Novi, Gadis Penggoda Pemerkosaan Terbaru

Cerita Mesum Terkini – Cerita Seks dewasa ini adalah cerita mesum Saat ini aku baru lulus SMA sedang cari tempat kuliah, tapi sudah 3 kota kujelajahi tidak satupun yang aku rasa cocok, akhirnya aku kembali ke kotaku. Sebut saja namaku Novita, saat ini usiaku 19 tahun, kata orang yang mengenalku aku dianggap sebagai wanita penggoda ini disebabkan bentuk tubuhku yang yahud dengan bodi montok dan seksi serta bibir tipis dan kulit putih bersih bak mutiara. Orang bilang aku kayak bintang sinetron, CK. Awalnya aku dicap sebagai gadis penggoda yaitu ketika aku duduk di kelas II SMA, aku mempunyai teman akrab, sebut saja Anggie. Dia pindahan dari sekolah lain, selain sebagai siswa sekolah yang kutahu dia sebagai pelacur jika di luar lingkungan sekolah. Di sekolah hanya aku yang mengetahuinya, karena seringnya aku bergaul dengan Anggie, aku jadi sedikit ketularan gaya pelacurnya, sehingga sekolah tahu kalau aku yang menjadi pelacur. Karena Anggie-lah, aku sering menonton film porno miliknya. Jadi kalau ada seorang lelaki yang kulihat ganteng ada di sekolah pasti kuganggu dengan suitan-suitan. Lelaki yang pertama kali kugoda adalah kepala sekolahku sendiri, sebut saja Pak Lubis. Aku dan Anggie sedang ada di lorong sekolah, 1 minggu lagi aku mau Ebtanas jadi pelajaran sudah berkurang, tapi banyak guru-guru dari sekolah lain yang meninjau sekolahku karena mereka akan jaga Ebta di sekolahku.
Ada seorang guru dari sekolah lain sedang melintas di depanku dan Anggie, orangnya sih imut jadi kugoda. “Suit.. suit.. Bapak, boleh dong kenalan sama Noviita..” kataku ketika dia melintas di depanku. Orang itu hanya tersenyum-senyum melihat ke arahku, tapi aku tidak tahu kalau kepala sekolahku saat itu ada di belakangku. Tiba-tiba telingaku dijewernya. “Hayo.. kamu Novii.. ganggu orang aja yach..” “Aduh.. sakit Pak..” “Kamu ke kantor Bapak ya.. kamu ini..” “Iya.. iya.. Pak..” Dengan langkah terpaksa kuikuti kepala sekolahku ke kantornya. Pak lubis ini memang terkenal galaknya. Ketika sampai di kantornya disuruhnya duduk berhadapan terhalang meja kerjanya yang banyak sekali surat-surat di atasnya. “Tutup pintunya.. terus kamu duduk sini..” “Iya.. Pak..” Kututup pintu kantor Pak Lubis lalu duduk di hadapannya. “Novi.. kamu ini.. ganggu orang.. aja.. kamu khan seminggu lagi ujian.. apa kamu nggak mau lulus?” “Iya.. mau Pak..” “Iya.. kamu belajar dong.. bukannya gangguin orang terus.. kalau kamu begitu terus saya nggak bisa beri kamu lulus..” “Iya.. jangan dong Pak.. Novi.. pingin lulus Pak.. tapi Novi punya syarat deh..” “Syarat apa.. pakai syarat-syarat segala..” Aku tidak mengatakan apa-apa syaratnya, aku berdiri dan berjalan ke arah pintu kantor Pak Lubis. “Hei.. kamu mau kemana? saya belum selesai.” Pintu kantor Pak Lubis kukunci lalu aku kembali ke arahnya, tapi aku tidak duduk di kursi lagi, aku duduk di atas meja kerja Pak Lubis yang Pak Lubis sedang duduk di kursinya melongo melihat tingkah lakuku. Arsip di atas meja kusingkirkan.
Aku berhadapan dengan Pak Lubis, kancing bajuku kubuka satu persatu dan bajuku kusingkapkan sehingga BH-ku warna pink dan perutku yang mulus dan putih telah terlihat oleh Pak Lubis, lalu tanganku menggapai tangan Pak lubis yang berotot, tangan itu kutuntun ke arah rok abu-abuku, lalu kusingkap rokku dan dengan bantuan tangan Pak Lubis kuraih celana dalamku warna krem lalu kutarik hingga betis, dan terpampanglah dengan jelas tempeku dengan bulu-bulu halus di depan mata Pak Lubis. “Pak.. inilah syaratnya.. sekarang selesaikan yang ingin Bapak selesaikan..” Pak Lubis hanya terbengong melihat tubuhku yang sudah kubuka untuknya, matanya terus menatap ke arah tempeku. Nafasnya berubah menjadi semakin liar. “Novi.. ka.. kamu.. hgeehh.. tempemu bagus sekali.. harum.. lagi.. ka.. kamu.. mau.. ya..” “Iya.. Pak.. selesaikan aja sekarang.” Tiba-tiba tangan Pak Lubis meregangkan kakiku, sehingga semakin jelas tempeku terlihatnya. Pak Lubis setengah berdiri lalu lidahnya mulai menyapu bibir tempeku dengan lembutnya, yang membuat diriku jadi menggelinjang karena baru pertama kali ini tempeku dijilat seseorang, yang mana sebelumnya hal ini hanya kulihat di film porno milik Anggie, tapi sekarang aku merasakannya. Keringatku mulai keluar membasahi bajuku, perutku juga mulai basah oleh keringat. “Aaahh.. sshh.. Pak.. ee.. enak.. sshh..” “Novi.. kamu baru pertama kali yach.. diginiin..” “Iy.. iyahh.. Pak.. aahh..” tempeku terus dijilat oleh lidahnya dengan rakus. Pada saat biji klitorisku terjilat, aku melenguh. “Aaahh.. aarghh.. iya.. Pak.. di situ.. Pak.. enak.. sekali.. argh.. argh..” “Iyah.. Novi.. Bapak.. juga suka.. rasanya manis sekali.. hheehh..” Kepala Pak lubis kupegang dan kuelus lalu kujepit dengan pahaku, rasanya aku tidak ingin kalau Pak lubis melepaskan lidahnya dari tempeku. Dan itu yang membuat Pak Lubis makin menggila menjilati tempeku.

Lima menit setelah tempeku mulai basah entah oleh cairan atau ludah Pak Lubis. Pak Lubis menurunkan celana panjangnya dan di balik itu jalan tolnya yang sudah mengeras dan tegang seakan mendesak keluar dari celana dalamnya yang membuat Pak Lubis merasa tidak enak sehingga dia pun langsung melepaskan celana dalamnya dan muncullah jalan tolnya yang agak panjang kira-kira 15 cm dengan diameter kira-kira 3 cm dan berurat menggelantung di tengah pahanya. Dipegangnya jalan tolnya lalu ditempelkan tepat di bibir tempeku. Rasa batang itu agak hangat menyentuh tempeku. “Novi.. masukkin.. sekarang yach..” “Iya.. Pak.. punya Bapak kepalanya hangat deh.. batangnya pasti lebih hangat lagi..” Tanganku merangkul lehernya, sedangkan tangan Pak lubis memegang kedua pantatku yang bersandar di atas meja, lalu jalan tolnya mulai disodokkan ke tempeku. Aku hanya bisa terpejam menahan sodokan batangnya, karena memang tempeku belum pernah ditembus apapun sehingga batang itu meletot ke kiri dan ke kanan tempeku. “Novi.. tempemu sempit sekali, kamu masih perawan yach..” “Iya.. Pak, memang belum pernah ditusuk kok Pak.. baru pertama kali ini, coba jari Bapak dulu aja..” Pak Lubis tersenyum seakan senang bisa membobol tempeku untuk yang pertama kalinya. Jarinya mulai mencoba dikorek-korekkan ke tempeku, hal ini membuatku menggelinjang. Sekitar lima menit jari itu menguak bibir tempeku agar makin lebar. Setelah itu dicobanya lagi jalan tolnya menusuk tempeku, dihentaknya berkali-kali hingga baru yang kesepuluh kalinya akhirnya jalan tol itu masuk ke dalam tempeku walau hanya setengah. Batang itu membuat aku terasa sesak nafas menahan hentakan di dalam tempeku.
Selama batang itu dihentak aku hanya bisa memejamkan mata menahan sakit yang sangat pada dinding tempeku tapi ketika sudah masuk setengah rasanya berubah menjadi nikmat yang sangat luar biasa. “Arrgghh.. arrgghh.. mmgghh.. Pak.. enak.. Pak.. terus sodoknya..” “Iya.. Novi.. heh.. heh.. tempemu enak sekali, rasanya batangku diperas dalam tempemu.. heh.. heh.. oh.. ohh.. oohh..” Tangannya mulai mengusap perutku lalu BH-ku ditariknya sehingga payudaraku yang montok nan mancung berselimut kulit yang putih mulus dihiasi puting kemerah-merahan terpampang jelas. Payudaraku diremasnya, lalu mulutnya mulai melahap payudaraku, dihisap, dikenyot dan digigit. Mulutku yang seksi dengan bibir merekah sekarang dikecup bibirnya sesekali lidahnya memainkan lidahku hingga aku makin menggelinjang. Tidak puas dengan gaya menyodok dari depan, badanku di atas meja kerjanya diputarnya sementara jalan tolnya masih terbenam dalam tempeku, jadi gaya sekarang doggie style, aku berpegangan pada sisi meja kerjanya, tempeku disodoknya dari belakang, hal ini membuatku meronta-ronta ketika batangnya berputar di dalam tempeku. “Aaahh.. aahh.. Pak enak sekali..” “Novi.. enakan gaya ini daripada gaya yang tadi..” Sodokan jalan tol Pak Lubis seakan akan merobek tempeku, hingga 10 menit kemudian tiba-tiba badanku kejang dan keluarlah cairan dari dalam tempeku dengan derasnya membasahi batang Pak Lubis yang masih tenggelam di dalam tempeku, saking derasnya sebagian menetes pada meja kerjanya, cairan yang banyak sekali keluar dari tempeku membuatku lemas tak berdaya. “Aaahh.. aarrgghh.. mmgghh.. Pak.. saya mau.. keluar.. nih.. Paakk..” Sementara Pak Lubis makin mempercepat sodokan batangnya ke tempeku yang becek, pantatku yang putih mulus nan montok lagi dihisap dan digigit mulutnya, dan 5 menit kemudian Pak Lubis akhirnya mencabut batangnya dari tempeku dan langsung muncrat cairan dari dalam batangnya dengan deras membasahi pantat dan punggungku. “Argh.. argh.. argh.. Novi.. tempemu memang enak sekali deh.. argh.. argh.. sshh.. sshh..”
Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : Nikmatnya Tubuh Yuki Kato
Terduduklah Pak lubis di kursi kerjanya dengan lemas, sementara aku masih tergeletak di atas meja kerja. Tak lama kemudian ada suara ketukan di pintu, Pak Lubis sontak membersihkan batangnya yang masih banyak cairan dengan celana dalamnya sendiri, aku dibangunkan, tempeku yang masih ada sisa cairan dibersihkan dengan kertas kertas arsip yang ditemukan olehnya dan menyuruhku pakai bajuku. Sisa cairanku yang tumpah di meja kerjanya dibersihkan dengan sapu tangannya. Setelah aku dan Pak Lubis telah berpakaian, dia menyuruhku keluar dari ruang kerjanya dan mempersilakan tamu yang mengetuk masuk ruangan, rupanya yang mengetuk adalah wakil kepala sekolah, Ibu Linda. Dengan langkah gontai kutinggalkan Pak Lubis dengan Bu Linda. Aku pun pulang. Hampir 5 hari aku tidak masuk sekolah, karena selangkanganku rasanya sakit setelah disodok Pak Lubis untuk pertama kalinya. Aku masuk sekolah hanya untuk mengetahui lokasi ujian Ebta, yang rupanya aku mendapat lokasi di sebuah SMEA yang jauhnya 10 km dari sekolahku dan setelah masuk ujian Ebta, hanya aku yang ada di SMEA itu tidak ada temanku dari sekolah SMA-ku.
Ujian Ebta berlangsung selama 5 hari, ketika hari Jum’at, hari terakhir seusai ujian di saat aku jalan menuju halte, aku dicegat oleh mobil Mercy, yang rupanya di dalamnya Pak Lubis. “Novi.. sudah selesai ujiannya, mau saya antar?” “Bolehlah Pak..” Aku lalu masuk ke dalam mobil Pak Lubis dan kami pergi dari SMEA itu. “Novi.. maaf yach kejadian di ruang kerja saya..” “Ah.. nggak apa-apa koq Pak..” “Terus terang sejak kejadian itu.. saya jadi kangen sama kamu.. kita tidak bertemu hampir 2 minggu. Maaf yach.. Novi.. saya pingin kehangatan dirimu lagi.. apa kamu mau melakukannya lagi..?” “Novi.. juga kangen sama Bapak.. terserah Bapak lah saya mah ikut Bapak aja..” “Terima kasih.. yach.. Novi.. kalau kamu bersedia.” Kulihat Pak Lubis tersenyum karena ajakannya tidak kutolak, kucium pipinya sewaktu dia menyupir. Hari itu Pak Lubis mengajakku ke Ancol, sampai di sana kami makan siang lalu sekitar jam 14.00, aku dan Pak Lubis memesan sebuah kamar di Pondok Putri Duyung, begitu masuk kamar dengan nafsu membara Pak Lubis dan aku langsung bugil, ditempelkan badanku di dinding lalu Pak Lubis langsung menyodokkan batangnya ke tempeku dalam posisi berdiri, seakan aku digendongnya, hampir 15 menit lamanya kami melakukan dengan posisi berdiri lalu dia memindahkan tubuhku ke tempat tidur dengan posisi aku menggantungkan kakiku di sisi tempat tidur dan disodoknya sementara batangnya masih terbenam di tempeku sejak posisi berdiri. 15 menit kemudian ketika aku akhirnya mengeluarkan cairan dan darah dari tempeku dengan derasnya yang membuatku lemas tak berdaya, kami ganti posisi lagi, sekarang kakiku diletakkan di pundak Pak Lubis sehingga hujaman batangnya serasa lebih masuk lagi ke tempeku dan pada posisi yang ketiga ini kami lakukan sampai 30 menit kemudian dan Pak Lubis pun mengeluarkan cairannya di dalam tempeku hingga aku merasakan kehangatan air maninya dalam tempeku.
Tapi tenaga Pak Lubis sangat luar biasa, walau dia telah menyirami air mani dalam tempeku. Pak Lubis membalikan badanku yang lemas-lemasnya untuk ganti posisi lagi dimana sekarang aku jongkok di badannya sedangkan Pak Lubis tidur terlentang. Badanku dipegangi kedua tangannya sedangkan tempeku yang tertusuk jalan tolnya, lalu badanku dihentakkan naik-turun, gaya posisi ini kami lakukan selama 10 menit, lalu setelah itu dia memegangi tubuhku lalu diputarnya badanku sehingga posisi kami berubah lagi, badanku membelakanginya dan dikocoknya badanku naik-turun, posisi inipun kami lakukan dalam 10 menit berikutnya hingga aku mengeluarkan cairan lagi untuk kedua kalinya hingga aku agak tak sadarkan diri karena kali ini cairanku keluar dengan darah yang agak banyak. Dalam keadaan tubuhku yang sangat lemas, batang itu masih di dalam tempeku. Pak Lubis merubah posisi lagi hingga ke-6 kalinya, kali ini aku nungging di tempat tidur dan dia menyodok dengan keras sekali, posisi inipun kami lakukan selama 15 menit hingga aku mengeluarkan cairan lagi yang ketiga kalinya dan Pak Lubis juga kembali mengeluarkan cairan di dalam tempeku secara hampir bersamaan. Akhirnya setelah 2 jam tempeku dihujam habis-habisan oleh batang Pak Lubis dengan 6 posisi pula, aku pun langsung pingsan diikuti Pak Lubis yang ambruk di tubuhku sambil memelukku. Aku terbangun dari pingsanku ketika aku sudah tiba di depan rumahku kira-kira jam 23.00 malam. Sebelum aku turun dari mobil Pak Lubis aku mencium bibir Pak Lubis. “Pak.. makasih ya.. Novi.. benar-benar puas deh..”  “Novi.. Bapak yang harus terima kasih karena kamu bisa memuaskan saya hampir 2 jam lamanya, kamu hebat.. Novi.. dan terima kasih kalau kamu mau menerima air mani saya.. di tempemu..” “Nggak.. Novi.. yang terima kasih karena Bapak memberikan air mani Bapak.. buat Novi..” Setelah itu aku turun dari mobilnya dan Pak Lubis langsung meninggalkanku. Dengan langkah gontai aku masuk rumah dan langsung tidur.
Seharian aku tidak turun dari tempat tidur karena selangkanganku rasanya sakit sekali. Pengumuman Ujian Ebta berlangsung 3 minggu kemudian, yang jatuh hari Sabtu, aku ke sekolah untuk lihat hasil ujian sekaligus untuk bertemu dengan Pak Lubis karena rasa kangenku, tapi Pak Lubis sedang rapat di kopertis. Aku pulang dari sekolah kira-kira jam 04.30 sore dengan langkah gontai aku tiba di rumah, di saat itu mamaku mau pergi dengan temannya. “Novi.. jaga rumah ya.. Mama mau arisan, pulangnya jam 09.00, kedua adikmu juga baru pergi ke Mal.” “Iya.. Ma, jangan lupa oleh-oleh buat Novi..” Mama pun pergi, dengan agak malas aku masuk ke dalam rumah, karena aku berharap di malam Minggu ini aku bisa bersama Pak Lubis. Setelah menutup pintu aku ke kamarku dan mandi. Selesai Mandi ketika aku sedang memandangi dan memijat-mijat kedua payudaraku karena 3 minggu tidak tersentuh oleh tangan laki-laki, tiba-tiba pintu kamarku dibuka, rupanya ayahku baru pulang dari bengkel, ayahku memang pemilik sebuah bengkel di kota Jakarta ini. “Eh.. Ayah..” aku langsung mengambil handuk untuk menutupi payudaraku. Ayah yang juga kaget lalu menutup pintu kamar dan bertanya padaku dari luar kamar. “Mamamu sama adik-adikmu kemana..?” “Pergi.. yah, Mama ada arisan, Adik-adik ke Mal.” “Ooohh, eh.. iya gimana kamu lulus, nggak..” “Lulus.. Yah..” “Ya.. sudah.. Ayah mau istirahat..” Suara ayah lalu menghilang. Aku yang masih agak kaget atas kejadian yang baru terjadi, tiba-tiba perasaanku berubah. Ada perasaan untuk menggoda ayahku karena sudah 3 minggu aku horny, ingin sekali merasakan kehangatan laki-laki, akhirnya aku memilih baju sackdress berwarna hitam dengan hanya menggunakan celana dalam tanpa memakai BH, jadi bentuk payudaraku agak terbayang.
Baca Juga Cerita Bokep Seks : Nia Mahasiswi Cantik
Aku keluar kamar dan kulihat ayah sedang nonton TV di ruang keluarga, kuhampiri ayahku, salah satu tangan ayah memegang gelas berisi kopi dan yang satunya memegang remote TV. Aku membayangi jika tangan ayah yang kekar menjamah tubuhku. Lalu aku duduk di sofa sebelah ayah. Tiba-tiba ayah mencium pipiku. “Selamat.. ya.. Novi.. kamu ada rencana kuliah dimana..?” “Wah.. belum.. tau Yah.. Novi.. binggung.” Ciuman ayahku membuatku agak terangsang, lalu aku menyadarkan kepalaku pada bahu ayah. “Yah.. minumnya hanya kopi..” “Ayah.. sudah cari yang lain.. tapi di dapur nggak ada..” “Ayah.. mau tambah.. susu?” “Emangnya ada.. koq Ayah.. nggak lihat.. di kulkas yach..” Ayah lalu berusaha bangkit menuju ke arah kulkas, tapi buru-buru kucegah. Sehingga ayah duduk lagi. “Susunya.. di sini koq.. Yah..” “Mana..?” Aku tidak menjawab, lalu aku bangkit dari dudukku dan berdiri tepat di depan Ayahku. Tali baju sacdress aku turunkan sampai hampir ke perut dan terpampanglah payudaraku yang mancung diselimuti kulit yang halus di depan muka ayahku. Ayahku agak terkaget melihatku. “Novi.. ka.. kamu.. ngapain..” Ayah terbata-bata sementara matanya tidak berpaling terus menatap payudaraku. “Ini susunya.. Yah.. buat Ayah..” “Ka.. ka.. kamu.. gila.. Novi.. mau godain.. Ayah..” “Mumpung.. Mama dan adik-adik pergi.. Yah..” Kugapai tangan ayahku yang masih terbengong lalu kutempelkan tangannya di payudaraku. Tangannya yang kekar tepat memenuhi payudaraku. Tangannya agak basah berkeringat. Tapi tiba-tiba tangan itu meremas payudaraku dengan lembut. “Aaahh.. terus.. Yah..” “Novi.. payudaramu indah sekali.. bening banget.. kenyal lagi..” Ayah yang sudah terangsang mulai mencium payudaraku, dicium, dijilat, dikenyot, dihisap dan digigit putingku yang berwarna kemerahan. “Yah.. aahh.. aahh en.. enak.. Yah..” “Iya.. sayang.. putingmu.. manis..” Sementara payudaraku sedang dimakan oleh mulut ayahku, tangannya mulai merambah ke pahaku, rok sackdres-ku diangkatnya lalu diraihnya celana dalamku dan ditarik ke bawah hingga kaki, otomatis tempeku yang ranum terpampang jelas dan menyerbakkan aroma harum ke ruang keluarga.
“Novi.. bau apa ini.. harum sekali..” “Bau tempe Novi.. Ayah.. khan.. Novi.. baru mandi.” “Waawww.. pasti rasanya.. enak.. juga.. ya..” “Kalau Ayah mau.. mencoba.. boleh.. kok.. sodok aja sama batang.. Ayah.. yang mulai nonjol..” Kulihat jalan tol ayah sudah mulai mendesak dari balik celana yang dikenakannya. Tubuhku lalu digendong ayah dan dibaringkan di sofa, lalu ayah jongkok persis di pahaku dimana tempeku sudah terpampang dengan jelas. Dengan lembut ayah menjilati bibir tempe lidah ayah sangat lembut sehingga aku menggelinjang. “Aahh.. aahh.. Ayah.. eennaakk.. sekali..” Pahaku kutekan sehingga kepala ayahku terjepit ini kulakukan karena aku tidak ingin ayahku melepaskan jilatan lidahnya pada tempeku. “Novi.. tempemu.. segar.. sekali.. Ayah.. suka..” Lidah ayah semakin ke dalam dan ketika klitorisku terjilat aku berontak keenakan. “Iyah.. iyah.. itu.. Yah.. enak.. sekali.. heehh..” “Novi.. Ayah.. juga.. suka.. rasanya manis.. deh..” Klitorisku dijilat ayah sampai 15 menit kemudian dan akhirnya meledaklah tempeku dengan menyemburkan cairan yang banyak sekali membasahi tempeku dan lidah ayah, tapi dengan tangkas ayah langsung menelan cairan kental milikku sehingga sedikit sekali yang membasahi pahaku. “Aaargghh.. arrghh.. Aayaahh.. nikmat.. sekali.. aahh.. aahh..” Lemaslah tubuhku di sofa, sementara ayah mempersiapkan diri untuk menyodokku. Ayah melepaskan semua pakaiannya hingga bugil dan kulihat jalan tol ayah yang besar sekali melebihi punya Pak Lubis karena aku perkirakan panjangnya 20 cm dengan diameter 4 cm, aku tersenyum melihat ayahku karena aku yakin pasti aku bisa dibuat puas oleh ayahku. Ayah berdiri di depan mukaku, batang ayah diarahkan ke mulutku, ayah menginginkan batangnya dijilat olehku. Tanganku mencoba meraih batang ayah, tetapi saking besarnya tanganku tidak bisa menggenggamnya. Lidahku kujulurkan menjilati batang ayah yang berurat, kujilat, kuhisap, kuemut dan kugigit layaknya anak kecil makan es loli.
Kulirik ayah hanya merem-melek menikmatinya serbuan mulutku pada batangnya. Hampir 15 menit lamanya ketika batang ayahku basah oleh ludahku, ayah memindahkan dari mulutku dan langsung ditempelkan tepat di bibir tempeku. Kakiku dibukanya hingga tempeku terbuka lebar. Kedua tangan ayah memegangi telapak kakiku lalu batangnya mulai menyodok tempeku, tapi karena batang ayah yang super gede dan tidak dipeganginya maka meletot batang ayah di luar tempeku. Ayah lalu memegang batangnya dan tepat ditempelkan pada tempeku dan kembali menyodokkan batangnya pada tempeku, walaupun tempeku pernah terbongkar oleh batangnya Pak Lubis, kepala sekolahku, dan batang ayah yang super gede maka tidak bisa sekali sodok untuk memasukkan batangnya ke tempeku. Akhirnya setelah 15 kali ayah berusaha menyodokkan batangnya, masuklah hingga setengahnya ke dalam tempeku. “Heekh.. heekh.. Yah.. punya Ayah.. gede.. banget.. masuknya sampe.. tempe.. Novi.. robek.. nih.. aahh.. aah.. sshh.. sshh.. terus.. yah.. terus.. e.. e.. enak.. deh..” Hantaman batang ayah yang besar di dalam tempeku membuatku sesak nafas untuk menahannya tapi rasanya sangat nikmat. Ayah terus menghentakkan batangnya ke tempeku dengan genjotannya secara terus menerus sampai hampir satu jam lamanya setelah keringat deras mengucur dari tubuhku dan tubuh ayah dan aku mulai kejang-kejang seakan ingin memuntahkan cairan dari tempeku yang pada akhirnya keluarlah dengan deras cairan dari tempeku membasahi batang ayah yang masih terdiam di dalam tempe milikku disertai eranganku. “Aarrgghh.. aarrgghh.. Ayah.. Novi.. keluar.. nih.. Yah.. sshh.. sshh.. aagghh.. agghh.. eennaakk.. deh.. aahh.. aahh..” Lemaslah dengan lunglai tubuhku di sofa, sedang kulihat ayah belum merasakan apa-apa. Tiba-tiba ayah memegang kedua tanganku lalu mengangkat tubuhku dimana batang ayah masih tertancap di tempeku, sehingga posisi kami sekarang ayah seakan menggendongku, tanganku memeluk leher ayah. Dengan posisi berdiri ayah menggoyangkan tubuhku, digendongannya naik-turun menggerakkan batangnya menembus tempeku sehingga aku loncat-loncat. Aku sangat menyukai yang dilakukan ayahku karena sudah pasti rasanya batang itu lebih ke dalam lagi memasuki tempeku.
Baca Juga Cerita Bokep Seks : Natalie Jojo Wulandari Cute Natalie
Walaupun tubuhku yang sudah lemas tapi aku berusaha mengimbangi gaya ayahku, payudaraku yang ranum, padat, kenyal sudah diserbu mulut ayah baik digigit, dikenyot, dihisap putingnya. Aku membalas dengan mengecup dahinya sambil mengelus rambutnya. Posisi ini dilakukan ayahku selama 15 menit yang lalu mengubah posisi lagi dimana batang ayah yang masih menancap di tempeku dan tubuhku diputar lalu diletakkanlah tubuhku kembali di atas sofa jadi posisi yang sekarang, aku menungging disodok ayah. Posisi inilah yang rupanya disenangi ayahku, karena dia merasakan bahwa batangnya lebih menyodok ke dalam lagi. “Heeh.. heeh.. heeh.. Novi.. tempemu.. luar.. biasa.. sekali.. batang.. Ayah.. kayak.. dipelintir.. Ayah.. suka.. sekali.. heehh.. hhgghh.. hhgghh..” Selama satu jam Ayah menyodokku dengan posisi nungging dan tiba-tiba tubuh ayah mengejang dan batangnya dicabut dari tempeku dan batangnya diarahkan ke mulutku yang tertutup dan secara otomatis langsung kubuka mulutku menyambut batang ayah yang langsung menumpahkan cairan yang banyak sekali dan hangat sehingga cairan ayah otomatis tertelan di mulutku tapi saking banyaknya cairan itu akhirnya meleleh sampai mukaku. “Aaarghh.. argghh.. Novi.. isap.. Novi.. telan.. nih.. cairan.. Ayah.. aarghh.. arghh.. sshh.. nikmatnya..” “Mmbbmm.. mmbmm.. ssllrupp.. ssllruupp.. ahh.. Yah.. cairan.. Ayah.. nikmat.. sekali..” Ambruklah tubuh ayah meniban tubuhku di sofa dan kami pun tertidur. Jam 08.00 malam aku terbangun dari tidurku di saat ayah menggendong tubuhku yang bugil menuju kamarku. “Yah.. terima kasih.. Yah.. Novi.. merasakan.. kenikmatan.. yang.. tiada tara.. tapi lain kali cairan.. Ayah.. masukin aja.. di dalam. tempe Novi..” “Iya.. sayang.. nanti.. Ayah.. kasih.. Ayah.. juga.. terima kasih.. atas.. kenikmatan tempemu.. sekarang kamu.. tidur.. di kamar ya.. nanti ibumu.. pulang.” Tubuhku diletakkan ayah di tempat tidurku dalam kamarku, setelah mengecupku ayah meninggalkanku yang terbaring bugil keluar kamarku dan tidak lama kemudian kudengar ayahku mandi sedangkan aku tertidur lagi. Hubunganku dengan ayah berlanjut terutama jika ibu dan kedua adikku tidak di rumah. Kami pun sering melakukan di motel. Tapi sebaik-baiknya perbuatan, kalau yang busuk pasti terbongkar. Terbongkarnya perbuatanku dengan ayah ketika sudah hampir 1 bulan berjalan. Malam itu sekitar setengah satu ketika aku sedang tidur “ayam” di kamarku dan sudah tiga hari aku dan ayah berhubungan, ayah masuk ke kamarku untuk melakukan hubungan badan, setelah 1 jam lamanya kami berhubungan di saat posisiku sedang di atas tubuh ayah, tempeku tertusuk batang ayah. Pintu kamar terbuka dan di luar kamar ibuku melihat apa yang kami lakukan. Rupanya ibu terbangun dan mencari ayah dan tidak mengira kalau suaminya atau ayahku sedang berhubungan dengan diriku.
Ibuku langsung menjerit dan meninggalkan aku dan ayah dengan terbengong. Ibuku lari ke kamarnya sambil menangis. Kami pun langsung berdiri dan berpakaian lalu ke kamar ibuku. Malam itu ibuku marah besar kepadaku dan ayah. Aku dan ayah akhirnya tidak tidur dan hanya duduk menyesali perbuatan kami di ruang tidur. Paginya, ibuku tidak berkata satu katapun kepadaku dan ayah. Akhirnya setelah siang permintaan maaf kami diterima oleh ibuku dengan suatu perjanjian bahwa mulai malam aku harus meninggalkan rumah untuk pergi ke Yogya dimana aku dititipkan ke adik ibuku yang paling kecil, sebut saja Bibi Nani, sedang ibu dan ayah harus pisah ranjang. Malamnya dengan perasaan berat aku meninggalkan rumah untuk ke Yogya, tapi sebenarnya yang memberatkan perasaanku bahwa aku harus berpisah dengan ayahku yang dimana tumbuh perasaan cinta terhadap ayahku sendiri. Di kereta menuju Yogya, pikiranku hanya tercenung ke ayahku. Sampai di Yogya pada pagi harinya, Bibi Nani menjemputku di stasiun KA. Ibuku mengirimku ke Yogya dengan tujuan kalau aku bisa berubah dan kuliah di Yogya, ini disebabkan Bibi Nani adalah seorang kepala sekolah agama, beliau terpaut dengan ibuku 15 tahun, Bibi Nani usianya 30 tahun, ibuku usianya 45 tahun, sedangkan Ayah usianya 47 tahun. Bibi Nani adalah seorang yang taat agamanya, selain sebagai kepala sekolah Aliyah, malam harinya pasti bersama-sama ibu-ibu tetangganya melakukan pengajian, inilah yang ibuku pikirkan kalau aku ikut bersama Bibi Nani, aku bisa belajar ngaji lebih banyak, tetapi pikiran ibuku sangat berbeda dengan pikiranku, makanya suami Bibi Nani, yaitu Paman Hendi tergoda juga olehku. Paman Hendi usianya 2 tahun lebih muda dari Bibi Nani, dia seorang guru olahraga di sebuah SMP Negeri di kota Jogja. Bibi dan Paman sudah dua tahun menikah tapi kehadiran seorang anak belum didapatkannya.
Satu Minggu sudah aku tinggal di Jogja, rasa kangenku atas sentuhan ayah tiba-tiba bangkit. Hari itu adalah hari Jumat, kira-kira jam 01.00 siang aku pulang dari kampus-kampus untuk mendaftar kuliah, ketika aku masuk rumah kulihat ada sarung dan sejadah di atas meja tamu, aku agak takut karena biasanya paman dan bibi baru pulang dari sekolah pada sore hari, tiba-tiba di ruang dapur ada suara lemari es terbuka. Dengan agak takut aku menuju dapur, begitu sampai di dapur rupanya Paman Hendi sedang mempersiapkan makan siang. “Eh.. Paman.. sudah sampai.. biasanya pulang sore.. Paman..?” “Iya.. Paman pulang agak cepat, rasanya Paman sakit perut, kamu baru pulang dari mana?” “Novi.. muter-muter Yogya, habis cari tempat kuliah..” “Ooohh.. Kamu sudah makan belum.. biar sekalian Paman siapkan..” “Eh.. Paman istirahat saja.. biar Novi yang siapkan makan siangnya..” “Kamu bisa.. kalau begitu terima kasih deh.. Paman di kamar yach.. nanti kalau sudah siap tolong bangunin Paman!” “Baik Paman.. biar Novi.. aja..” Paman lalu meninggalkanku di dapur menuju kamar tidurnya, aku pun ke kamarku untuk ganti baju lalu mempersiapkan makan siang. 15 menit kemudian setelah makan siang kusiapkan di atas meja makan, aku ke kamar tidur paman untuk membangunkannya. Kubuka pintu kamar tidur paman, kulihat paman sedang tidur di tempat tidurnya, paman hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Perlahan-lahan aku dekati paman yang sedang tidur. Begitu dekat dengan paman, pandanganku terpaku pada jalan tol paman yang agak menonjol dari balik celana pendeknya, rasa kangenku terhadap lelaki muncul, aku lalu duduk di sebelah paman, tanganku mengusap jalan tolnya yang ada di balik celananya dengan perlahan, karena nafsuku tiba-tiba melonjak, jalan tolnya mulai kuremas-remas. Tiba-tiba paman terbangun.
“Hah.. kamu ngapain Novi, astaga.. kamu ini..” “Maaf Paman, nafsu birahi saya lagi memuncak nih.” “Tapi.. kamu.. Novi.. kamu ini.. gila..” “Tidak.. Paman.. saya tidak gila.. saya ingin Paman bisa memuaskan nafsu saya.. karena sudah 1 minggu saya tidak tersentuh lagi dari ayah..” “Jad.. jadi.. kamu sama ayahmu..?” Paman tidak meneruskan kata-katanya lagi selain melongo melihatku mulai melepaskan baju daster, BH sehingga celana dalamku dimana aku langsung bugil. Paman tidak berkedip melihatku yang bugil berdiri di hadapan paman. Payudaraku yang putih mancung dan tempeku yang merekah seakan menantang pamanku. Aku lalu duduk disamping paman yang duduk terbengong di tempat tidur, tanganku mulai meremas lagi jalan tolnya, sedangkan tanganku yang satu memegang tangannya lalu kutuntun ke arah tempeku. Bibirnya yang tipis mulai kuciumi, Paman hanya mengikuti keinginanku saja. Paman mulai membalas ciumanku pada bibirnya, lidahnya dikeluarkan dan dipautkan dengan lidahku. Paman mulai meningkat nafsunya, tangannya terus mengorek tempeku lebih ke dalam lagi, jarinya ditusukkan masuk ke liang tempeku hingga menyentuh biji klitorisku. Setelah cukup puas memainkan tangan dan jarinya di tempeku. Paman lalu menarik celana pendeknya hingga ke dengkulnya, rupanya paman tidak mengenakan celana dalam sehingga otomatis jalan tolnya yang sudah tegang setelah kuremas-remas kini terpampang jelas di hadapanku. jalan tol paman ukurannya agak kecil dari punya ayahku, tapi urat-urat pada batangnya lebih keluar. “Paman, batang Paman uratnya gede-gede yach, sampai menonjol, rasanya sakit nggak sih?” “Tidak sayangku, tapi Paman yakin Novii pasti lebih puas deh selesai mencoba daripada punya ayahmu.” “Ah, Paman bisa aja nih, mana mungkin?” “Coba aja buktikan.” Tanpa banyak bicara lagi jalan tol paman langsung kupegang dan mulai kuciumi perlahan-lahan. Bau khas batang paman membuatku makin bernafsu maka cepat-cepat kukulum, kujilat dan kugigit jalan tol paman.
Aku layaknya seorang anak kecil menikmati coklat batangan, rasanya aku tidak ingin melepaskan mulutku dari batang paman. Paman mulai gelisah menggelinjang kenikmatan menikmati serbuanku pada batangnya. Kepalaku diusap-usap kedua tangannya. Hampir 30 menit lamanya batang paman kuhisap dan mulai basah oleh ludahku sendiri, sementara tempeku mulai kembang kempis. Aku lalu berdiri di atas badan pamanku, lalu batangnya paman kuarahkan ke tempeku, sementara tangan paman melingkari tubuhku. Setelah posisi jalan tol paman sudah tepat di bibir tempeku, aku menekan ke bawah sehingga tertusuklah tempeku dengan batang paman walau hanya kepalanya saja yang baru bisa masuk. 10 kali aku memberikan hentakan dengan bantuan paman, akhirnya masuklah seluruh batang paman ke dalam tempeku. Batang paman kerasnya luar biasa, seperti pentungan polisi menghentak liang tempeku, kerasnya batang paman mungkin disebabkan paman sering berolahraga. Hentakan batang paman ke tempeku dilakukan berkali-kali. “Aaahh.. aarrgghh.. aarrghh.. sshh.. Paman.. batang Paman keras sekali.. enak.. deh.. nyodok.. tempe Novi.. rasanya tempe Novi.. melebar nich..” “Novi.. heegh.. heeghh.. tempemu juga.. nikmat.. sekali.. rasanya.. lebih.. nikmat.. dari punya.. Bibimu.. wah.. Ppaman jadi ketagihan nih..” Satu jam lamanya batang paman yang keras sekali menembus tempeku, bobol-lah pertahananku dimana tempeku banyak sekali mengeluarkan cairan putih dan hangat membasahi batang paman yang masih tertancap dalam tempeku. Saking banyaknya cairan yang keluar dari tempeku hingga meleleh ke paha kami berdua.
“Aaah.. aahh.. Paman.. enak sekali.. aahh hh.. arrghh.. sshh.. sshh.. Novi.. ke.. keluar.. nih..” Lemaslah tubuhku menimpa paman yang sedang asyik melumatkan payudaraku yang putih, montok dan kenyal yang lagi dihisap-hisap oleh pamanku. Paman lalu memutarkan badanku dimana batang paman masih tertancap di tempeku hingga sekarang posisiku sekarang duduk di atas membelakangi pamanku, kemudian tubuhku diangkat dan dijatuhkan di tempat tidurnya, jadi posisi kami sekarang aku menungging dan paman berdiri dengan dengkulnya. Batang paman yang masih menancap lalu ditekannya berkali-kali ke tempeku, kedua tangannya memegangi pantatku sedangkan aku terbaring lemas. “Agh.. agh.. aghh.. Novi.. tempemu.. memang enak sekali.. rasanya.. agh.. agh.. agh.. sshh.. sshh..” Batang paman yang keras menghujam lagi ke tempeku berkali-kali sampai kira-kira satu jam kemudian aku mengeluarkan cairan dari tempeku untuk kedua kalinya dan paman pun mengeluarkan cairan yang banyak sekali dimana paman menumpahkannya cairan paman yang hangat di punggungku karena paman terlebih dulu menarik batangnya dari tempeku sebelum mengeluarkan cairan. “

Novi, Gadis Penggoda Pemerkosaan Terbaru

Cerita Dewasa

Halo, Saya adalah penulis artikel dengan judul Novi, Gadis Penggoda Pemerkosaan Terbaru yang dipublish pada October 28, 2022 di website CeritaSex

Artikel Terkait

Leave a Comment