja deh ma…” jawabku, sepertinya ada benarnya juga apa yang dikatakan istriku itu, saat partner seks kita mengucapkan kata-kata vulgar yang terkesan kotor seperti itu, memang bagiku terdengar lebih merangsang, namun aku juga tak ingin memaksakan kepada Nanda untuk mengucapkan kata-kata yang seperti itu, yang kukawatirkan malah akan menjadi kebiasaan, dan tanpa sadar akan terucap olehnya di saat-saat yang kurang tepat.
“Papa terus terang dong… papa suka kan kalau dengar kita mengucapkan kata ngentot, kontol atau memek, ngomong dong pa biar Nanda tau…” tekan istriku, setengah mengomel.
“Iya.. iya… Papa lebih suka… Puaassss…” jawabku, sedikit agak sewot karna penekanan istriku tadi.
“Benar pa? Papa suka Kalau Nanda ngomong kayak gitu..?” tanya Nanda, yang kujawab hanya dengan menganggukan kepala sambil membelai rambutnya.
“Oh, iya.. mama belum jawab pertanyaan Nanda..” tagih Nanda, yang sepertinya masih penasaran tentang hubungan istriku dengan Doni adiknya.
“Tempat mama sama Doni ngentot kan? Mmm.. Dimana saja ya? Banyak juga sih, dikamar Doni, dimobil, di Villa, di hotel.. terus dimana lagi ya?…”
“Ayo langsung ceritain ke kita dong ma… tentang ngentot ngentot mama dengan Doni…” potong Nanda, disaat istriku tengah mengingat-ingat tempat dimana saja mereka berindehoy.
“Macem-macem sih… udah banyak gaya yang kami praktekin, dari mulai dogy style, ngentot sambil berdiri, ngentot gaya miring, gaya dilipet-lipet, ngentot ditempat umum…”
“Ditempat umum dimana ma?” potong Nanda, yang sepertinya penasaran dengan penjelasan terakhir istriku itu.
“Ditaman, diWC umum.. oh, iya.. kami ngentotnya diwc pria lho… wah, sensasinya itu.. ngeri-ngeri sedap…” terang istriku, akupun ikut terperanjat mendengar pengakuan istriku itu.
“Ngapain juga harus main ditempat-tempat kayak gitu, cari penyakit aja… kenapa enggak dihotel.” tanyaku, dengan nada sedikit mencibir.
“Kan itu kalau lagi darurat pa… Anakmu itu lho, kalau lagi kepingin gak bisa sabar dikit.. kalau dia lagi horny saat itu, ya saat itu juga dia harus bisa ngentotin mamanya ini..” terang istriku, ah, gila juga anak laki-lakiku itu rupanya.
“Terus apa lagi ma?” tanya Nanda lagi
“Mmm… apa lagi ya? Oh iya, Doni itu juga paling suka lho kalau disuapin mamanya..”
“Disuapin bagaimana?” kali ini aku yang penasaran
“Itu lho pa… Doni kalau makan sering minta mama suapin.. Mmm, tapi cara nyuapinnya.. Ah, mama jadi malu menceritakannya..” semakin penasaran aku dan Nanda oleh cerita istriku yang sepertinya agak malu-malu untuk menceritakannya itu.
“Udah lah ma… cerita aja, pakai malu-malu segala mama ini, katanya ingin keluarga kita ini terbuka dalam segala hal..” desakku.
“Iya nih mama, trusin dong ceritanya… lagian ada-ada aja sih tuh anak, udah bangkotan gitu masih minta suapin..” sambung Nanda.
“Iya deh, mama terusin… aduh segitu sewotnya nih bapak sama anak… Begini lho, jadi mama makan makanan Doni, mama kunyah sampai halus, baru deh mama lepehin kedalam mulut Doni yang sudah mangap, lalu langsung dia telan… begitu.. “Ah, gila.. merinding juga aku mendengarnya, kulihat Nanda melirik penuh arti kearahku, entah apa maksudnya itu.
“Wooww… kedengarannya asik juga tuh ma… Nanda jadi kepingin juga nih, kalan-kapan Manda minta disuapin juga sama papa… boleh ya pa…? mau ya…?” sudah kuduga, rupanya ini arti dari lirikannya tadi.
“Iya tuh pa… Nanda kayaknya kepingin tuh.. kasih dong pa..” sambung istriku
“Iya.. iya, nanti… sekarang lanjutin dong cerita mama..” pintaku, didorong oleh rasa penasaranku akan aksi apa lagi yang telah mereka lakukan.
“Mmmm… sebetulnya ada lagi sih, tapi gimana ya? Kasih tau gak ya..?” ujarnya, seolah tengah menimbang-nimbang.
“Ah, kalau yang satu ini kayaknya mama gak perlu ceritakan pada kalian deh..” sambungnya, dan tentu saja perkataannya itu justru memancing penasaran kami.
“Mama gimana sih… apa mama enggak mau kalau keluarga kita terbuka..” ujarku..
“Iya nih mama… lanjut dong” sambung Nanda
“Aduh… bukan begitu pa… tapi yang satu ini… gimana ya? Nanti kalian malah nganggap mama… Ah, sudahlah gak usah, anggap aja cerita itu enggak ada ya..?” penasaranku semakin memuncak.
“Ya sudah, kalau gitu batalkan saja keterbukaan yang akan kita terapkan dikeluarga kita…” ancamku, yang mulai sedikit sewot oleh keraguan sikap istriku itu.
“Oke deh pa… ih, papa segitu sewotnya deh… iya deh mama akan cerita apa adanya… Mmm.. tapi kalian jangan kaget ya… Begini lho pa, mama itu paling suka kalau dikencingin sama Doni…” terangnya.
“Maksudnya…?” potongku, masih belum sepenuhnya paham akan cerita istriku itu.
“Iya, biasanya mama duduk sambil membuka mulut, lalu Doni sambil berdiri mengencingi mulut dan wajah mama.. dan air kencing Doni juga mama minum…” Astaga, betapa kagetnya aku mendengar ceritanya itu, mamun aku berusaha untuk tetap tetlihat rileks, namun tidak dengan Nanda, anak itu terlihat begitu terkejut.
“Gileeeee… gak salah tuh ma… hi.. hi.. hi… mama.. mama.. ada-ada saja mama ini… rasanya kayak apa tuh ma? Rasa lemon tea ya ma?” goda Nanda.
“Tau’ ah, rasa es cendol kali… Sudah mama duga, pasti kalian akan mengejek mama…” papar istriku.
“Ah, enggak apa-apa ma, nyantai aja…” ujarku, sekedar membuat nyaman perasaan istriku, dan kuyakinkan pula padanya untuk tak perlu merasa canggung atau minder dengan kegemarannya yang satu itu. Malam semakin merambat ketengah, dan kami bertiga masih larut dalam perbincangan seputar pengalaman kami yang ganjil dimata masyarakat itu, mamun aku akan berusaha merubah keganjilan itu menjadi sebuah kelaziman yang mutlak bagi keluargaku ini.
Secangkir kopi yang dihidangkan pembantuku cukup pas dalam mememaniku menikmati pagi yang cerah ini, setelah tadi sedikit berolah raga ditaman belakang rumah, lalu kemudian mandi dan keramas.
Keramas? tentu saja, setelah tadi malam aku menikmati dua tubuh wanita sekaligus, yaitu istriku dan Nanda, putri kandungku. tentu saja paginya aku harus keramas, walau sampai saat ini aku masih belum paham mengapa pula harus keramas setelah berhubungan badan, toh yang berhubungan badan adalah alat kelaminku, bukan rambutku.
Ah, bagiku itu bukanlah hal yang penting untuk dibahas, dan yang pasti setelah semalam menikmati surga dunia nan indah bersama istri dan anakku, dipagi harinya keramas adalah betul-betul menyegarkan, dan tak ada salahnya aku melakukan itu setiap selesai bersetubuh, dan tentunya hanya sebagai kebiasaan semata, tak lebih.
Dari arah kamar utama, istriku melangkah kearahku, pagi ini dia hanya mengenakan calana pendek hot pan dengan atasan tank tops, sehingga terekspose keindahan paha, lengan, dan punggungnya, tentu juga belahan buah dadanya yang mengintip karna memang tak lagi mengenakan bra. Sepertinya dia juga baru selesai mandi, namun bedanya dia tidak keramas, karna rambutnya yang masih tampak kering kini terikat oleh hair clips sehingga mempertontonkan tengkuk dan leher jenjangnya yang mulus.
“Anak-anak belum pada bangun pa?” tanya istriku, sambil meraih secangkir teh dari atas meja seraya menghempaskan tubuhnya diatas sofa tepat disampingku.
“Kalau si Doni tadi aku lihat ada dihalaman depan, Nanda aku belum liat…” jawabku, memang sekitar pukul dua dini hari tadi aku dan istriku pindah kekamar kami meninggalkan Nanda yang tengah tertidur pulas setelah kami bertiga selesai memacu birahi kami dikamar Nanda.
“Wah, masih pules tuh anak… kecapean kali, abis semalem dientotin terus sih sama papanya…” canda istriku dengan senyumnya yang menggoda, seraya meremas batang penisku yang hanya terbungkus oleh celana pendek berbahan kaos. Ah, mengapa kata-kata vulgar yang diucapkan istriku ini selalu berhasil membuat birahiku bangkit, sehingga memancingku untuk meremas paha mulusnya dengan gemas yang diikuti pekikan manjanya.
“Ah, kamu juga koq… masa’ anak sendiri diajarin adegan lesbi sih…” ujarku, kali ini sambil merangkul pinggulnya.
“Ih, emangnya kenapa..? papa juga suka kan kalau liat mama sama Nanda main lesbi.. hayoo.. ngaku..?” sambung istriku sambil mencubit pelan pipiku.
“Iya juga sih… tapi, mmm.. papa kawatir kalian malah lebih suka lesbi ketimbang sama papa, nanti papa jadi nganggur dong..” paparku, dengan polosnya.
“Hi… hi.. hi… ya ampuuuun.. segitu kawatirnya.. enggak bakalan deh cayaaaang… biar bagaimana mama lebih suka sama batang kontol ini koq… Mama yakin Nanda juga seperti itu deh… itukan cuma sekedar fariasi pa…” ujarnya, sambil meremas-remas batang penisku yang kali ini tangan kanannya telah menelusup masuk kedalam celana pendekku, sehingga dengan leluasa jari lentik itu mengocok-ngocok penisku yang telah berdiri tegak.
Bersamaan dengan itu pula sesosok wanita muda melangkah malas menuruni anak tangga menuju kearah kami, dialah Nanda yang sepertinya baru saja bangun tidur dan masih belum mandi, itu dapat kulihat dari pakaian yang dikenakan yang masih sama seperti tadi malam, juga raut wajahnya yang masih belum terlihat segar dan masih tampak lesu, namun kuakui anak ini masih tetap terlihat menarik dalam konsisi apapun juga, dan…
ah, dasar anak itu memang sembrono, bahkan dia masih belum sempat mengenakan celana dalam dan bra, itu dapat kulihat dari balik gaun tidurnya yang transparan sehingga terbayang jelas vagina dan buah dadanya. Yang pertama dituju adalah kulkas, dibuka pintunya untuk kemudian tangan kanannya telah memegang susu segar kemasan kartun ukuran satu liter, lalu melangkah kearah kami.
“Aduuuhh… anak mama ini mandi dulu kek, jorok amat sih… semalem kan abis dientotin papa kamu, memek kamu pasti masih ada sisa-sisa pejunya papa tuh… Mana enggak pakai celana dalem lagi..” ujar istriku, kepada Nanda yang kini duduk disampingku sambil menenggak susu langsung dari kemasannya.
“Oh iya… lupa, abis Nanda gak nyadar kalau masih gak pakai celana dalem..” jawab Nanda, setelah menyingkap sesaat gaun yang dikenakannya sekedar memastikan memang dirinya tak mengenakan celana dalam, sehingga dalam sekilas itu pula aku dapat menyaksikan vaginanya yang semalam telah menampung spermaku itu.
“Ayo Nanda, kamu koq main buka aja sih, tadi memek kamu diliatin papa tuh… nanti kalau papanya kepingin lagi gimana hayo… inikan masih pagi sayang” ujar istriku mengingatkan Nanda, sebuah peringatan yang nadanya justru sengaja memancing birahiku, itu dapat kulihat dari cara istriku yang mengatakannya sambil tersenyum menggoda kearahku.
“Emangnya kepingin apa pa? Kepingin ngentotin Nanda ya? Hi… hi.. hi…” ujar Nanda dengan gayanya yang imut dan menggemaskan.
“Nah, gitu dong… anak mama harus sering mengucapkan kata-kata yang indah seperti itu biar papa kamu senang… iyakan pa?” Ah, ada-ada saja istriku ini, kata-kata yang indah katanya, tapi memang benar juga sih, bagiku kata-kata seperti itu memang terdengar indah bila diucapkan dari mulut wanita-wanita cantik seperti mereka.
“Eh, Nanda… yang dientotin sama papa apanya kamu sih?” ah, aku tau, istriku tengah memancing untuk membuat suasana lebih hot.
“Si puss… eh, memek Nanda ma..” jawab Nanda
“Terus.. selain memek kamu?”
“Mmmm.. anus Nanda dong ma… itu yang paling Nanda suka..”
“Ih, dasar kamu… kenapa sih kamu koq suka banget sama anal seks..” heran istriku
“Gak tau deh ma… emang udah dari sananya kali… tapi dientot memeknya Nanda juga suka koq ma… tapi kalau lubang anus Nanda yang dientot… mmm.. sesuatu banget deh ma… beda deh nikmatnya…” terang Nanda, Ah, sebuah percakapan mesum yang sungguh-sungguh semakin merangsang birahiku, dipagi hari pula.
Untuk beberapa saat dipagi itu kami saling berbincang seputar seks, hingga datang Doni dari arah pintu depan, anak lelakiku yang tubuhnya semakin terlihat bongsor dan atletis walau usianya baru menginjak 15 tahun, karna memang anak itu rajin sekali berolah raga seperti yang baru saja dia lakukan itu.
“Aduh anak mama ini, keringat sampai basah kuyup begitu… abis senam dimana sih?” ujar istriku, pada Doni yang saat itu mengenakan celana pendek strait berbahan elastis yang ketat khas atlit balap sepeda, dengan atasannya t-shirt singlet yang memang telah basah kuyup.
“Senam? Enggak koq… abis naik sepeda puter-puter sama temen-temen…” ujarnya, seraya terus ngeloyor kearah kamarnya.
“Eehh… eehh.. eehh.. tunggu dulu dong sayang… main nyelonong aja deh… ada yang mau kita bicarakan nih…” ujar istriku, yang membuat Doni menahan langkahnya.
“Bicarakan apa sih?” tanyanya malas, sepertinya tak antusias dengan ajakan istriku.
“pokoknya penting deh… dan mama jamin kamu pasti akan suka… iyakan pa?” terang istriku yang hanya kujawab dengan senyum.
Mendengar perkataan istriku, walaupun dengan malas akhirnya pemuda tanggung itu menghampiri kami, seraya duduk diatas kursi diseberang kami.
“Aduuuhhhh… kamu duduk disini dong sayang… disamping mama sini… sukanya koq jauh-jauh gitu sih..” pinta istriku, yang segera dituruti oleh Doni, sehingga kami berempat duduk beriringan diatas satu sofa, Doni disamping kiri istriku, sementara Nanda disamping kananku. sofa yang berukuran jumbo ini memang memungkinkan untuk menampung bahkan untuk lima orang sekaligus.
“Mau ngomongin apa sih sebenarnya ma..?” tanya Doni, seraya memandang penuh selidik kearah kami.
“Mmmm… begini Doni… mmm.. selama inikan kita sudah sering ngentot walaupun dengan cara ngumpet-ngumpet tanpa sepengetahuan papa…” papar istriku, sambil tangannya membelai kepala anak laki-lakiku itu. Ekspresi terkejut tergambar jelas saat istriku mengucapkan kata-kata itu kearahnya.
“Ja… jadi… papa sudah tau ma… terus gi.. gimana dong ini…” ujar Doni, yang sepertinya mulai gugup dan sedikit panik
“Ssssssttttt… gak usah panik gitu ah… nyantai aja kali… Begini lho don… ternyata selama ini papamu itu juga sering ngentotin Nanda tanpa sepengetahuan kita… Yah, sama seperti kamu sama mama gitu deh.. Ngumpet-ngumpet…” lanjut istriku.
“Jadi papa sama Nanda juga…” potong Doni dengan sedikit terkejut
“Iya… kenapa? Malahan tadi malem aku ngentot sama papa dan mama bertiga… woooww asiknya… Kasian deh lu gak diajak…” goda Nanda, yang membuat Doni semakin tampak tercengang.
“Iya ma?” tanyanya kepada istriku untuk meyakinkan ucapan Nanda itu.
“Iya benar apa yang dikatakan Nanda… tadi malam memang kami main bertiga.. Oke deh, sekarang langsung saja mama jelaskan sama kamu, dan tentunya ini akan menjadi komitmen dalam keluarga kita.. bahwa mulai detik ini, kamu bebas ngentotin mama kapan saja.. mmm tentunya kalau mama memungkinkan gitu lho, kalau mama lagi gak mut atau lagi kurang sehat kamu juga gak bisa maksa, begitu juga sebaliknya, kalau kamu lagi gak mut mama juga paksain kamu untuk entotin mama…
papa kapanpun kamu mau…” terang istriku
“Oh iya ma… mmmm.. Nanda boleh ngentot sama Doni juga enggak?” potong Nanda
“Oww… tentu saja boleh sayang… mmm.. tapi kita tanya dulu sama Doni, dianya bersedia enggak ngentotin kamu.. Gimana Doni… kamu bersedia enggak ngentotin kakak kamu?” tanya istriku pada Doni yang hanya tersenyum-senyum malu sambil menunduk memainkan jari jemarinya.
“Ayo jawab dong sayang… mau atau enggak?” desak istriku
“Kalau Doni sih mau mau aja ma… he.. he.. he…” jawab Doni cengengesan, seraya melirik sejenak kearah kakaknya.
“Nah, gitu dong… itu baru namanya adikku yang jagoan… eh, ngomong-ngomong kata mama, kamu mainnya hebat ya? Sampai mama ketagihan tuh… Jadi kepingin nih aku nyicipin kontol adikku yang manis ini…” oceh Nanda, dengan nada yang menggoda.
“Ya sudah kalau begitu… kalau kalian mau, kalian boleh melakukannya sekarang… tunggu apa lagi… Ayo Doni, hajar tuh memek kakakmu, tapi tadi malem baru saja dipejuin sih sama papa kamu, dan belum dibersihin sama dia… hi.. hi.. hi… dasar kakakmu memang jorok..” papar istriku, memprovokasi mereka.
“Enggak apa-apa ma, Doni udah kepingin banget nih ngerasain memek Kak Nanda…” ujar Doni
“Ya, sudah kalau memang begitu.. Oh, iya Don… kakakmu itu jagoan anal lho… dia suka sekali kalau lubang pantatnya dientot… hi… hi.. hi… kamu juga harus ngerasain ngentotin lubang pantat kakakmu itu lho… Ayo sayang… anak-anakku yang manis… Ekspresikan birahi kalian, biar papa dan mama jadi penonton dulu aja deh…
“Dimana nih ma?” tanya Nanda
“Mmmm… disini aja deh…” ujar istriku, seraya menggeser meja didepan sofa untuk memberikan ruang bagi Nanda dan Doni yang akan “show” dilantai berbahan parket kayu tepat dibawah sofa yang kami duduki.
Dengan tanpa canggung Nanda meremas batang penis adiknya yang masih terbungkus oleh celana pendek ketat sambil sesekali melirik kearahku yang kini duduk bersandingan dengan istriku.
“Ayo dong Doni… kamu jangan malu-malu begitu ah.. jangan mau kalah dong sama kakakmu.. yang agresif dong, seperti biasanya kalau sama mama itu lho… jangan bikin malu mama ah…” ujar istriku, memang Doni masih tampak terlihat canggung dan hanya berdiri dengan sedikit gugup, berbeda dengan Nanda yang nampak rileks dengan sesekali menggoda adiknya itu.
“Iya nih… mana nih katanya jagoan.. itukan yang tadi malem diceritakan oleh mama… iyakan ma?” goda Nanda, seraya menarik turun celana pendek Doni hingga sebatas lutut, sehingga terjuntai batang penisnya yang masih setengah tegak itu, Ah, benar apa yang dikatakan istriku, bocah SMP ini memiliki ukuran penis yang tak jauh berbeda denganku, padahal umurnya belum genap 15 tahun, bagaimana setelah dia beranjak dewasa nanti.
“Wah, boleh juga nih kontol kamu don… udah berapa kali aja masuk kedalam memek mama? hi.. hi.. hi..” goda Nanda, sejurus kemudian dia berjongkok dan langsung mengulum batang penis adiknya itu yang hanya mendesah sambil masih berdiri
“Wah, si Nanda itu agresif juga ya pa…” bisik istriku, sambil menelusupkan tangannya kedalam celana pendekku untuk kemudian meremas-remas penisku yang memang telah berdiri tegak.
“Siapa dulu dong mentornya… aku gitu looww…” candaku sambil menikmati kocokan tangannya pada penisku.
“iya deh… papa memang hebat… tapi nanti dulu dong, Doni cuma masih agak canggung saja koq, liat nanti kalau nafsunya udah sampai ubun-ubun, bisa dilumat tuh kakaknya… hi.. hi.. hi…”
Semakin agresif Nanda mengulum batang penis Doni, ditelannya batang berpanjang 18 cm itu hingga menyisakan buah pelirya saja yang menempel pada bibir, ditahannya beberapa saat lalu kepalanya bergerak maju mundur dengan kecepatan tinggi mengocok penis yang berada didalam kulumannya sehingga menimbulkan suara berkecipak akibat lelehan air liur dan gesekan penis.
Ghlokkk… ghlokkk… ghlokkk… Air liur mulai menetes dari sela-sela bibir hingga jatuh keatas lantai.
“Wah, gila… makin liar aja tuh sih Nanda… aksi blow jobnya heboh banget…” ujar istriku, yang kini telah menarik lepas celana pendekku sehingga bagian bawahku kini sudah tak lagi terbalut oleh apapun, semantara tangan kanannya semakin leluasa mengurut-urut batang penisku yg kini telah berdiri tegak mengacung.
“Itu belum seberapa ma… ada yang lebih dahsyat lagi aksi oral yang biasa kami mainkan” ujarku, sambil pandanganku tetap tertuju pada kedua anak kami yang tengah beraksi itu
“Wah, sudah seheboh ini masih ada lagi yang lebih dahsyat.. seperti apa lagi tuh pa… mama jadi penasaran deh..”
“Pokoknya ada aja… nanti deh, pasti akan kami tunjukan sama kalian…” jawabku, sepertinya istriku penasaran dengan hal ini.
“Aduh… mama jadi tambah penasaran nih pa.. kayak apa sih?” sambung istriku
“Nama permainannya kami sebut cappuccino.. yaitu papa masukan kontol papa kemulut Nanda, lalu papa kocok sekuat tenaga, dan masih ditambah lagi dengan gerakan kepala Nanda yang juga ikut bergerak maju mundur dengan tak kalah hebohnya, sehingga bisa dibayangkan betapa dahsyatnya bagaimana batang kontol papa membombardir mulut Nanda, sampai sampai berbusa-busa tuh mulut Nanda karna air ludahnya yang terkocok-kocok…
“Woww… Dahsyat sekali pa… ayo dong paaa… papa praktekin sekarang dong sama Nanda… mama penasaran banget deh…” rajuk istriku
“Nanti dong ma… Nanda kan baru saja mau mulai ngentot sama adiknya tuh…” tolakku, karna sebenarnya aku masih ingin menyaksikan aksi kedua anakku lebih lanjut.
“Gak apa apa pa… sebentar aja koq, nantikan mereka bisa ngelanjutin lagi… Nandaaaa… stop dulu sayang… Sekarang kamu tunjukin dong sama mama bagaimana kamu main cappuccino sama papa… Ayo dong pa.. papa berdiri.. kontol papa kan sudah ngaceng tuh, tinggal masukin aja kemulut Nanda…” ah, istriku ini kalau ada maunya, terpaksalah aku menurutinya seraya berdiri dan menghampiri Nanda yang masih berjongkok, namun mulutnya kini sudah tak lagi mengulum penis adiknya itu.
“Yaaa… mama, Nanda kan lagi nyobain kontolnya Doni, ngentot aja kita belum…” protes Nanda dengan ekspresinya yang khas, cemberut dengan mulut sedikit dimonyongkan.
“Aduh Nanda pliss deh… sebentar aja.. abis mama penasaran sih denger cerita papa tadi, soal permainan cappuccino kalian itu lho.. ayo dong sayang, tunjukin ke mamamu ini… Papa, ayo langsung masukin kontol papa kemulut Nanda dong…” rajuknya, seraya menggenggam batang penisku untuk didekatkan kemulut Nanda.
“Gak apa-apa ya sayang.. sebentar aja koq, nanti kamu bisa ngentot lagi sama adikmu.. malah nantikan Doni jadi tau, dan kamu bisa coba main capuccinonya sama dia..” bujukku
“Oke deh pa, itung itung ngasih pelajaran sama Doni biar dia tau… jangan kayak tadi, terlalu pasif banget bikin bt..” ujar Nanda, sambil melirik kearah Doni yang kini telah duduk dikursi.
“Nah, gitu dong… itu baru namanya anak mama… Ayo pa, cepetan dong… Nandanya udah mau tuh, langsung sumpel tuh mulutnya pakai kontol papa…” ujar istriku dengan tak sabar.
Sejurus kemudian aku telah berdiri dihadapan Nanda yang berjongkok, batang penis yang memang telah berdiri tegak telah berada dihadapan wajah putri kandungku itu.
“Kamu sudah siap sayang…?” ujarku, sambil kedua tanganku menjambak rambut sebelah kiri dan kanannya.
“Iya pa, Nanda udah siap.. aaaakkkk…” jawabnya, seraya membuka mulutnya lebar-lebar.
Tanpa menunggu lebih lama, segera kusumbat mulut yang terbuka lebar itu dengan batang penisku, seraya kugenjot pinggulku dengan kecepatan tinggi dan bertenaga, begitupun dengan Nanda yang juga mengimbanginya dengan memaju mundurkan kepalanya sehingga tersuguhlah dihadapan istri dan anak lelakiku sebuah atraksi yang dahsyat dan ekstrim dihadapan mereka, wajah keduanya yang tampak begitu terkesima membuatku semakin bersemangat menggempur mulut anak gadisku dengan lebih kuat lagi, sehingga suara berkecipakan semakin riuh terdengar diruangan ini, begitupun dengan air ludah Nanda yang semakin banyak menetes dari sela-sela bibirnya, air liur yang kini telah membentuk buih-buih busa bercampur cairan kental, sedang dari matanya tampak air mata mulai mengalir akibat desakan batang penisku yang menghujami pangkal tenggorokannya.
“Wooowww… betul betul dahsyat pa… seksi sekali…” oceh istriku, sambil menyaksikan aksi kami sambil berjongkok dengan jarak wajahnya hanya beberapa senti saja dari wajah Nanda.
“Tunggu sebentar pa… mama mau mengambil sesuatu” ujar istriku, seraya berlari kecil menuju kearah kamar, namun aku tak menghentikan aksiku itu, karna masih ada sepasang mata yang masih menyaksikan atraksi kami dengan tak kalah terkesimanya, ya dialah Doni, yang dengan melongo sambil tanpa sadar membuka mulutnya, sesekali jakunnya naik turun pertanda birahinya semakin menaik terbawa oleh aksi ekstrim namun seksual yang kami hidangkan didepan matanya itu.
Ghlok… ghlok… ghlokk… ghlgookkk… ghlogookk… suara berkecipakan dari mulut putriku semakin riuh, ditambah lagi dengan erangan terahan dari mulutnya, suara yang bagiku begitu erotis untuk didengar, suara yang membangkitkan birahi.
Hanya beberapa saat kemudian istriku telah kembali, namun ah.. dasar istriku, ditangannya kini telah memegang handycam yang telah dalam posisi lensa terarah pada kami.
“Tadaaaaaa… momen yang indah ini tak bisa begitu saja kita biarkan berlalu… kita harus mengabadikannya, iya kan pa?” ujar istriku, sambil tatapannya mengarah pada layar monitor handycam.
“Aduuuhhhh… mama cari penyakit aja deh… nanti kalau videonya tersebar bagaimana… kita sendirikan yang bakal susah..” protesku, sambil menghentikan sejenak goyangan bokongku.
“Tenang aja pa… mama jamin deh akan tetap aman… percaya deh sama mama… ayo pa… dilanjutkan dong… Nanda sudah gak sabar tuh…” ucap istriku, hingga akhirnya aku lanjutkan lagi aksiku membombardir mulut putriku dengan batang penis, sementara istriku terus asik merekam dari berbagai sudut yang dianggapnya cukup ideal.
Sesekali bergerak menjauh untuk mendapatkan objek secara keseluruhan, atau mendekat hingga beberapa senti saja antara jarak lensa kamera dengan mulut putriku demi untuk mendapatkan objek secara close-up, bahkan hingga berbaring dibawah selangkanganku untuk mengambil objek dari bawah, sehingga beberapa kali air liur Nanda menetes mengenai kamera bahkan wajahnya.
“Ayo ma… pakai komentar dong, kayak waktu dimobil itu…” celetuk Doni, sepertinya anak itu sudah mulai sedikit rilek dan tak lagi terperangah seperti awal-awal aksi kami tadi.
Mendengar permintaan putraku itu, istriku hanya tersenyum seraya melirik kearah Doni.
“Ah, ada-ada saja kamu.. masa’ kameraman merangkap reporter sih..” sanggah istriku, sambil tetap melanjutkan aksi shootingnya.
“Ya sudah.. kalau gitu biar Doni yang pegang kameranya, terus mama yang jadi reporternya..” usul Doni.
“Ah, ada-ada aja kamu don… Nih kamu pegang kameranya…” ujar istriku, seraya menyerahkan handycam pada Doni yang saat itu sudah tak lagi mengenakan celana pendek sehingga batang penisnya yang telah berdiri tegak tampak mengacung.
Kamera kini telah berada ditangan Doni, yang diarahkan padaku dan Nanda.
“Mama sekalian telanjang juga dong biar hot… ayo ma…” pinta Doni
“Ah, dasar kamu emang konyol… si Nanda aja masih pakai baju tuh..” jawab istriku
“Ah, mama.. enggak seru ah.. buka dong..” rujuknya lagi
“Iya… iya.. nih mama buka..” seraya dilucuti seluruh pakaian istriku hingga benar-benar bugil
“Nah, gitu dong… itu baru namanya mamaku… ayo ma, langsung komentar…” senang Doni, sambil mengarahkan kameranya pada istriku.
“Oke deh, mmm.. gimana ya? Oh iya… pemirsa yang anda saksikan saat ini adalah Trisno suami saya dan anak kami Nanda, tentu saja Nanda adalah anak kandung kami lho pemirsa, jadi yah, incest gitu deh… bagaimana pemirsa dahsyat kan aksi mereka… wooowww… begitu dahsyatnya kontol sang papa menghujami mulut putri tercintanya…
lihat pemirsa oooohhh… so sweet bukan…” oceh istriku dengan panjang lebar, Ah, dasar istriku, dia memang paling handal untuk urusan seperti itu, profesi lamanya sebagai seorang pekerja dibidang broat casting memang memungkinkan untuk itu, tak percuma dia sempat menjadi reporter lapangan disalah satu stasiun tv swasta.
Sekitar sepuluh menit aku memberikan pertunjukan kepada mereka berdua, kuhentikan aksiku seraya kutawarkan Doni untuk melakukan hal yang sama kepada Nanda, aku tahu anak itu tampaknya begitu terobsesi untuk melakukannya, itu dapat kulihat ekspresinya yang begitu mengharap saat tadi menyaksikan aksi kami.
“Ayo Doni, kamu lanjutkan nih… kakakmu juga kepingin ngerasain hantaman kontol kamu tuh.. ayo hajar mulut kakakmu, biar kameranya papa yang pegang…” tawarku, seraya meraih kamera dari tangannya.
“Iya Don… ayo aku juga udah gak sabar nih ngerasain kontol kamu ngentotin mulutku…” celetuk Nanda.
“Ayo Don… hajar yang dahsyat, jangan mau kalah sama papa kamu… kamu harus bisa lebih brutal dari papa kamu yeaaaaa…” ujar istriku memberi semangat kepada Doni, sementara aku telah mulai mengarahkan kamera pada mereka.
“Oh iya pemirsa, sekarang yang akan memporak porandakan mulut putri kami adalah Doni, dia adalah adik Nanda, tentu saja adik kandung lho pemirsa…” oceh istriku, sementara Doni telah mulai melakukan aksinya sebagaimana yang aku lakukan sebelumnya, dengan kedua tangannya menjambak rambut kakaknya lalu dihujamkannya dengan keras pinggulnya.
“Ayo don… hantam yang kuat.. hajaaaarrr…” ujar istriku, diikuti dengan tangannya yang mulai ikut berinterfensi dengan menjambak rambut Nanda dari belakang, lalu mengguncang-guncangkannya maju mundur dengan bertenaga, sehingga semakin tandaslah batang penis Doni meghujami pangkal tenggorokannya.
Ghloogghh… ghloogghh… ghloogghh… Brrooottthhh… brrooottthhh.. brroootthhh… Suara berkecipak yang riuh bercampur dengan celoteh istriku menambah ramai suasana dirumahku ini, suasana yang bagiku begitu hangat dan menggairahkan, jauh lebih menggairahkan ketimbang pesta seks yang pernah kulakukan bersama teman-teman sejawatku dikawasan puncak beberapa waktu lalu.
“Hiaaahhhh… hajaaaaaarrrrr… huhhhh… huhhhh… huhhhh…” oceh istriku, sambil terus menekan-nekan kepala Nanda maju mundur dengan semakin lama semakin keras. Sementara air liur semakin deras menetes dari sela-sela bibir Nanda yang melumuri dagu hingga buah dadanya.
Sepertinya istriku telah hanyut terbawa emosi dengan permainan yang tengah kami lakukan ini, itu dapat kulihat dari ekspresi wajahnya yang terlihat seperti orang yang tengah geram, entah apa yang ada didalam pikirannya itu, bahkan sesekali dia meludahi dengan bengis wajah Nanda, jangan-jangan…? ah, tapi tidak, yang terpenting adalah Nanda sepertinya baik-baik saja, bahkan aku dapat merasakan kalau Nanda sepertinya justru menikmati itu semua, sehingga kekawatiranku kalau istriku bermaksud ingin menyakiti Nanda sepertinya tak beralasan, aku pikir yang dilakukan istriku itu hanyalah sebatas ekspresi dari birahinya yang kini tengah bergejelok, suatu histeria yg timbul akibat sebuah permainan seks nyleneh yang sebelumnya tidak pernah dilakukannya.
Ya, sebuah permainan seks ganjil yang sebelumnya bahkan tak pernah kami bayangkan, dan yang lebih gila lagi kini justru kami melakukannya dengan anak-anak kami sendiri, yang ternyata sensasinya begitu luar biasa bagi kami, sensasi liar yang nikmatnya membuat kami hanyut, hingga melupakan akal sehat kami, sepertinya perasaan itulah yang kini tengah melanda istriku.
“Ayo pelacur kecil… makan tuh kontol… kontol adik kamu sendiri… hich… hich.. hich…” umpat istriku, sambil memaju mundurkan kepala Nanda dengan kuat pada selangkangan Doni.
Beberapa saat kemudian istriku menarik kepala Nanda dengan cara menjambaknya hingga batang penis Doni terlepas dari mulutnya.
“Gimana sayang… pelacur kecilku… lonte yang doyan kontol bapak dan adiknya sendiri… enak kan? kamu suka diperlakukan seperti ini kan? Iya kaaan…?” ujar istriku, sambil tetap menjambak bagian belakang rambut Nanda yang kini mendangak kearah wajah mamanya yang berada diatasnya.
“Iya ma… Nanda suka ma..” jawab Nanda, jawaban yang sudah aku duga bahwa anak ini memang menyukai perlakuan istriku pada dirinya itu.
“Tuh kan pa… Nanda suka digituin kan pa…” ujar istriku, sambil melirik kearahku yang masih mengarahkan lensa handycam kearah mereka.
“Ayo buka mulutmu pelacur kecil… buka yang lebar aaaakkkk…” perintah istriku, yang segera diikuti oleh Nanda dengan membuka mukutnya lebar-lehar, dan…
“cuiiihhhh… makan tuh lonte… nin lagi cuiiih… gimana enak kan ludah mama…” beberapa kali istriku meludah kedalam mulut Nanda yang langsung ditelannya dengan antusias.
“Mmmm… enak ma… lagi ma.. Aaaaaakkkk…” ujar Nanda, yang sepertinya begitu menikmati percik demi percik ludah istriku yang mengisi rongga mulutnya.
“Lihat pa… Nanda kayaknya masih kurang tuh… ayo papa juga ludahin dong… kamu juga sekalian Doni… biar kakakmu puas tuh…” tawar istriku, sambil menengadahkan wajah Nanda kearahku.
Melihat ekspresi Nanda yang membuka mulutnya dengan lebar dan tatapan matanya tertuju kearahku, dengan masih mengarahkan handycam yang terfokus kepadanya, beberapa kali kuludahi mulut menganganya dengan gemas, yang langsung dieguknya dengan rakus.
“Ayo don… sekarang giliran kamu sayang… kakakmu masih kurang juga tuh…” perintah istriku, seraya menarik rambut Nanda agar beralih kearah Doni yang masih berdiri, yang langsung dengan antusias beberapa kali Doni menumpahkan air ludahnya kemulut Nanda.
“Sudah dong… Doni udah gak sabar nih mau ngentotin memek kak Nanda… plis dong…” mohom Doni, setelah menguras habis air ludahnya untuk ditumpahkan kedalam mulut kakaknya. sepertinya birahinya telah semakin memuncak, ditambah lagi dengan rasa penasarannya karna sedari tadi masih belum juga diberi kesempatan untuk menikmati vagina kakaknya itu
“Wah… adikmu kayaknya udah horny banget tuh kepingin ngentotin kamu… udah deh kamu turutin aja tuh…” ujar istriku.
“Sama… Nanda juga udah penasaran nih pingin ngerasain hantaman kontol adikku yang sok jagoan ini.. Ayo don, langsung tancep nih…” ujar Nanda, seraya berbaring telentang diatas lantai sambil membuka lebar selangkangannya, sehingga mempertonkan liang vaginanya yang menganga dan telah basah oleh cairan birahi
“Ayo don… tunggu apalagi, Nanda udah ngangkang tuh… tinggal sodok…” ujar istriku, yang duduk dilantai tepat disamping Nanda yang tengah berbaring.
“Oke deh ma…” jawab Doni yang langsung memposisikan diri duduk dengan bertumpu pada kedua lututnya dengan posisi batang penis mengarah tepat didepan liang vagina kakaknya itu.
“Nah gitu dong… entot yang mantap ya.. jangan bikin malu mama…” ujar istriku, seraya melirik nakal kearahku.
“Siip deh ma… Doni bikin bonyok nih lobang memek kak Nanda… tenang aja ma…” sambung Doni
“Oke deh… teruskan perjuanganmu… doa mama selalu menyertaimu sayang… muaahh…” ujar istriku, seraya mengecup kening anakku layaknya seorang ibu yang tengah melepas kepergian sang anak untuk pergi melakukan tugas mulia, ah dasar, istriku memang paling pandai melakukan hal-hal konyol yang menggelikan seperti itu, sehingga membuatku tersenyum yang dibalasnya dengan kerlingan sebelah matanya.
Sejurus kemudian Doni telah mulai melakukan aksinya menggenjot Nanda dengan batang penisnya yang dihujamkan dengan kuat dan bertenaga, dilihat dari caranya yang tanpa canggung bahkan terkesan cukup mahir sepertinya bocah ini memang telah terbiasa melakukan hal ini, hmmm.. entah sudah beberapa kali saja batang penisnya itu menggenjot liang vagina ibu kandungnya.
“Oke pemirsa, sekarang Doni telah mulai mengentot kakaknya… lihat pemirsa, betapa handalnya putra kami ini membombardir lobang memek kakaknya… ayo.. terus doni… hajar terus memek kakakmu.. yeeeeee…” oceh istriku yang masih duduk disamping kedua anak kami itu, sesekali tangannya ikut mendorong-dorong bokong Doni dengan maksud agar lebih kuat lagi putra kami itu memompakan bokongnya.
“Beres ma… doni bikin lecet nih memek kak Nanda… huhk… huhk… huhk…” sesumbar Doni, sambil terus melakukan aksinya dengan kedua tangannya memegang kedua paha kakaknya itu. Sementara Nanda sepertinya begitu menikmati hantaman penis adiknya itu sehingga sama sekali tak menggubris atau menanggapi ocehan-ocehan adiknya selain hanya memejamkan mata sambil mulutnya separuh menganga dengan sesekali terdengar desahan nikmat, sedangkan kedua tangannya meremasi buah dadanya sendiri.
“Aaagghhhh… mama jadi gak nahan nih ngeliat aksi kalian…” gumam istriku, seraya bangkit dari posisi duduknya, lalu berdiri mengangkangi Nanda dengan posisi selangkangan tepat menghadap kewajah Doni.
“Ayo don… jilatin memek mama… mama udah gak tahan nih ngeliat kamu ngentotin Nanda… ayo sayang..” perintah istriku, diikuti dengan meraih kepala Doni dan diarahkan wajahnya pada liang vaginanya. Paham dengan yang diinginkan ibunya, lidah Doni dengan lincah mulai menari-nari menggelitik vagina istriku, hahkan sesekali terdengar bunyi sedotan saat dirinya menyedot dengan cukup kuat liang vagina istriku sampai-sampai bokong istriku ikut berkedut-kedut seiring kuatnya sedotan dari mulut Doni.
Sambil menikmati aksi oral anak kandungnya, istriku menoleh kearahku yang berada disampingnya, atau tepatnya menoleh kearah lensa handycam yang kupegang, senyum menggoda menyeruak dari bibirnya, diikuti dengan kerlingan genit matanya, sedang tangannya tetap meremasi rambut Doni.
“Uuuuggghhhhhh… nikmatnya pemirsa… anak saya ini memang paling pinter jilatin memek mamanya… terutama sedotannya itu lho pemirsa… isi didalam memek saya serasa ikut tersedot kedalam mulutnya… uuuugghhhh… rasanya gimana gitu pemirsa… sulit dilukiskan… aaaaagghhhhh… sedaaaaaapppp…
Hingga beberapa menit kemudian Nanda menahan laju gerakan bokong Doni dengan kedua tangannya dengan maksud agar Doni menghentikan aksinya itu.
“Stop dulu don… sekarang entot lubang anusku don… cepet don.. aku gak tahan pingin ngerasain kontol kamu ngentotin lubang pantatku… cepetan ah…” pintanya, seraya mendorong Doni hingga jatuh terduduk dengan batang penis sudah terlepas dari jepitan vagina kakaknya itu.
“Eiitt… tunggu dulu sayang… mama punya ide yang lebih menarik… mama yakin kamu pasti suka deh…” ujar istriku, seraya menengok kearahku.
“Papa… kamu taruh dulu handycamnya disofa… tapi tetap on fokus ya…” perintah istriku, yang segera kuturuti dengan meletakan handycam diatas sofa dengan fokus kamera tetap mengarah pada mereka.
“Ide apa lagi nih ma…?” tanyaku penasaran.
“Begini pa… papa ngentotin memek Nanda.. Lalu biar Doni yang ngentot lubang pantat Nanda…” terang istriku
“Ooowwhh… double penetration nih…” ujarku
“Ya, begitu deh pa…” balasnya lagi.
“Gimana Nanda… kamu berani enggak dientot berbarengan memek sama anus kamu…?” tanya istriku pada Nanda
“Siapa takut… kayaknya asik tuh, memek sama anus Nanda dientot bersamaan… nikmatnya jadi dobel deh…” sambung Nanda.
“Bagus deh kalau begitu, mama sudah duga, anak kemaruk ngentot kayak kamu
pasti suka… hi.. hi.. hi.. Ayo deh.. sekarang gini aja, papa tiduran telentang… Terus Nanda, kamu masukin kontol papa kememek kamu… baru deh Doni yang ngentotin pantat kamu dari belakang… oke? Paham enggak? Gimana guys… kalian paham kan?”? terang istriku.
“Oke deh ma… Nanda ngerti..” jawab Nanda.
Seperti yang diusulkan istriku, kini aku berbaring telentang diatas lantai dengan batang lenis yang mengacung tegak.
“Ayo sayang… langsung kamu tunggangin papa kamu tuh… tunggu apalagi, kontol papa kamu udah siap lho…” ujar istriku, yang segera dituruti oleh Nanda, yang dengan sigap segera berjongkok diatas tubuhku, digenggamnya batang penisku yang telah berdiri tegak dan blessss… dengan mudah batang penisku telah lenyap tertelan kedalam liang vaginanya.
Paham akan apa yang harus dilakukan, Nanda menundukan tubuhnya hingga buah dadanya tepat menempel diwajahku, bokongnya sengaja sedikit ditunggingkan sehingga memperlihatkan liang anusnya yang siap menerima hujaman batang penis adiknya itu.
Sementara Doni terlihat masih sedikit ragu untuk memposisikan dirinya, sehingga hanya menatap kearah wajah istriku.
“Kamu kesini sayang… langsung tancep tuh, lobang pantat kakakmu… ayo sini..” ujar istriku, seraya meraih batang penis Doni, lalu menarik, dan mengarahkannya tepat didepan anus Nanda.
“Aduuuhh.. pelan-pelan dong ma… masa’ kontol Doni main dibetot aja sih… sakit kali…” protes Doni
“Abis kamu bengong aja sih… Lihat tuh, kakakmu udah enggak sabar minta disodomi… Ayo langsung toblos..” balas istriku, dan blesss.. dengan mudahnya batang penis Doni menembus masuk kedalam liang anus Nanda yang memang sangat fleksibel itu, dan memang jauh lebih fleksibel ketimbang otot-otot vagina, aku tau betul itu, itulah yang membedakan Nanda dengan kebanyakan wanita-wanita lain.
Tanpa dikomando lagi, Doni langsung memompakan bokongnya maju mundur, sedangkan aku lebih banyak terdiam dengan batang penis menancap didalam liang vagina Nanda, guncangan-guncangan yang dihasilkan dari goyangan Doni kurasakan sudah cukup memberikan efek gerakan maju mundur bagi tubuh Nanda sehingga batang penisku juga ikut terkocok-kocok didalam vaginanya.
“Oke pemirsa, sekarang putri kami sedang di DP (double penetration) oleh papa dan adiknya… wooww.. so sweet ya pemirsa, bagaimana tubuh imut Nanda dijadikan sanwich oleh tubuh besar papa dan adiknya yang bongsor ini… Woow, dahsyatnya.. Bagaimana batang kontol Doni dan papanya menyumbat kedua lubang nikmat Nanda…
“Wooww… pemirsa, betapa indahnya pemandangan disini… dua buah kontol yang berukuran besar bergerak keluar masuk didalam lubang anus dan lubang memek yang imut ini.. so sweet pemirsa…” paparnya, seraya diraihnya handycam diatas sofa dan diarahkan fokusnya pada organ-organ intim kami dari jarak yang cukup dekat.
Hampir sepuluh menit aku dan Doni menyetubuhi Nanda dengan cara seperti itu, desahan dan erangan nikmat tak pernah henti keluar dari bibir imut Nanda, keringat mulai membasahi tubuhnya, hingga kurasakan asinnya keringat tubuhnya saat kuciumi buah dada dan lehernya, begitupun dengan Doni keringat membuatnya tampak berkilat membasahi tubuh atletisnya, namun gerakannya masih tetap konstan bahkan cenderung semakin mantap dan bertenaga, tak terlihat samasekali rasa letih pada dirinya walaupun kutahu anak itu sebelumnya baru saja selesai berolah raga dengan sepedanya.
Sedang istriku masih tetap asik dengan handycamnya, komentar dengan kata-kata vulgar masih terus keluar dari mulutnya seolah tak habis ide-ide dikepalanya itu, komentar-komentar yang bagiku terdengar begitu hot dan menambah nafsu birahiku semakin meninggi. Dan… apa ini yang mengelitik-gelitik lembut dibuah pelirku.
Aaaahh… ternyata lidah istriku menjilat-jilat pada biji pelirku.. uugghhh… betapa nikmatnya, sementara batang penisku menikmati hangatnya liang vagina putriku, secara bersamaan buah pelirkupun menerima sentuhan benda lunak dan basah yang menggelitik-gelitik. Namun hanya beberapa saat lidah istriku beralih pada Doni, kini giliran buah pelir bocah itu yang dijilati bahkan dikulumnya, bukan itu saja, lidahnya bahkan juga bergerilya diliang anusnya.
“Stop… stop dulu… mama ada ide yang lebih asik..” tiba-tiba istriku menahan gerak bokong Doni dengan dua tangannya yang membuat Doni terlihat sedikit protes, terutama saat istriku menarik pinggul pemuda itu hingga benaman penisnya didalam liang vagina kakaknya itu tercabut keluar.
“Apa-apaan sih mama… Doni lagi asik nih.. lagian nanggung kan, lagi enak-enaknya…” protes Doni
“Iya nih mama… Nanda kan juga lagi asik nih, memek sama anus Nanda dientot bareng itu ternyata sesuatu banget… Ada apa lagi sih ma?” sambung Nanda tak kalah sengitnya.
“Sudah deh, sekarang ikutin mama aja, mama jamin kamu pasti suka, dan gak bakalan kecewa… Sekarang mama ingin kamu melakukan double anal, yaitu anus kamu dientot bersamaan oleh papa dan Doni… Kamu setuju enggak?” terang istriku kepada Nanda, yang kini telah duduk diatas lantai, sedangkan aku masih berbaring telentang.
“Jadi lubang anus Nanda dimasukin dua kontol sekaligus gitu ma?” tanya Nanda, sedikit terkejut
“Iya, tapi kalau kamu enggak mau sih gak apa-apa…” ujar istriku.
“Nanda suka ma… Nanda suka… ayo cepetan dong, kayaknya bakalan asik deh… ayo plis dong, cepetan…” ujar Nanda dengan begitu antusiasnya.
“Mama sudah duga… cewek doyan anal seperti kamu pasti suka di double anal… Oke, sekarang begini aja, papa tetap dibawah, terus Nanda masukin kontol papa dengan posisi membelakangi papa, lalu begitu kontol papa sudah masuk, tinggal Doni yang toblos anus Nanda dari depan… ngerti enggak nih kalian semua…?
Dengan posisi masih berbaring telentang, kini batang penisku telah tertanam didalam liang anus putriku, berbeda dengan yang sebelumnya dimana aku dan Nanda saling berhadapan, kini posisi Nanda membelakangi aku, sehingga aku hanya dapat melihat punggung dan bokongnya yang indah dengan batang penisku tertancap didalamnya.
“Ayo Doni kamu masukin sayang…” ujar istriku, melihat Doni yang masih ragu apakah dirinya bisa memasukan liang anus yang telah terisi oleh batang penisku ini.
“Emangnya bisa ma? kayaknya susah deh ma…” ujarnya ragu
“Ih, kamu itu banyak omong deh, belum juga dicoba udah bilang gak bisa… sini mama bantu..” omel istriku, seraya memegang batang penis Doni dan coba ditelusupkannya disela-sela otot anus Nanda yang menjepit penisku.
“Tuh kan ma.. susah ma…” ujar Doni, sedikit putus asa karna istriku tak berhasil memasukannya, dan justru beberapa kali meleset keluar.
“Kamu gak mau menekan sih, kamu juga bantu dong, jangan cuma diem aja…” protes istriku.
“Iya deh ma… iya, segitu sewotnya..”
“Oke ya… satu.. dua.. tiga.. ayo tekan… yessss… masuk juga kan akhirnya. Tahan dulu, jangan langsung dikocok, biarkan otot-otot anus Nanda menyesuaikan dengan besarnya benda didalamnya.” terang istriku, sehingga Doni hanya terdiam dengan batang penis menancap diliang anus. Setelah penis Doni masuk kurasakan otot-otot anus Nanda lebih ketat menjepit batang penisku, juga kurasakan sentuhan lain yang berbeda pada penisku, apalagi kalau bukan penis Doni yang kini saling berhimpitan dengan kepunyaanku.
“Gimana sayang, kamu gak sakit…?” tanya istriku kepada Nanda, demi melihat dua benda berukuran besar menerobos liang anusnya.
“Enggak sakit tuh ma… malah tambah asik koq… Ayo cepetan don, langsung digenjot aja, aku dah gak sabar nih…” ujar Nanda yang sepertinya memang telah merasa nyaman.
“Wooowww… anak mama ini memang betul-betul ratu anal sejati.. Gimana kalau mulai sekarang kita nobatkan Nanda sebagai ratu anal, alias anal queen… Setuju?” canda istriku, dengan serentak aku dan Doni mengucapkan kata setuju.
“Oke kalau begitu langsung genjot Doni… bikin puas ratu anal kita, jangan kecewakan sang ratu, oke…” perintah istriku, seraya menepuk bokong Doni dari belakang.
Sementara Doni dengan sigapnya memompakan batang penisnya maju mundur, aku yang berada dibawah hanya diam pasif, namun kurasakan gesekan-gesekan penis Doni pada penisku, aaakkhhh rasanya nikmat juga bagaimana penis Doni menggesek-gesek bagaian sensitif penisku, sepertinya kini penisku dan penis Doni yang tengah berpenetrasi, alias “main anggar”.
Erangan dan pekikan nikmat dari mulut Nanda mewarnai aksi ekstrim yang tengah kami lakukan ini, diikuti dengan lenguhan Doni yang memacu bokongnya, namun suara-suara itu tak berlangsung lama, berganti dengan suara kecipakan mulut yang tengah berkecupan antara Nanda dan Doni, kedua kakak beradik itu begitu buasnya saling berpagutan, itu dapat kurasakan dari suara kecipakan dan sesekali suara menyedot, sepertinya mereka saling bertelan ludah.
Dan istriku, seperti biasa sibuk dengan handycamnya dan tentu saja dengan komentar-komentar khasnya yang vulgar dan konyol yang tak pernah habis-habisnya mengalir dari mulutnya.
“Wooowww… luar biasa pemirsa, bagaimana Nanda, putri kami yang tercinta ini sanggup melakukan double anal yang spektakuler itu. Bayangkan pemirsa, putri kami yang baru berusia 16 tahun ini mampu menampung gempuran batang kontol milik papa dan adiknya sekaligus didalam lubang anusnya… Woowww.. Betapa indahnya pemandangan ini pemirsa..
Bagaimana lubang anus imut miliknya itu, ditembus oleh dua batang kontol yang besar-besar… Aaagghhhh… putri kami ini memang luar biasa, dan tentunya kami sangat bangga dengannya… Tak salah kalau kami menggelarinya si ratu anal, atau anal queen…” ocehnya, tentu saja sambil mengarahkan fokus handycamnya pada organ-organ intim kami yang tengah “bertugas” ini.
Hingga beberapa saat kemudian kurasakan tubuh Nanda tampak mengejang, gerakannya semakin liar, serta dari mulutnya keluar pekikan yang cukup keras.
“Aaaaaaaaggghhhhhhhh… Nanda sampeeee… aaaaaaaggghhhhhhh…” pekiknya, sepertinya putri kami ini telah mencapai orgasme untuk double anal pertamanya. Paham dengan apa yang tengah dirasakan Nanda, istriku menggosok-gosok dan mengobel-ngobel vagina Nanda, hingga terdengar suara perkecipakan karna cairan nikmatnya yang keluar.
Masih untuk beberapa saat batang penisku dan Doni masih berpenetrasi didalam liang anus Nanda, sementara gadis itu hanya pasrah dan terlihat sedikit lunglai menerima hantaman penis Doni yang semakin cepat dan bertenaga. Hingga akhirnya terdengar pekikan dari mulut Doni yang menandakan bocah itu telah mencapai klimaksnya, diikuti dengan semburan sperma yang tentu saja selain menyembur didalam liang anus Nanda juga ikut melumasi batang penisku, hinhha kutasakan cairan kental dan hangat pada penisku, licinnya sperma Doni menambah nikmat kurasakan saat terkadinya gesekan, hingga beberapa detik setelah itu akupun menyusul Doni dengan semprotan sperma yang tak kalah banyaknya dari pemuda itu, sehingga kuyakini saat itu didalam liang anus Nanda telah penuh oleh cairan sperma kami.
Kini aku hanya tergolek malas setelah menikmati puncak kenikmatan diminggu pagi itu, dengan posisi batang penis masih bersarang didalam liang anus putriku, begitupun dengan Doni, yang sebelumnya posisinya duduk dengan bertumpu pada lutut, kini justru tergeletak menindihi tubuh Nanda, sehingga praktis tubuhku yang berada paling bawah harus menahan beban tubuh mereka berdua.
“Waduh… waduh… Enaknya, udah pada puas langsung pada ngejoprak semua… Eh, mama belum diapa-apain nih dari tadi…” ujar istriku
“Tunggu sebentar lagi deh ma… istirahat dulu kali…” jawab Doni malas.
Akhirnya dengan masgul tetpaksalah istriku hanya duduk sambil mereplay hasil video rekaman melalui layar monitornya.
Namun tak sampai lima menit, dengan sedikit memaksa istriku menarik pinggul Doni yang membuat penisnya yang telah separuh tegak tercabut dari dalam liang anus Nanda, dan langsung mendorongnya kesamping sehingga tubuh Doni terbaring telentang disampingku. Bagai orang yang kehausan, dengan rakus dijilatinya sisa-sisa sperma yang melekat dibatang penis Doni, lalu dikulumnya beberapa saat.
“Mmmmm.. nyem… nyem… srryyuufff… srryyuuff… mmmm… sedap Don… mmmm…” gumam istriku, sementara aku dan Nanda hanya menyaksikan ulah istriku dengan posisi penisku masih berada didalam anus Nanda yang masih nangkring diatasku.
Beberapa saat kemudian istriku beralih kearah Nanda, seraya mengangkat tubuh Nanda dan meletakan begitu saja tubuh gadis imut itu diatas tubuh bongsor adiknya yang tengah berbaring telentang. Kini sasaran istriku selanjutnya adalah batang penisku, seperti yang dilakukan pada Doni batang bazokaku yang terlumuri oleh cairan kental yang lengket itu dijilati dan dikulumnya dengan rakus.
“Mmmmm… so yummy permirsa… sedaaaappp, rasa sperma Doni dan papanya, bercampur aroma khas anus Nanda… mmmm… membuat rasanya betul-betul maknyuuuussss…” oceh istriku, lalu kembali mengulum bantang penisku dengan tatapan tetap tertuju pada kamera.
Beberapa saat lemudian istriku mengalihkan perhatiannya kepada Nanda yang tengah berbaring santai dengan kepala bersandar pada dada adiknya itu, diperhatikannya sejenak selangkangannNanda, seraya istriku berbaring telentang dilantai, entah ide apalagi yang akan diperagakannya.
“Doni, sekarang kamu angkat tubuh Nanda ya sayang… Kamu arahkan lubang anus Nanda kemulut mama, biar mama nikmati peju-peju kalian… Kamu paham maksud mama bukan?” perintah isttiku, kepada Doni, Ah, sepertinya aku mulai paham apa yang diinginkan istriku, rupanya dia menginginkan air mani aku dan Doni yang tertampung didalam anus Nanda itu dilimpahkan kedalam mulutnya, hmmm..
untuk yang satu aku aku memang sudah hafal dengan istriku, yang memang gemar sekali memakan air mani, itu yang selalu dilakukannya saat kami berhubungan badan, bahkan sperma yang telah kutumpahkan kedalam liang vaginanyapun sering dikorek-koreknya lagi dengan jari-jarinya untuk kemudian dimakannya dengan rakus.
“Oke ma, Doni paham deh apa yang mama mau… wah kayaknya bakalan hot nih ma…” ujar Doni, seraya tubuh Nanda yang berbaring telentang diatasnya dengan mudah diangkat dengan berpegangan pada kedua paha Nanda. Dengan posisi bokong Nanda berada dibawah, Doni melangkah dengan sedikit tertatih karna membopong tubuh Nanda.
Aku masih menyuting aksi mendebarkan yang diusulkan oleh istriku itu, sementara posisi liang anus Nanda telah tepat nerada diatas mulut istriku dan hanya beejarak sekitar 30 senti meter saja.
“Ayo Nanda, kamu ngeden sayang… kamu keluarkan semua air mani papa dan Doni yang tersimpan didalam anusmu.. Mama udah gak sabar untuk menikmatinya sayang… aaaaakkkhhh…” ujarnya, yang segera diikuti oleh Nanda, anusnya tampak mulai kembang kempis, dari ekspesi gadis itu seperyinya dia tengah mengejan.
Dan, woowww… cairan kental tampak mengalir lambat dari liang anusnya, jatuh menetes tepat kedalam mulut istriku yang menganga dan langsung ditelannya dengan rakus
“Mmmmm… nyem.. nyem.. nyemm… sedaaappp… terus sayang… keluarin yang banyak, mama belum puas nih… aaakkkkk…” gumam istriku, sepertinya masih belum puas dengan beberapa kucuran sperma yang masuk kedalam mulutnya, sedang Doni masih setia membopong tubuh kakaknya dengan pandangan terpaku kearah wajah mamanya.
Setelah dirasa tak ada lagi cairan yang menetes, jari tengah dan telunjuk istriku mulai turun tangan dengan cara dicoloknya kedalam liang anus Nanda dan dikocok-kocoknya beberapa kali, dan ternyata cukup efektif memang, begitu jari-jari itu dicabut keluar tumpahan sperma kembali mengalir mengisi rongga mulutnya yang tak pernah puas.
“Mmmmm… nikmatnya pemirsa… sperma putra kami dan papanya memang luar biasa sedapnya…” ujar istriku, sambil menjilati jari tengah dan telunjuknya.
“Sudah dulu ya pemirsa… kami harus istirahat dulu, soalnya mereka baru saja orgasme, udah pada loyo… padahal saya belum juga dientot nih.. sebetulnya saya ingin sekali merasakan sensasinya double penetration, dimana lubang memek dan lubang anus saya dientot secara bersamaan oleh kontol anak saya dan suami saya…
uuuggghhh… pasti so sweet deh pemirsa.. Udah dulu ya pemirsa, sebentar lagi kami pasti akan kembali lagi, dan tentunya dengan aksi-aksi kami yang lebih hot lagi.. lagian kami juga belum sarapan nih.. mmm.. kecuali hanya mencicipi sperma dari suami dan anakku tadi.. hi.. hi.. hi.. Salam incest selalu…