Selingkuh Dengan Perawat Selingkuh Terbaru
Cerita Birahi Dewasa – Cerita Bokep ini bercerita seks yang bertempat di Puskesmas Aku, Wawan, adalah seorang dokter yang beberapa tahun yang lalu pernah bekerja di puskesmas kecil di suatu kecamatan di Jawa beberapa kilometer dari kota S. Ketika bekerja menjadi dokter puskesmas itu lah aku terlibat perselingkuhan dengan perawat anak buahku sendiri di puskesmas itu. Waktu itu aku masih muda (sekitar 27 tahun), kata orang wajahku cakep dan macho, sedang perawatku itu hitam manis terpaut sekitar 5 tahun lebih muda dariku. Aku sendiri saat itu sudah berkeluarga beranak satu berumur 2 tahun, demikian pula perawatku yang bernama Narsih sudah bersuami tetapi belum punya momongan. Pada saat pertama kali datang melihat puskesmas tempat aku akan berdinas selama 5 tahun yang terletak di suatu kecamatan yang lumayan jauh dari kota kabupaten, aku datang sendirian. Di sana aku ditemui oleh seorang perawat wanita yang sudah bekerja di sana selama tiga tahun semenjak puskesmas itu selesai dibangun. Narsih, begitu dia memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangannya. Dalam hatiku, Aduh, manis betul perawat ini. Sambil bertanya tentang berbagai hal, yang menyangkut kunjungan pasien, tentang pelaksanaan program kesehatan yang selama ini dikerjakan olehnya (selama ini puskesmas dipimpin olehnya yang merupakan satusatunya perawat dengan dibantu oleh 2 orang petugas lain), tentang keadaan masyarakat sekitar puskesmas, dll, aku tak puaspuasnya memandangi wajahnya yang manis itu. Sebaliknya, si manis ini juga sering dengan berani menatapku balik sambil senyum agak menantang. Pikirku, Gawat juga anak ini, kelihatannya dia sangat tertarik secara seksual padaku.
Dia cerita kalau sudah menikah selama 2 tahun dan belum berhasil hamil juga. Aku bilang dengan sedikit menggoda: Wah, janganjangan suamimu kurang hebat caranya. Kapankapan saya ajari ya. Ya dok, tapi jangan suami saya saja yang diajari, saya juga dong, ujarnya. Beberapa minggu kemudian, aku benarbenar sudah berdinas di puskesmas ini. Aku tinggal di rumah dinas di samping kantor yang masih satu kompleks dengan puskesmas, demikian pula Narsih tinggal di rumah dinas pada kompleks yang sama tetapi di sisi lainnya. Istriku dari pagi sampai menjelang sore pergi ke kota S untuk bekerja. Jadi sesiangan rumahku nyaris kosong. Pada hari pertama, aku mengajak Narsih berboncengan memakai motor ke desadesa tempat wilayah kerjaku untuk orientasi dan berkenalan dengan beberapa kepala desa yang kebetulan dilewati. Perjalanan melalui jalan yang sebagian besar masih berupa tanah yang dikeraskan, dan di beberapa tempat berupa batu makadam yang bergelombang. Tangan Narsih yang kubonceng di belakangku berkalikali memegang paha atau pinggangku karena takut terjatuh. Aku senang bukan main sambil berdebar. Berkalikali pula buah dadanya yang tidak terlalu besar tetapi kenyal itu menyenggol di punggungku. Rupanya dia juga tak sungkansungkan untuk menempelkannya. Melihat sikapnya yang seperti itu, aku meramal bahwa Narsih suatu saat pasti bisa kuajak bergelut bugil di tempat tidur. Tubuh Narsih cukupan, tingginya sekitar 160 cm, badannya langsing, kakinya mempunyai bulubulu yang cukup merangsang lelaki, walau pun kulitnya sedikit gelap. Wajahnya manis mirip Tony Braxton, si penyanyi negro itu. Buah dada tidak besar,
yah kirakira setangkupan telapak tanganku. Itu pun kukirakira saja, karena di waktu dinas tubuhnya di balut seragam dinas Pemda. Rambutnya sebahu. Yang jelas, wajahnya manis, seksi dan senyumnya menggoda. Dalam perjalanan berboncengan Narsih menceritakan perjalanan hidupnya sejak lulus sekolah dan langsung ditempatkan di puskesmas ini. Di sini mulamula dia tinggal bersama adik ceweknya yang sekolahnya dibiayainya. Dia sempat berpacaran dengan seorang pemuda yang tinggal di depan rumah dinasnya, tetapi akhirnya justru tetangga lainnya yang memintanya untuk dijadikan menantu. Akhirnya permintaan belakangan itulah yang dipenuhinya sehingga Narsih dinikahi oleh seorang pemuda putra seorang tokoh masyarakat desa (tetangga dekat tadi) dan cukup berada, tanpa melalui proses pacaran. Narsih rupanya selama itu menjadi bunga di desa tempat puskesmas berada. Dia menjadi inceran banyak pemuda desa situ, juga orangtuaorangtua yang menginginkannya menjadi menantunya. Tanpa sengaja, ketika Narsih sedang asyik bercerita, motor saya melawati lubang yang cukup membuat motor bergoyang keras, dan bibir Narsih sempat menempel di leherku bagian belakang (aku sedikit geli, tetapi tentu senang dong) dan krah bajuku terkena warna merah lipstiknya. Dia segera membersihkan krah tersebut, kawatir dicurigai istriku macammacam. Tapi aku tenang saja, bahkan aku bilang: Nggak apaapa koq, ditempeli sekali lagi juga nggak apaapa, apalagi kalau nggak cuma di krah baju. Ih, pak Wawan macammacam , nanti dimarahi ibu lho., katanya agak genit.
Beberapa minggu kemudian nggak ada kejadian istimewa, sampai suatu hari Narsih sakit diare dan nggak bisa masuk kantor. Pembantunya menyusul ke puskesmas, dititipi pesan agar kalau saya sudah tidak terlalu sibuk bisa menengok dirinya, mungkin bisa memberi advis mengenai pengobatannya. Setelah pasien sepi dan tak ada pekerjaan kantor yang berarti, aku menjenguknya ke rumahnya, dan diminta masuk kamar tidurnya. Waktu itu suaminya nggak ada di rumah, karena seharihari suaminya bekerja di suatu pabrik di kecamatan sebelah. Aku melihat dia berbaring di ranjang, walau pun sedang sakit, tetapi kulihat wajah dan tubuhnya justru makin merangsang dibalut baju tidur yang cukup seksi. Kawatir aku nggak bisa menahan diri di kamarnya, aku segera minta padanya, kalau masih bisa jalan (aku lihat sakitnya biasa saja), untuk pergi ke rumahku setelah jam kantor minta diantar pembantu. Toh, jaraknya cukup dekat. Sementara itu dia kuberi obat seperlunya. Sepulang kantor, Narsih datang ke rumah diantar pembantu, kemudian pembantunya disuruhnya pulang duluan, sehingga aku dan dia tinggal sendirian di rumahku. Pembantuku (suamiistri) kalau siang seusai bekerja pulang ke rumahnya dan petangnya kembali lagi, sebab mereka adalah penduduk desa setempat. Narsih kusuruh masuk ke kamar periksa, kemudian kuminta berbaring di tempat tidur periksa. Aku memasang stetoskop, dan kuminta dia untuk membuka sebagian kancing atasnya (Narsih memakai pakaian rok dan kemeja blues yang dikeluarkan). Aku mulamula serius memeriksa dadanya dengan stetoskop, tetapi begitu melihat sembulan buahdadanya yang nggak besar di balik BHnya, aku tibatiba berdebar dan bergetar. Aku nggak pernah bergetar bila memeriksa pasien wanita lain, tetapi menghadapi Narsih koq lain.
Baca Juga Cerita Seks Indonesia : Petaka Akibat Mengintip
Dengan spontan tanpa meminta ijin dari empunya, buahdadanya kuraba halus dari luar dan kueluselus. Narsih tak membuat gerakan penolakan, matanya justru terpejam sekan menikmati. Seluruh kancing bluesnya langsung kucopoti, sehingga BH Narsih itu terlihat bebas menantang. Bibirnya kukulum dengan cepat, sambil tanganku masih mengeluselus buahdadanya dari luar BH nya yang belum kulepas. Seperti yang sudah kuduga, kuluman bibirku disambutnya dengan ciumannya yang lembut tapi hebat. Lidahku kujulurkan dalamdalam ke langitlangit mulutnya, sebaliknya lidahnya segera membalas dengan memilin lidahku. Aku melihat Narsih terengahengah menahan emosinya, sambil mengerang: Ssssh, pak Wawan, pak, ah argghhh ssshhh. Tanpa menunggu lama, sambil Narsih masih tetap terbaring dan mulutnya masih kubungkam dengan bibirku, cup BH nya kuangkat ke atas tanpa kucopot kancingnya terlebih dulu. Susunya langsung tersembul keluar dengan indahnya. Benar dugaanku susunya tak besar, tetapi bagus dan kencang dengan puting susu kemerahan yang tak terlalu menonjol. Itulah susu Narsih yang sudah kubayangkan beberapa lama dan ingin kukulum. Itulah sepasang buah dada Narsih yang masih kenyal belum sempat mengeluarkan ASI karena belum sempat hamil. Tangan kananku segera merabaraba pentilnya bergantian kanan dan kiri dengan gerakan memutar yang halus. Narsih makin menggigil dan tambah mengerang: Paaak, Narsih malu paak ssshhh aargghhh ssshh . Aku terus menjilati bibir dan wajahnya sambil berdiri, dan tanganku memijatmijat susunya yang ranum. Tangan Narsih merangkul leherku, matanya berkejapkejap, sambil mulutnya terus mendesah di tengahtengah kuluman lidahku.
Setelah puas menjilati wajah dan bibirnya, mulutku beralih ke leher dan belakang telinganya. Dia makin menggelinjang sambil setengah menegakkan kepalanya. Aku masih terus berdiri, stetoskopku sudah kulempar jauhjauh. Segera kemudian, mulutku sudah berada di puting susu kirinya. Aku jilat sepuasnya. Dada Narsih menggeliat dan sekalikali membusung, sehingga susunya makin terlihat indah dan menggairahkan. Desisan Narsih makin menghebat, Aaarggghhh, paaaak, aku nggak tahan paaak . Tanganku pelanpelan menelusuri pahanya yang mulus walau pun berkulit agak sedikit gelap. Tapi warna kulit seperti ini justru sangat merangsang diriku. kontol di balik celanaku sudah menegang sejak tadi ketika aku mulai pertama kali melihat BH nya. Aku mulai menelusuri pahanya pelanpelan ke atas menuju selangkangannya di balik rok yang masih dipakainya, sambil aku masih terus menggelomohi kedua puting susunya. Kulirik wajah manis perawatku ini. Ah, betapa makin merangsangnya tampakan wajahnya, yang sambil sedikit meremmelek matanya menahan nafsu birahi, mulutnya mendesis mengerang terus menerus walau pun tidak dengan suara yang keras, Aaarghh, paakk, aku aku nggak tahan lagi paak. Tetapi, begitu tanganku sampai di pinggir celana dalamnya, tibatiba dia tersadar dan langsung bilang, Ah, pak, jangan sekarang pak … Aku agak kaget, Mengapa Sih? Aku sudah nggak tahan Sih, kepingin menelanjangi kamu. Narsih menjawab: Kapankapan pak untuk yang itu.. Aku tak berani nekat meneruskan, tapi wajah, bibir, dan susunya masih terus kujilati bergantian. Aku berciuman seperti itu sambil pakaianku masih lengkap dan masih tetap berdiri, sedang Narsih sudah setengah bugil sambil tetap tergolek di ruang periksa, kurang lebih setengah jam. Akhirnya, karena aku kawatir kalau istriku datang dari kantor, maka perbuatan kami yang sudah kerasukan nafsu birahi yang menggelegak itu kuhentikan, dan Narsih kusuruh berpakaian kembali dan kuminta segera pulang. Aku sempat berciuman sekali lagi. Mesra, seperti sepasang kekasih yang baru dilanda asmara. Beberapa hari kemudian, setelah kantor tutup, Narsih yang sudah sembuh dari diarenya, kuminta datang ke rumah. Dia datang masih memakai seragam dinas.
Demikian pula aku. Kusuruh dia duduk di sampingku di sofa ruang tamu. Ruang tamuku tetap kubiarkan terbuka pintunya, toh aku tetap bisa mengontrol situasi luar rumah dari kaca besar berkorden dari dalam. Orang luar tak bisa melihat ke dalam, sebab pencahayaan dari luar jauh lebih terang. Melihat situasi luar yang cukup aman, dan saat itu di rumah dinasku hanya ada aku dan Narsih, maka kuberanikan mencoba melanjutkan apa yang sudah kumulai beberapa hari sebelumnya. Narsih yang berada di samping kananku langsung kupeluk mesra, kuelus rambutnya dan kucium bibirnya dengan rasa sayang. Namun tanpa kuduga, dengan ganas (Narsih sepintas kuperkirakan adalah wanita yang hiperseks, dan di kemudian hari dia memang mengakuinya kalau dia nggak pernah puas ketika berhubungan seksual dengan suaminya, walau pun menurut ukurannya suaminya mempunyai kemampuan seksual yang sangat hebat), dia menyambut ciumanku dengan jilatanjilatan lidahnya yang memilinmilin lidahku. Tangannya dengan berani meraba selangkanganku yang tertutup celana dinas dan meraba kontolku yang sudah menegang ketika mulai berciuman tadi. Kontolku dikocoknya dari luar dengan trampil dan membuatku keenakan (jujur saja, istriku tidak bisa seperti itu). Secara cepat dan trengginas, karena nafsu yang sudah berkobarkobar, aku pun langsung membuka kancing seragam atasnya, dan dengan lahap kukeluarkan seluruh buah dadanya yang ranum dari cup BH tanpa membuka kancing yang terletak di belakangnya. Susunya langsung kuremas dengan lembut, pentilnya yang imut kupilinpilin sampai menegang, dan aku terus menciumi bibir dan kadang menciumi wajah dan belakang telinganya. Narsih meregang, dan kali ini dia memanggilku tidak lagi pak atau dok, tetapi sudah berubah menjadi `papa?, Ehmmpph, sshh paaaaaah, aku sayang kamu paaah, Narsih sayang papaaah aaarghh .. Aku pun berganti menjawab sekenanya dan seberaninya, Aku juga sayang Narsih, bener aku sayang kamu, hari ini aku ingin memasukkan kontolku ke tubuhmu, sayang, boleh? Narsih langsung menjawab, Boleh yaaaang, boleh arrghhh sshhshh cepatan ya yaaaang aaaargrhhh ..
Mendengar jawaban itu, tanpa ragu, aku segera memasukkan jari kedua tanganku ke selangkangannya yang masih tertutup seragam dinas, dan dengan bernafsu kucari celana dalamnya, dan begitu ketemu, tanpa babibu lagi langsung kupelorot dan kusimpan di saku celanaku. Demikian pula Narsih, dengan terengahengah, langsung dia membuka resleting celanaku dengan sebelumnya melepaskan ikat pinggangku yang kemudian dia lempar jauhjauh, dan tangannya dengan cepat menyergap kontolku yang berukuran panjang 14 cm dengan diameter yang cukup besar. Aku ikut memelorotkan celanaku walau pun nggak sampai kulepas sama sekali. Tangannya dengan cekatan mengelus kontolku, mengocoknya, sembari tubuhnya menggelinjang karena jariku sudah mengelus tempik vaginanya yang basah. Sebagian jariku pelanpelan kumasukkan ke dalam lubang tempiknya, dan kugesergeser melingkari lubang sempit itu. Jempolku mencari kelentitnya, begitu ketemu kuelus dengan permukaan dalam jempol. Ah, paaah, aku nggak tahan paaah aggghhh, .. paaaah ..eeennaaak paaah , dia mengerang setengah berteriak, tetapi mulutnya segera kubungkam dengan mulutku, kukulum agar suaranya tidak terdengar oleh orangorang yang mungkin ada di luar, kemudian kujilati bibir dan seluruh permukaan wajahnya sampai basah terkena ludahku. Sambil setengah bergumul, mataku selalu waspada melihat keadaan luar rumah melalui kaca berkorden untuk berjagajaga kalaukalau ada orang yang mau masuk ke rumah. Karena situasi yang tidak terlalu aman itu, aku tidak berani melakukan adegan birahi kami ini dengan berbugil total.. Tanpa menunggu lama lagi, karena darah birahi yang sudah sampai ke ubunubun, tubuh Narsih kutarik ke depan tubuhku, sambil dia tetap duduk menghadap ke depan membelakangiku, dan aku bersandar setengah duduk di sofa, dengan perlahan tapi pasti, rok bawahannya kusingkap dan kuangkat, pantatnya kupegang, selangkangannya yang sudah tak bercelana dalam kurenggangkan lebarlebar, pahaku kurapatkan dengan kontol yang mengacung ke atas, kemudian tangan kiriku memegang kontol dan kubimbing masukkan ke vagina tempik (memek)nya.
Baca Juga Cerita Bokep Seks : Penyembuh Idaman
Narsih ikut membantu memegang kontolku dengan tangan kanannya, dan perlahanlahan pantatnya diturunkan ke bawah. Vaginanya terasa sempit juga (mungkin karena belum pernah melahirkan bayi), tetapi berkat bantuan lendir vaginanya yang sudah banyak, tanpa kesulitan yang cukup berarti kontolku akhirnya berhasil masuk juga ke sebagian vagina depannya. Narsih sambil menghadap ke depan terus mengerang, pantatnya mulai bergoyanggoyang, dinaik turunkan, agar kontolku bisa lebih masuk ke dalam. Aduuuh paaaaah, enaaak paaaah . Ssshhh arggh , aaduuuh paaah , erangnya. Aku juga mulai mendesis merasakan enaknya tempik perawatku yang sangat manis dan hot ini, sambil benakku berseliweran membayangkan keberanianku menyetubuhi istri orang. Ah, persetan, salahnya punya istri manis disiasiakan, sehingga masih mencari memek atasannya. Betulbetul vagina yang nikmat, nggak salah aku ditempatkan di puskesmas ini, aku bisa menikmati sepuasnya vagina Narsih yang sedap. Kepunyaan istriku sendiri tidak senikmat ini. Narsiiih, kamu memang enaak, Narsih begitu desisku. Sambil aku juga ikut menggerakkan pantatku naik turun seirama dengan naik turunnya pantat Narsih, aku mengocok kelentit Narsih yang ada di depan dengan tangan kananku. Tangan kiriku terus meraba habis susunya yang terasa kenyal di depan. Narsih makin menggelinjang seperti cacing kepanasan, karena kocokan jariku pada kelentitnya yang makin menonjol. Pantatnya makin dia goyangkan selain naik turun juga ke kanan kiri. Rasanya bukan main enak, tak terkirakan. Beginilah rupanya rasa tempik Narsihku, Narsihku yang bisa menggantikan tugas istriku di siang hari, Narsihku yang mempunyai gerakan tubuh yang hebat dan nikmat. Siiiih, kamu sayang papa beneran nggak, aku eeennnaaaak Siiih .! Aaaaduuuh paaaah, Narsih sayang paapaaaah, eennaaak juga aku paaaah, koq bisa enaaak gini ya paaaah? Aaaargghhhh .. ssshh arrrgggghhhhhhhhhhhhhhhh . Paaaaah Aku makin cepatkan kocokanku naik turun, demikian pula Narsih, dia makin menggeliatkan tubuhnya ke sana kemari. Sayang, aku nggak bisa melihat tubuh indahnya sambil berbugil, karena situasinya yang tak memungkinkan.
Tibatiba Narsih, setengah berteriak bergetargetar tubuhnya, Aaarghhh paaah, aku nggak tahaaan paaaah, aku mau orgasme paaaaah, paaaaah . Aku sendiri hampir nggak tahan juga merasakan denyutan tempiknya yang asyik. Sekali lagi, betulbetul tempik yang enak dan nikmat Nggak apaapa Siiih, kalau mau orgasme, nggak usah ditahan Siiih, papa juga mau keluar, aarghhh . Gerakan kontolku makin kupercepat walau pun tidak terlalu bebas, karena posisiku yang di bawah, sambil tanganku mengocok susu dan bibir Narsih kucari dan kumasukkan jempolku ke mulutnya dan segera diempotnya seperti bayi sambil terus mendesah. Tak lama kemudian, Narsih mengejang, Arrrggghhhhh paaaaaaaaah . Arrrghhhhhh , badannya bergetar, rupanya Narsih telah orgasme hebat. Kontolku terasa dijepit berdenyutdenyut. Karena proses orgasme tubuhnya menggeliat seksi ke belakang sehingga tampak makin menggairahkan. Pemandangan itu, walau cukup kulihat dari belakang, membuat aku juga sudah merasa nggak tahan lagi, geli hebat mulai terasa di ujung kontol yang masih berada di tempik Narsih. Goyanganku kupercepat lagi, Narsih kupeluk eraterat, dan Aaaarhggggghhh aku juga keluar Siiiih eenaaaak Siiih … Pantat Narsih kutarik keraskeras ke bawah agar seluruh kontolku terbenam di tempiknya, dan kusemprotkan keraskeras air maniku ke dalam vaginanya, sambil berharap agar ada spermatozoa yang bisa menyerbu ovumnya sehingga menghasilkan pembuahan, karena mendadak hari ini aku merasa mencintai Narsih, tidak sekedar mencari kepuasan seksual saja. Ooooh paaaah, aku cinta kamu paaaah ., Narsih sayang kamu paaah. Aku kepingin anak dari kamu paaah kata Narsih sambil terus memutarmutarkan dan menekan pantatnya menjadikan kontolku seperti diperasperas isinya, dan beberapa kali menyemprotkan mani sampai ludas.
Aku juga sayang kamu, Narsih kapankapan aku ingin mengajakmu main seks sambil betulan telanjang bulat, mau ya Siih ? Narsih langsung menjawab dengan manja: Tentu Narsih mau sekali paah, minggu depan ya paah, kita cari tempat enak untuk bikin anak yang nikmat ya paah? Sambil tubuh Narsih masih terduduk di atasku yang juga separuh duduk, lehernya agak kuputar kesamping, dan bibirnya kucium sayang, mesra sekali, sementara kontolku masih tetap berada di dalam jepitan tempikvaginanya yang masih juga terus berdenyut nikmat . Setelah persetubuhanku yang pertama dengan Narsih perawatku, di harihari berikutnya di kantor setiap hari kami selalu menyempatkan berciuman dan bercumbu. Kadangkadang kami melakukannya di gudang obat di siang hari menjelang puskesmas tutup, kalau pas semua petugas lainnya sudah pada pulang. Di gudang, aku melampiaskan nafsuku dengan menciuminya dan mengangkat rok seragam dinasnya, meremas susunya dengan sedikit membuka beberapa kancing kemeja, meraba tempik dan kelentitnya sampai Narsih menggelinjang panas, menggesergeserkan kontolku ke tempiknya tanpa melepas celana dalam masingmasing, sampai kami berdua orgasme tanpa bersetubuh. Bagaimana pun, kami tak berani bersetubuh di kantor, sebab kawatir ketahuan orang. Pernah, ketika Narsih sedang merawat pasien, membersihkan luka ringan di kepala bagian belakang pasien (pasiennya menelungkup di tempat tidur periksa), aku masuk kamar, pintu kamar perawatan kukunci, kemudian Narsih kudekati dari belakang dan pelanpelan kuciumi lehernya yang jenjang, roknya kusingkap ke atas sampai pantatnya jelas tampak terlihat indah, lalu celana dalamnya sedikit kupelorot, dan jariku kumasukkan ke selasela tempiknya. Kumainkan jariku di dalam tempiknya yang basah sambil sekalikali kumanipulasi kelentitnya yang menegang, sampai Narsih menggelinjang kenikmatan dengan sedikit terengahmendesah hampir tak terdengar Ssshhhhh hhh (berabe dong kalau pasien lelaki itu sampai mendengar desahan perawatnya) dan beberapa kali tangannya yang memakai sarung tangan plastik melepaskan kapas beralkohol atau Betadine yang digunakannya untuk membersihkan kepala pasien. Kemudian kontolku yang masih tertutup celana kugesergeserkan ke selasela pantat Narsih yang celana dalamnya sudah kupelorot ke bawah tanpa kulepas.
Sampai akhirnya aku orgasme keenakan setelah sekitar seperempat jam menggeserkannya ke pantat Narsih yang kenyal padat itu. Rupanya, dari raut wajah dan engahannya, walau aku tak tahu pasti, Narsih pun akhirnya orgasme karena kocokan jariku di dalam liang vagina dan kelentitnya itu. Perbuatanku merangsang Narsih dan diriku ketika sedang merawat pasien hanya sekali itu saja kulakukan, sebab selain aku takut ketahuan pasien atau orang lain (sebab di luar kamar periksa ada beberapa anak buahku, yang mungkin saja tibatiba ingin masuk), juga bisa mengganggu proses perawatan pasien. Seminggu setelah persetubuhanku yang pertama dengan Narsih, ketika itu hari Selasa (setiap minggu dua kali ada perawat wanita lain yang membantu datang ke puskesmasku, Selasa dan Kamis) aku janjian dengan Narsih untuk ketemu di suatu tempat di kota kabupaten, karena kebetulan aku saat itu mengurus sesuatu di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten. Hari itu aku ingin mengajak Narsih bergelut bugil total di suatu tempat yang aman. Setelah urusanku pagi itu di kantor dinkes selesai, aku langsung menuju ke tempat janjian dengan Narsih. Aku tunggu di mobil sekitar setengah jam, Narsih akhirnya memenuhi janjinya datang. Siapa yang ada di puskesmas, Sih?, tanyaku untuk memastikan bahwa ada petugas perawat yang tinggal di puskesmas, supaya tidak mengganggu pelayanan kesehatan. Oh, ada mbak Amani yang tugas koq pa., jawabnya. Setelah memastikan semuanya beres, langung kutanya lagi Narsih: Mau kamu kuajak ke S jalanjalan?. Jawab Narsih: Mau pa. Tapi, ayo cepat, biar nggak kesorean pulangnya, sebab aku bilang kepada pembantu kalau aku pulang sebentar menengok ibuku. Memang ibu Narsih bertempat tinggal di kabupaten yang sama, tetapi di kecamatan yang agak jauh dari rumah Narsih sekarang. Langsung mobilku kupacu cepat ke kota S, sebab saat itu sudah pukul setengah sepuluh pagi, dan kuperkirakan paling lambat pukul 4 sore sudah harus sampai kembali di rumah. Waktu itu aku belum tahu apakah di kota kabupaten ini ada hotel yang bisa dipakai kencan pendek atau tidak, makanya kuputuskan saja ke kota S, yang pasti ada tempat untuk begituan. Di tengah jalan, Narsih ingin berhenti untuk membeli celana dalam baru, aku juga nggak tahu apa alasannya membeli baru itu.
Baca Juga Cerita Seks Indonesia : Pengantin Yang Masih Lugu
Tapi nggak kupikirin. Perjalanan ke S kurang lebih 1 jam. Di tengah jalan kemeja seragam dinasku kucopot dan kuganti dengan kemeja lain, sedang Narsih kemeja dinasnya ditutupi dengan jaket. Setelah sampai di S, aku tawari Narsih untuk ke pantai yang mempunyai motelmotel yang bisa dipakai kencan gelap. Narsih setuju saja. Sampai di pantai, aku pesan kamar yang cukup besar. Kamarkamar di sini tak terlalu bagus, tapi lumayanlah untuk kencan singkat. Toh yang diperlukan cuma kasur dan air cukup untuk mandi. Waktu itu di S belum ada hotel atau motel bagus yang sekarang bertebaran bisa digunakan untuk keperluan seperti itu. Begitu masuk kamar, Narsih langsung kupeluk dan kuciumi, dan segera kupreteli jaket, kemeja dan roknya sampai tinggal celana dalamnya. Begitu hampir telanjang seperti itu, aku terpesona dengan tubuhnya yang ternyata sangat indah dengan kulit yang agak gelap. Baru hari itu aku melihat tubuh indahnya hampir bugil total. Sebelum bertindak lebih jauh, Narsih minta pause untuk pipis dulu di kamar mandi. Sementara dia di kamar mandi, aku segera melucuti pakaianku sendiri sehingga tinggal celana dalam saja dengan kontol yang tampak menyembul tegang di dalamnya. Aku susul Narsih ke kamar mandi, dia sudah selesai pipis, celana dalamnya sudah dipasang lagi. Tanpa ayal di kamar mandi, dia kupepet ke dinding, dan kugelomohi seluruh tubuh setengah bugilnya dengan lidahku. Dengan ganasnya Narsih juga berbalik menciumi diriku. Habishabisan susu ranumnya kujilat dan kugigit halus di sekitar pentilnya, sebab aku tak berani menggigitnya keraskeras (nyupang), takut ketahuan suaminya nanti. Kemudian, lidah kami saling bertaut dan saling memilin. Pokoknya kami keluarkan semua hasrat seksual ini tanpa hambatan, dan kesempatan bebas ini sudah kami tunggu beberapa hari. Tak sabar, celana dalam Narsih kupelorot dan kulempar jauhjauh ke sudut kamar mandi. Dengan posisi Narsih yang masih berdiri, jilatan lidahku kuturunkan pelanpelan dari bibir, leher, susu, perut, sampai akhirnya ke lipatan selangkangannya. Tanpa memandangi isi lipatan itu, lidahku kujulurkan ke selasela jembutnya yang tak terlalu lebat. Mulamula Narsih merapatkan pahanya, katanya geli Ah, pah aku geli, jangan pah . Tapi aku nggak peduli, dengan Narsih yang masih berdiri dengan punggung menempel rapat di dinding kamar mandi, kukangkangkan selangkangannya lebarlebar.
Aduh, kulihat pemandangan cantik dari tempiknya yang merah kehitaman dengan liang yang sempit. Nafsuku makin berkobar, kontolku makin tegang tidak karuan. Mulutku langsung kudekatkan ke tempik Narsih, dan kujilat tepi liangnya pelanpelan. Aachhhh . Ngkkkkrrr aarrghhhh pah, papaaaaaah . , teriaknya keras. Narsih kelihatan menggeliat keras sambil spontan merapatkan selangkangannya sehingga kepalaku terjepit pahanya. Lidahku makin menggila saja, kumasukkan jauhjauh ke dalam liang tempik Narsih yang baunya membuatku makin bergairah. Beberapa kali kugigit ringan labia minor dan mayornya. Tak lupa kelentitnya yang menonjol indah juga kukulum habishabisan. Narsih makin menggelinjang nggak karuan. Paaaah, Narsih nggak tahan paaah, ayo pah ke tempat tidur saja., katanya terengahengah setengah lemas. Karena aku tak kuat menggendongnya, aku bimbing cepat dia keluar kamar mandi menuju ke tempat tidur. Di tempat tidur, segera kutindih tubuh bugilnya yang kenyal itu sambil kuciumi bibir dan langitlangit mulutnya. Narsih rupanya sudah terangsang hebat, dia melenguh, Aachh paaaah . . Celana dalamku yang masih kupakai sejak tadi langsung kupelorot saja, sehingga akhirnya kami berdua bergumul dan bergelut dalam keadaan telanjang bulat. Paaah, ayao paaah masukkan saja, nggak usah lamalama ., Narsih setengah memohon. Padahal aku sendiri sebetulnya masih ingin lebih lama menjilatjilat dulu sebelum memasukkan kontol ke tempiknya. Mendengar permohonannya itu, kontolku yang sedari tadi sudah mengacung tegang, mulai mencari tempiknya. Narsih yang telentang, telah mengangkangkan pahanya terlebih dulu tanpa disuruh. Dengan dibantu tangan Narsih, kontolku perlahan dimasukkan ke liang tempiknya. Aduh enaknya, kata hatiku. Ternyata tempik Narsih cukup dahsyat rasanya, begitu masuk, pelanpelan kugoyangkan pantatku ke kanankiri agar dengan mantap kontolku ambles ke dasar tempik Narsih. Hari ini jelas lebih enak dari pada seminggu yang lalu ketika aku memasukkan kontolku dari belakang sambil duduk. Narsih tidak tinggal diam. Dia begitu aktif menaikturunkan pantatnya. Kontolku serasa dikulum. Tempik Narsih memang masih sempit, walau pun sudah dimasuki berkalikali oleh kontol suaminya selama dua tahun (dan aku dengar dari tetanggaku juga sudah pernah disetubuhi oleh pacarnya sebelum suaminya sekarang ini). Sambil melumat pentil susunya yang sangat indah bergoyang ketika Narsih menggelinjang kesana kemari, aku juga melirik ke bawah melihat gerakan tempiknya yang naik turun. Oh, betapa asyik pemandangan ini. Narsih memang hebat dalam bercinta, dia betulbetul cewek yang hiperseks dan menggairahkan. Mulutnya terus berbunyi, Ooooh, aaaacchhh . Paaah . Papaaaaaah oooooch Arrrgh iiih paaaah ! Setelah beberapa saat, Narsih menginginkan aku yang mengangkang, dan dia yang merapatkan selangkangannya, Pah, aku yang merapatkan paha ya ?, ia memohon.
Boleh, kataku. Setelah merapatkan pahanya, aku dimintanya menggoyang naik turun, Ayo pah, goyang, pah. Aku turuti semuanya, aku goyangkan naik turun kontolku ke tempiknya yang merapat. Memang aku agak kesulitan, karena gerakan ini aku tak terlalu enak bagiku karena terhalang sempitnya vagina Narsih yang dirapatkan, tapi demi sayangku pada Narsih ya nggak apaapa. Narsih rupanya menikmati posisi seperti itu. Erangannya makin menjadijadi, Oooooh. Oooooch paahh, aku nggak kuat lagi paaaaah, aarcggghhh . Dia makin menggelinjang, tempiknya ikut dia gesergeserkan tutup buka yang tak terlalu lebar. Aku juga mulai menikmati gerakan ini, walau pun rangsangannya bagiku tak terlalu hebat. Lidahku terus mengenyot puting susunya yang terus bergoyanggoyang, tanpa sadar timbul cupang kecil di sisi sebelah dalam dari pentil susu kanannya karena gigitanku, ah sebodo amat, pikirku. Akhirnya, dengan erangan yang cukup keras dan mengagetkan, Aaaachh paaaaah, aku mau sampaaaiii paaaah ooochhh .., dia menggelinjang dan segera membuka tempiknya lebarlebar, dan kusambut dengan kakiku yang ganti merapat dan menghunjamkan kontolku dalamdalam de dasar tempiknya yang lezat itu. Narsih menggeliat, dengan dada yang dibusungkan ke atas yang makin memperindah tampakan pasangan susunya, dan Aaaach paaah, aku .. aaaach saaaampaiiii paah ooooiiich . Narsih bergetar sebentar dan lemas, dia telah orgasme. Kontolku di dalam terasa berdenyutdenyut dikenyot oleh otot dalam tempiknya. Nikmat rasanya. Tapi aku belum sampai, walau pun kalau digoyang sedikit saja, pasti sudah orgasme juga. Kubiarkan Narsih beristirahat karena kelihatan energinya terkuras dengan datangnya orgasme dahsyat barusan. Kuteruskan jilatan lidahku pada bibir dan dadanya. Aku tidak mau melepaskan kontolku dari tempiknya. Kasihan dia. Setelah pause sejenak, aku mulai mencopot kontolku dari tempik Narsih yang basah. Aku berputar dengan wajahku di bawah dan kontolku di wajah Narsih. Narsih tetap terlentang. Mulai kuserbu lagi tempik Narsih dengan jilatan lidahku. Narsih pun demikian, dia mulai mengulum permukaan kontolku, tapi sayang, kulumannya tidak terlalu enak, bahkan agak geli, dan sekalisekali tergigit, sehingga kenyamananku terganggu.
Rupanya Narsih belum pandai mengulum kontol. Mungkin suaminya tidak pernah mengajarinya untuk mengulum kontol dengan benar, atau suaminya memang tidak suka dikulumkulum kontolnya. Posisiku kuubah kembali, aku melorot ke bawah di antara kedua pahanya, dan tetap memainkan lidahku di kelentitnya. Sekalisekali kupandangi tempik Narsih. Ternyata dari jarak dekat ini, tempik Narsih sangat bagus, dikelilingi jembut yang tipis tetapi melingkari sisi atas kanan dan kiri tempik secara teratur. Kelentitnya cukup menonjol. Lendir tempik tidak berlebihan, baunya pun merangsang gairah nafsuku. Lubang anus di bawah juga sempit, bersih, dan jelas tidak pernah dimasuki benda apa pun. Lubang anusnya pun kujilati yang membuat Narsih mendesis sambil mengangkat pantatnya, sehingga tempiknya pun makin menganga lebar. Kupindahkan lagi lidahku dari anus, dan kusergap lubang tempiknya, kujilati lagi, dan Narsih kembali mengerang, rupanya gairahnya setelah orgasme pertama sudah pulih lagi , Ayooo paaah, dimasukkan lagi papaaah Ëœkan belum ooooch paaaah . Aku kembali merayap ke atas dan kembali Narsih kutindih, dan kontolku siap kumasukkan lagi ke liang tempiknya yang tetap menganga lebar. Narsih menggeliatgeliat tak beraturan. Aku dengan setengah duduk, menghunjamkan kontolku ke dalam tempiknya dalamdalam, secara teratur kukeluarmasukkan. Aaach acchhh, paaah . Narsih menyambut gerakanku dengan memutarmutar pantatnya, sehingga kontolku terasa diperasperas. Addduuuh, Narsih, eeenaaak Narsiiiih . Narsih pun menjawab dengan mengerang pula, Yaa, sayyyaaaang, aku saaaayaaang papaaah, ooooch papaaaah aku cinta papaaaah Wawaaan . Dia mengerang terus dan terus, sambil geliatannya makin menghebat, ditingkahi gerakan susunya yang makin merangsangku. Mata Narsih terpejam, dengan bibir indah yang menggumam namaku sekalisekali. Oh, kamu manis sekali Narsihku. Kamu bidadariku. Kamu asyikmenggairahkan sekali. Kamu tak akan kulepas sampai kapan pun. Akan kusuburkan benih rahimmu dengan spermaku. Akhirnya rasa geli yang memuncak di kontolku tak tertahankan lagi. Juga Narsih makin mengelojot.
Naaarsssssih, aku mau keluuuuaaar Sih ., aku masukkan semuanya ke tubuhmu