ML Bersama Model Cantik dan Tante Girang Ngajari ku Ngentot Pemerkosaan Terbaru
Cerita Seks Mesum – Cerita Seks ini adlaah cerita mesum yang aku alami. kita mulai saja yan cerita bokep ini.. Aku baru saja bangun tidur, Udara terasa segar setelah Jakarta diguyur hujan deras semalaman, Kukenakan kaos oblong tanpa lengan dan celana pendek ketat yang menampakkan lekuk-lekuk pantatku yang begitu menggiurkan. Aku berjalan ke halaman depan. “Aha… Koran baru sudah datang”, kataku dalam hati melihat surat kabar pagi terbitan hari ini tergeletak di dekat pintu pagar. Kuambil surat kabar itu. Langsung aku duduk di kursi di teras sambil membacanya. Sebagai mahasiswa fakultas ekonomi aku sangat menyukai berita-berita tentang perekonomian Indonesia termasuk krisis ekonomi berkepanjangan yang tengah melanda Indonesia. Kubolak-balik halaman-halaman surat kabar. Mataku tertumbuk pada sebuah iklan satu kolom yang cukup mencolok. “Dicari, gadis berusia 17 sampai 25 tahun. Wajah dan penampilan menarik. Bertubuh ramping. Tinggi minimal 165 cm dengan berat yang sesuai. Dapat bergaya. Berminat untuk menjadi foto model. Peminat diharapkan datang sendiri ke **** (edited) Agency, Jl. Cempaka Putih **** (edited), Jakarta Pusat.” “Aku bisa diterima apa nggak ya?” Aku bertanya dalam hati. Memang sih, kupikir-pikir aku memenuhi syarat-syarat yang diminta. Usiaku baru menginjak 20 tahun.
Tubuhku ramping dengan tinggi 170 cm, seimbang dengan ukuran dadaku yang di atas rata-rata wanita seusiaku. Wajahku cantik. Teman-temanku bilang aku perpaduan antara Desy Ratnasari dan Maudy Kusnadi. Tapi menurutku sih mereka terlalu memujiku berlebih-lebihan. Ah, coba-coba saja aku melamar. Siapa tahu aku diterima jadi foto model. Kan lumayan buat menambah penghasilan. Aku masuk ke dalam rumah, ke kamarku. “Pakai baju apa ya enaknya?” batinku. Ah ini saja. Kukenakan blus biru muda dan celana panjang jeans belel yang cukup ketat yang baru saja beberapa hari yang silam kubeli di Cihampelas, Bandung. Mobil Feroza yang kukendarai memasuki jalan yang disebut dalam iklan. Ah, mana ya nomor **** (edited)? Nah ini dia. Rumahnya sih cukup mentereng. Di halamannya terpampang papan nama “**** (edited) Agency Photo Studio & Modelling. Menerima anggota baru.” Wah benar ini tempatnya. Kuparkir mobilku di pinggir jalan. Di sana sudah banyak bertengger mobil-mobil lain. Aku masuk ke dalam. Astaga! Di dalam sudah banyak cewek-cewek cantik. Pasti mereka juga adalah pelamar sepertiku. Sejenak mereka memandangku ketika aku masuk. Mungkin mereka kagum melihat kecantikan wajahku dan kemolekan tubuhku. Kucari tempat duduk yang kosong setelah sebelumnya mendaftarkan diriku di meja pendaftaran. Gila, hampir semua tempat duduk terisi. Nah, itu dia ada satu yang kosong di sebelah seorang cewek yang cantik sekali, keturunan Indo. Wajahnya mirip Cindy Crawford. Kelihatannya ia sebaya denganku. Tapi astaga, ia memakai baju yang berdada rendah alias “you can see,” dan rok jeans mini yang cukup ketat, sehingga menampakkan pangkal payudaranya yang berukuran cukup besar. Ia nampak memandangku dan tersenyum. Melihatnya aku menjadi minder. Wah, sainganku ini top sekali.
Baca Juga Cerita Seks Panas : Perawan abg di jilat meki nya langsung licin dan Rejeki ngentot gratis dengan wanita kesepian
Apakah mungkin aku terpilih menjadi foto model di sini? Satu
persatu para pelamar dipanggil ke ruang pengetesan, sampai si Indo di sampingku
tadi dipanggil juga. Semua pelamar yang sudah dites keluar lewat pintu lain.
Akhirnya namaku dipanggil juga. “Hanny
K**** (edited) dipersilakan masuk ke dalam.” Aku pun masuk ke dalam dan
disambut oleh seorang pria bertubuh agak gemuk. “Kenalkan aku Adolf, direktur
sekaligus pemilik agensi ini. Siapa nama kamu tadi? Oh ya, Hanny, nama yang
bagus, sebagus orangnya. Sekarang giliran kamu dites. Coba kamu berdiri di
sana.” Aku pun menurut saja dan menuju tempat yang ditunjuk oleh Adolf, di
bawah lampu sorot yang cukup terang dan di depan sebuah kamera foto. “Coba kamu
lihat-lihat contoh-contoh foto ini. Pilih lima gaya di antaranya. Aku akan
mengetes apakah kamu bisa bergaya. Jangan malu-malu, don’t be shy!” kata Adolf
sembari memberiku sebuah album foto. Aku melihat foto-foto di dalamnya. Ah ini
sih seperti gaya foto model di majalah-majalah! Mudah amat! Lalu aku memilih
lima gaya yang menurutku bagus. Setelah itu, jepret sana, jepret sini, lima
gaya sudah aku berpose dan dipotret. Tapi Adolf belum mempersilakan aku keluar
ruangan. Dia kelihatannya seperti berpikir sejenak. “Nah, sekarang, Han. Coba kamu buka
kancing-kancing bagian atas blus kamu. Nggak usah malu. Biasa-biasa aja lah!”
Kupikir tak apa-apa lah kali ini. Kubuka beberapa kancing atas blusku sehingga
terlihat BH yang kupakai. Mata Adolf sekilas berubah saat melihat pangkal
payudaraku yang montok.
Lalu aku dipotret lagi dengan pose-pose yang sensual. “Nah,
begitu kan yahud. Sekarang coba buka baju kamu semuanya.” Wah! Ini sih mulai
kelewatan! “Ayolah, jangan malu-malu!” Sebenarnya dalam hati aku menolak. Akan
tetapi biarlah, karena aku sejak kecil selalu mengidam-idamkan ingin menjadi
foto model. Dengan perlahan-lahan
kutanggalkan blus dan celana panjangku. Mata Adolf tanpa berkedip memandangi
tubuh mulusku yang hanya ditutupi oleh BH dan celana dalam. Aku sedikit
menggigil kedinginan hanya berpakaian dalam di ruangan yang ber-AC ini. Namun
Adolf tidak mengindahkannya. Ia malah menyuruhku menanggalkan busana yang masih
tersisa di tubuhku. Ah, gila ini! Tapi cueklah, hanya berdua ini! Lalu dengan
membelakangi Adolf, kulepas BH-ku. Kusilangkan tanganku di dada menutupi
payudaraku. “Han, masak kamu balik badan
begitu. Bagaimana aku bisa mengetesmu.” Aku membalikkan tubuh menghadap Adolf.
Adolf menyuruhku menurunkan tangan yang menutupi payudaraku. Adolf terpana
menyaksikan payudaraku yang montok dan berisi dengan puting susunya yang tinggi
menantang berwarna kecoklatan segar, tanpa tertutup oleh selembar benang pun.
Aku menjadi risih pada pandangan matanya. Adolf menyuruhku melepas celana
dalamku. Ia semakin melotot melihat bagian kemaluanku yang ditumbuhi oleh
rambut-rambut halus yang masih tipis. Sekilas kulihat kemaluan di balik celana
panjangnya menegang. “Nah, sekarang kamu
diam di situ. Akan kuukur tubuhmu, apakah memenuhi syarat”, kata Adolf sambil
mengambil meteran untuk menjahit. Pertama kali dia mengukur ukuran vital dadaku.
Ia melingkarkan meterannya melalui payudaraku. Dengan sengaja tangan Adolf
menyentil puting susuku sebelah kanan sehingga membuatku meringis kesakitan.
Tapi aku diam merengut saja. “Kamu
beruntung memiliki payudara yang indah seperti ini”, kata Adolf sambil mencolek
belahan payudaraku.
“Nah, sudah selesai sekarang.” Aku merasa lega. Akhirnya
selesailah pelecehan seksual yang terpaksa kuterima ini. “Jadi saya sudah boleh
keluar?” tanyaku. “Eit! Siapa bilang kamu sudah boleh keluar?! Nanti dulu,
manis!” Wah, kacau! Apa gerangan yang ia inginkan lagi? “Susan!” Adolf
memanggil seseorang. Seorang gadis cantik keluar dari ruangan lain, telanjang
bulat. Ya ampun, ternyata ia adalah cewek Indo yang tadi duduk di sampingku di
ruang tunggu. Payudaranya yang montok bergantung indah di dadanya, seimbang dengan
pinggulnya yang montok pula. Aku bertanya-tanya apa arti dari semua ini. “Nah, sekarang coba kamu lihat, Hanny. Susan
ini adalah satu-satunya pelamar yang berhasil terpilih. Mengapa? Sebab ia cocok
dengan profil foto model yang saya inginkan untuk proyek kalender bugil yang
akan saya edarkan di luar negeri. Kalo kamu ingin berhasil seperti Susan, kamu
harus berani seperti dia, Han”, kata Adolf sambil menunjuk ke arah gadis cantik
yang bugil itu. Astaga! Batinku. Aku harus dipotret bugil. Bagaimana pandangan
orang-orang terhadapku nanti apabila foto-foto telanjangku sampai dilihat
orang-orang banyak?! Tapi kan cuma diedarkan di luar negeri?! “Baiklah, tapi kali ini aja ya”, aku
menyanggupinya. Akhirnya aku dipotret dalam beberapa pose. Pose yang pertama,
aku disuruh berbaring tertelentang dengan pose memanjang di atas ranjang,
dengan membuka pahaku lebar-lebar, sehingga menampakkan kemaluanku dengan
jelas. Pose kedua, aku duduk mengangkang di tepi ranjang sementara Susan
menjilati liang kemaluanku. Pose ketiga, aku dalam keadaan berdiri, sedangkan
Susan dengan lidahnya yang mahir mempermainkan puting susuku. Pose keempat, aku
masih berdiri, sementara Susan berdiri di belakangku dan berbuat seolah-oleh
kami berdua sedang bersenggama.
Susan berperan sebagai
seorang pria yang sedang menghujamkan batang kemaluannya ke dalam liang
kewanitaanku, sedangkan tangannya meremas-remas kedua belah payudaraku yang
indah. Dan aku diminta memejamkan mataku, seakan-akan aku sedang terbuai oleh
kenikmatan yang tiada taranya. Semua itu adalah pose-pose yang membangkitkan
nafsu birahi bagi kaum pria namun amat memuakkan bagi diriku. Tiba-tiba kurasakan kedua belah payudaraku
diremas-remas dengan lebih keras, bahkan lebih kasar. Aku meronta-ronta
kesakitan. Aku menoleh ke belakang. Astaga! Ternyata yang di belakangku sudah
bukan Susan lagi, melainkan Adolf yang sekarang tengah mempermainkan payudaraku
dengan seenaknya! Entah Susan sudah ke mana perginya. “Jangan, Pak! Jangan!” Aku memberontak-berontak
sebisa-bisanya. Tapi semua itu tidak ada hasilnya. Tangan Adolf lebih kuat
mendekapku kencang-kencang sampai aku hampir tidak bisa bernafas. “Kamu memang
benar-benar cantik, Hanny”, kata Adolf sambil mencium tengkukku sementara
tangannya masih terus merambah kedua bukit yang membusung di dadaku. Tiba-tiba dengan kasar, Adolf mendorongku,
sehingga aku jatuh tertelentang di sofa. Melihat tubuh mulusku yang sudah
tergeletak pasrah di depannya, nafas Adolf memburu bagai dikejar setan. Matanya
melotot seperti mau meloncat keluar melihat keindahan tubuh di depannya.
Kututup payudaraku dengan tanganku, tapi Adolf menepiskannya. Betapa belahan
payudaraku sangat lembut dan merangsang ketika mulut Adolf mulai menjamahnya.
Payudaraku yang putih bersih itu memang menggiurkan.
Mulut Adolf dengan buas menjilat dan melumat bagian puncak payudaraku, lalu mengisap puting susuku bergantian, sehingga aku menggelinjang kegelian. Nafasku ikut memburu kala tangan Adolf mulai merayap ke selangkanganku, meraba-raba pahaku dari pangkal sampai lutut. Lalu betisku yang mulus itu. Aku hampir-hampir tak bisa bernafas lagi ketika mulut Adolf terus mengisap dan menyedot puting susuku. Aku meronta-ronta. Tapi Adolf terus mendesak dan melumat puting susuku yang runcing kemerahan itu. Seumur hidupku, belum pernah aku diperlakukan sedemikian lupa oleh lelaki manapun, dan kini aku harus menyerahkan diriku pada Adolf. Adolf mencoba mendorong batang kemaluannya masuk ke dalam liang senggamaku yang sempit. Ia sudah tak kuat lagi membendung nafsunya yang memuncak ketika batang kemaluannya bergesekan dengan liang kewanitaanku yang merah terbuka. Batang kemaluan Adolf akhirnya menghujam seluruhnya ke dalam liang kenikmatanku. Aku menjerit ketika liang kewanitaanku diterobos oleh batang kemaluan Adolf yang tegang dan panjang. Betapa perih ketika “kepala meriam” itu terus masuk ke dalam liang kewanitaanku, yang belum pernah sekalipun merasakan jamahan laki-laki. Aku mencoba memberontak sekuat tenaga lagi. Tapi apa daya, Adolf lebih kuat. Lagipula aku sudah lemas, tenagaku sudah hampir habis. Terpaksa aku hanya dapat menerima dengan pasrah digagahi oleh Adolf. Dan akhirnya, aku merasa tak kuat lagi. Setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi. Aku tak sadarkan diri. Saat aku siuman, aku menyadari diriku masih tergeletak telanjang bulat di sofa dengan cairan-cairan kenikmatan yang ditembakkan dari batang kemaluan Adolf berhamburan di sekujur perut dan dadaku. Sementara kulihat ruangan itu telah kosong. Segera kukenakan pakaianku kembali dan bergegas ke luar ruangan. Kukebut Feroza-ku pulang ke rumah dan bersumpah tak akan pernah kembali lagi ke tempat terkutuk itu!
Tante Girang Ngajari ku Ngentot
Ketika itu aku baru berumur 12 tahun, sebagai anak tunggal, Sewaktu orang tuaku sedang pergi keluar negeri, Teman baik ibuku, Tante Ina, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal dirumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Ina akan menginap dirumahku sendirian. Tante Ina badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakain dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Ina. Biasanya, setiap ada kesempatan aku suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu aku masih belum mengerti apa2, hanya karena rasanya enak. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Ina juga belum datang. Setelah pulang sekolah, aku kekamar tidurku sendirian me-mijit2 kemaluan ku sembari menghayalkan tubuh Tante Ina yang seksi. Kubayangkan seperti yang pernah ku lihat di majalah porno dari teman2 ku disekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa ku sadari Tante Ina sudah tiba dirumahku dan tiba2 membuka pintu kamar ku yang lupa ku kunci. Dia sedikit tercengang waktu melihat ku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluan ku yang berdiri.
Baca Juga Cerita Seks Indonesia : Gairah Malam penuh kemesraan
Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin
burung. Segera ku tutupi kemaluan ku dengan bantal, wajahku putih pucat.
Melihat ku ketakutan, Tante Ina hanya tersenyum dan berkata “Eh, kamu sudah
pulang sekolah J.D., Tante juga baru saja datang”. Aku tidak berani menjawabnya. “Tidak usah
takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak2 mainin burung nya sendiri”
ujarnya. Aku tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu.
Tante Ina lalu menambah, “Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau
membersihkan kamar kamu saja, kok”.
“Tidak apa2kan kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik
menggoda, dia kembali berkata “Kalau kamu mau, Tante bisa tulungin kamu, Tante
mengerti kok dengan permainanmu J.D.”, tambahnya sembari mendekatiku. “Tapi
kamu tidak boleh bilang siapa2 yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”.
Aku tetap tidak dapat menjawab apa2, hanya mengangguk kecil walaupun aku tidak
begitu mengerti apa maksudnya. Tante Ina
pergi kekamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali kekamarku. Lalu dia
berlutut dihadapan ku. Bantalku diangkat per-lahan2, dan saking takutnya
kemaluan ku segera mengecil dan segera ku tutupi dengan kedua telapak tangan
ku. “Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan ber-hati2
deh”, katanya sembari membujukku. Tangan
ku dibuka dan mata Tante Ina mulai turun kebawah kearah selangkanganku dan
memperhatikan kemaluan ku yang mengecil dengan teliti. Dengan per-lahan2 dia
memegang kemaluan ku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan
yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu dikelapa kemaluan ku, senyumnya
tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik.
“Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh”
katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.
Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluan ku,
apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena
malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat. “Jangan takut J.D., kamu
rebahan saja”, ujarnya membujuk ku. Setelah sedikit tenang mendengar suaranya
yang halus dan memastikan, aku mulai dapat menikmati elusan tangannya yang
lembut. Tangannya sangat mahir memainkan
kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluan ku bergetar dengan kenikmatan
dan jauh lebih enak dari sentuhan tanganku sendiri. “Lihat itu sudah mulai
membesar kembali”, kemudian Tante Ina melumuri Baby Oil itu keseluruh batang
kemaluan ku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Kemudian Tante Ina mulai
mengocokin kemaluan ku digenggamannya per-lahan2 sambil membuka lebar kedua
pahaku dan mengusapi biji ku yang mulai panas membara. Kemaluan ku terasa kencang sekali, berdiri
tegak seenaknya dihadapan muka Tante Ina yang cantik. Perlahan Tante Ina
mendekati mukanya kearah selangkangan ku, seperti sedang mempelajarinya. Terasa
napasnya yang hangat berhembus dipaha dan dibijiku dengan halus. Aku hampir
tidak bisa percaya, Tante Ina yang baru saja ku khayalkan, sekarang sedang
berjongkok diantara selangkanganku.
Setelah kira2 lima menit kemudian, aku tidak dapat menahan
rasa geli dari godaan jari2 tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja
diranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Ina yang licin
dan berminyak. Belum pernah aku merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi
ini seperti berpusat tepat di-tengah2 selangkanganku. Mendadak Tante Ina kembali berkata ” Ini
pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap
saja yah”. Aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba2 Tante Ina
mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluan ku lalu menyusupinya
perlahan kedalam mulutnya. Hampir saja
aku melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, aku tidak tahu harus
membikin apa, kecuali menekan pantatku keras kedalam ranjang. Tangannya segera
disusupkan kebawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas
ranjang. Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan
mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluan ku dengan halus, sembari
me-nyedot kedalam mulutnya. Bibirnya
merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluan ku. Mulut dan
lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya dipermainkan dengan sangat
mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku.
Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluan ku, aku berasa geli setengah
mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya. Sekali2 Tante Ina juga menghisap kedua bijiku
bergantian dengan gigitan2 kecil. Dan perlahan turun kebawah menjilat lubang
pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat
liar dan hangat. Aku hanya dapat
berpegangan erat kebantal ku, sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap
mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang aku hendak menjerit.
Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang,
kepalaku mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara
selangkanganku. Mendadak kurasa kemaluan ku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik
pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluan ku seperti mempunyai hidup
sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat kemuka
dan kerambut Tante Ina. Seluruh badanku
bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Aku tidak
sanggup untuk menahan kejadian ini. Aku merasa telah berbuat sesuatu kesalahan
yang sangat besar. Dengan napas yang
ter-engah2, aku meminta maaf kepada Tante Ina atas kejadian tersebut dan tidak
berani untuk menatap wajahnya. Tetapi Tante Ina hanya tersenyum lebar, dan
berkata “Tidak apa2 kok, ini memang harus begini”, kembali dia menjilati cairan
lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa
cairan itu dari kemaluan ku sehingga bersih. “Tante suka kok, rasanya sedap”,
tambahnya. Dengan penuh pengertian Tante
Ina menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk
dikeluarkan sekali2. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan
handuk kecil basah dan mencium ku dengan lembut dikeningku. Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu2
aku bertanya “Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?”.
Tante Ina menjawab “Yah, kadang2 kita orang perempuan juga
melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”. Dan Tante Ina berkata yang kalau aku
mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja aku bilang yang aku mau
menyaksikannya. Jari2 tangan Tante Ina
yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing2 bajunya, memperagakan
tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan
tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping.
Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Ina memegang kedua
tanganku dan meletakannya diatas buah dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus
sekali, ujungnya agak keras. Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante
Ina memintaku untuk menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa2, aku pencet2
saja dengan kasar. Tante Ina kembali tersenyum dan mengajariku untuk
mengelusnya per-lahan2. Putingnya agak
sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai
me-raba2 tubuh Tante Ina yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus
dan panas membara dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh
bagian yang tertentu. Aku mulai mempelajari tempat2 yang disukainya. Tidak lama kemudian Tante Ina memintaku untuk
menciumi tubuhnya. Ketika aku mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya,
putingnya terasa mengeras didalam mulutku. Napasnya semakin men-deru2, membuat
buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama.
Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat
dengan air liurku Mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang
merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang seksi dan ketat
mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih
seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah dihadapanku. Tante Ina tidak berhenti meng-elus2 dan
memeluki tubuhku yang masih telanjang dengan kencang.
Tangannya menuntun kepalaku kebawah kearah perutnya. Semakin kebawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung keatas. Aku mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu. Kemudian Tante Ina berdiri tegak dihadapanku dengan perlahan Tante Ina mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh dilantai. Tante Ina berdiri dihadapanku seperti seorang putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan sexy. Tangannya ditaruh dipingulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya dihadapanku. Pantatnya yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging kebelakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan. Aku sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah. Tante Ina menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil merebahkan dirinya diranjangku, Tante Ina memintaku untuk menikmati bagiannya yang terlarang. Aku mulai me-raba2 pahanya yang putih dan celana dalamnya yang agak demak dan bernoda. Pertama2 tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat Tante Ina sungguh2 menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Aku semakin berani dan lancang merabanya. Kadang2 jariku kususupkan kedalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda dibawah celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalam nya yang sangat tipis itu. Setelah beberapa lama, Tante Ina dengan merintih memintaku untuk membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya aku dapat menurunkan celana dalamnya kebawah. Tante Ina berbaring diatas ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya.
Baca Juga Cerita Seks Panas : Di bayar untuk ngentot dengan Wanita dan Kontol ku mencari mangsa istri tetangga
Disitu untuk pertama kali aku dapat menyaksikan kemaluan
seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu2 diatas
kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur,
sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya
tampak dari depan. Tante Ina membuka
selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa
sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk ditepi ranjang, Tante Ina memintaku
untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari
jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua
jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan ke-hitam2an dan
memperagakan kepadaku lubang vagina nya yang basah dan berwarna merah
muda. Dengan nada yang ramah, Tante Ina
menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus, menerangkan kepadaku satu
persatu seluruh bagian tubuh bawahnya. Tempat2 dan cara2nya untuk menyenangkan
seorang wanita. Kemudian Tante Ina mulai menggunakan jari tangan ku untuk
di-raba2kan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket dan basah.
Klitorisnya semakin membesar ketika aku menyentuhnya. Aroma dari vagina nya mulai memenuhi udara
dikamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih. Dari dalam lubang vaginanya
per-lahan2 keluar cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri
semua permukaan lubang vagina nya.
Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, aku kembali
bertanya “Boleh ngga saya mencicipi air mani Tante?” Tante Ina hanya mengangguk
kecil dan tersenyum. Perlahan aku mulai
menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang vagina Tante Ina yang merah dan
lembut. Cairan nya mulai mengalir keluar dengan deras keselangkangannya.
Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik
keasal lubangnya. Rasanya rada keasinan dengan berbau sangat khas, tidak
seperti kata orang2, Tante Ina cairan sangat bersih dan tidak berbau amis.
Begitu pertama aku mencicipi alat kelamin Tante Ina, aku
tahu yang aku dapat menjilatinya terus2an, karena aku sangat menyukai rasanya.
Tante Ina mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh klitorisnya. Aku
tersentak takut karena mungkin aku telah membuatnya sakit. Tetapi Tante Ina
kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa
enak. Semakin lama, aku semakin berani
untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan klitoris nya. Pinggulnya
diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri,
cengkramannya semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya
terbanting kekanan dan kekiri. Pinggul
dan pahanya kadang2 mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang
tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya. Tangannya mulai menjambak
rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah
dan rintihan memanggil namaku, seperti irama ditelingaku. Keringatnya mulai
keluar dari setiap pori2 tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang dibawah
cahaya lampu. Matanya sudah tidak
memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik.
Sembari merintih Tante Ina memintaku untuk me-nyodok2kan lidahku kedalam lubang
vaginanya dan mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan
yang bergairah itu. Kemudian Tante Ina
memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluan ku bersamaan.
Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil, Tante Ina
meng-gosok2kan dan menghimpit kemaluan ku yang sudah keras kembali diantara
buah dadanya, dan menghisapinya bergantian.
Kemudian Tante Ina memintaku untuk lebih berkonsentrasi di klitorisnya
dan menyarankanku untuk memasuki jariku kelubang vaginanya. Dengan penuh gairah
aku pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu
panas dan basah.
Otot vaginanya yang terlatih terasa berdekup memijiti jari
tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan
semakin memerah. Klitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak.
Setelah tidak beberapa lama, Tante Ina memintaku untuk memasuki satu jariku
kedalam lubang pantatnya yang ketat. Dengan bersamaan waktu, Tante Ina juga
masuki satu jarinya pula kedalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok
kemaluan ku. Pahanya mendekap kepalaku
dengan keras. Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku urat2 sekitar
dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Aku menjerit keras
ber-sama2 Tante Ina sembari memeluknya dengan erat, kita berdua keluar hampir
bersamaan. Kali ini Tante Ina menghisap habis semua air maniku dan terus
menghisapi kemaluan ku sampai kering.
Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya
yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuh ku dari
belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang mengecil.
Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukan
kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah. Lalu kita
jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang
terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama. Waktu berpakaian Tante Ina
menciumku dibibir dengan lembut dan berjanji yang nanti malam dia akan
mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasuki kedalam
kewanitaannya.
Sejak hari itu, selama satu minggu penuh, setiap malam aku tidur dikamar tamu bersama Tante Ina dan mendapat pelajaran yang baru setiap malam. Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa sekali, waktu orangtuaku mengadakan pesta dirumah, Tante Ina datang bersama suaminya. Didapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante Ina menciumku dipipi sembari meraba kemaluan ku, tersenyum dan berbisik “Jangan lupa dengan rahasia kita J.D.”. Dua bulan kemudian Tante Ina pindah ke kota lain bersama suaminya. Sampai hari ini aku tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu didalam sejarah hidupku. Dan aku merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat mengajariku bersetubuh dengan cara yang sangat sabar, sangat berprofesional dan semanis Tante Ina. Demikianlah cerita bokep hot ML Bersama Model Cantik dan Tante Girang Ngajari ku Ngentot oleh cerita sex hot.